Brilio.net - Belum lama ini warganet terutama masyarakat Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat digegerkan dengan penemuan jasad seorang bocah perempuan yang berusia 8 tahun. Bocah malang tersebut ditemukan tewas di dalam bak mandi di sebuah kontrakan.

Sebelumnya sempat dikabarkan bahwa bocah perempuan tersebut hilang pada (29/6). Namun akhirnya jasad korban ditemukan oleh kakeknya, H Didin, pada Selasa (2/7) malam. Kala itu sang kakek mencium bau busuk menyengat dari kontrakan miliknya yang dihuni oleh Y alias H (23).

Dilansir brilio.net dari liputan6.com, Jumat (5/7), Pemuda yang diketahui berinisial H alias Y (23) menyerahkan diri ke Polsek Moga, Pemalang, Jateng, pada Rabu 3 Juli 2019 sore. Kabar tersebut sudah diketahui oleh keluarga korban FAN.

Keluarga dan kerabat korban di Bogor menyakini pria yang menyerahkan diri ke Polsek Moga adalah H alias Y. Bahkan seluruh keluarga besar Didin sempat mengucapkan kalimat 'Alhamdulillah' saat menerima informasi terduga pelaku sudah diamankan polisi.

"Saya yakin itu Yanto. Lihat dari fotonya yang tersebar saat penangkapan mirip sekali dengan dia," kata paman korban, Agus Budiono, Kamis (4/7).

Meski demikian ia mengaku heran tak terpercaya bahwa H tega menghabisi nyawa keponakannya itu. Pasalnya sejauh ini warga khususnya keluarga besar Didin, pemilik kontrakan tidak memiliki masalah dengan H.

"Karena orangnya pendiam dan jarang bergaul," kata Agus.

Pemuda asal Desa Gendong, Kecamatan Moga, Pemalang, Jawa Tengah ini juga dikenal sosok orang yang rajin beribadah. Bahkan, keluarga besar kakek korban sudah menganggap H seperti saudara.

"Orang belum ngapa-ngapain, dia mah 30 menit sebelum mulai salat Jumat sudah berangkat ke masjid," kata Aay, bibi korban.

H juga dikenal tidak aneh-aneh, setiap pulang berjualan bubur, dari pukul 07.00 hingga 09.00 WIB, ia tak pernah keluar dari kamar kontrakan yang satu atap dengan kakek korban.

"Memang kalau mau makan atau beli sesuatu terkadang suka nyuruh korban ke warung, terus nanti FAN dikasih 'kulian' (imbalan uang)," kata dia.

Namun dia tidak melihat H memiliki gelagat tidak baik kepada FAN. Ketika keduanya sedang bermain di depan kontrakan, H tidak pernah menunjukkan perilaku aneh, seperti mencium, meraba dan lain sebagainya.

"Kalau main biasa saja. Gimana sih seperti yang lain. Ga sampai gimana-gimana," kata dia.

Hal serupa juga disampaikan oleh Yuyun, yakni tetangga korban. Beberapa hari sebelum tersiar kabat FAN menghilang pada Sabtu 29 Juni 2019 sore, tidak ada gelagat aneh dari perilaku H.

"Cuma memang Sabtu sore waktu dia mau pergi bawa tas item, kaya orang linglung. Kalau hari-hari sebelumnya sih ga biasa aja," ucapnya.

FAN yang menjadi korban tinggal bersama kekek dan neneknya, lantaran kedua orangtuanya sedang sibuk bekerja. Ibu korban, Rahmawati (28) menjadi tenaga kerja wanita di Taiwan sedangkan ayahnya Taufik Hidayatullah bekerja sebagai teknisi di salah satu hotel di daerah Cisarua Puncak, Bogor.

Setelah dilakukan penyelidikan, Kapolres Bogor, AKBP Andi M Dicky mengatakan Haryanto pelaku memiliki kelainan seksual. Dia kerap menonton video porno sambil mencium celana dalam perempuan.

"Dari pengakuan tersangka, malam sehari sebelum kejadian pun tersangka sempat nonton video porno dan mencium-cium celana dalam perempuan sambil mengkhayal begituan. Jadi tersangka memang punya kelainan seks," ungkap Dicky.

Tersangka mengakui membunuh korban karena FAN berontak saat diminta mencium pelaku. Lantaran napsu birahinya sudah tak terbendung, pelaku membekap mulut korban agar tidak berteriak lalu mencelupkan kepalanya ke dalam ember berisi air. Setelah meninggal, pelaku memerkosa korban.

"Perbuatan itu diakui pelaku baru sekali, karena nafsunya sudah tidak bisa dibendung. Sejauh ini belum ada unsur pembunuhan berencana, tapi dilakukan spontanitas," kata dia.