Brilio.net - Kejadian Gempa di Lombok beberapa waktu lalu masih menjadi perhatian publik. Berbagai bantuan diberikan untuk membantu masyarakat yang mengalami musibah.

Namun jauh sebelum itu, ada salah satu warga Lombok khususnya Lombok Utara yang tengah berjuang melawan penyakit kusta. Perempuan bernama Rika Rahayu Tantri awalnya lahir dalam kondisi yang sehat. Namun, ketika usianya menginjak lima tahun, Rika mulai mengalami kelainan pada kulitnya, kulit Rika timbul bercak-bercak merah. Dokter memvonis, Rika terkena kusta.

Rika © 2018 brilio.net

Awalnya, gadis berusia 8 tahun ini hanya mengidap kusta namun dua penyakit lain muncul yaitu malnutrisi dan katarak ketika keluarga Rika tak mampu mengupayakan kesembuhannya. Orangtuanya sudah berpisah, sejak saat itu Rika tak lagi diurus oleh mereka. Kini, Rika tinggal bersama neneknya, Mainah di Dusun Sesait Pedalaman, Desa Sesait, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara.  

Ya, Rika adalah salah satu anak Lombok yang juga merasakan penderitaan jauh sebelum bencana gempa melanda. Tak hanya karena rasa sakit yang dirasa, tetapi juga keadaan yang membuat Rika maupun neneknya tak bisa berbuat apa-apa. Kesembuhan Rika pun hanya harapan bagi mereka. Selain kusta, kini Rika juga mengidap malnutrisi dan terancam terkena katarak di bola matanya.

Ilham Ridwan, salah satu relawan di Posko Aksi Cepat Tanggap (ACT) di Kayangan mengatakan, nenek dari Rika pernah beberapa kali membawa Rika untuk melakukan pengobatan. Itu pun karena mereka mendapatkan bantuan dari para tetangga. Sang Nenek sudah membawa Rika ke berbagai pelayanan kesehatan.

“Mulai dari Puskesmas hingga rumah sakit besar di Lombok. Namun, minimnya kemampuan dana lagi-lagi tak membuat kesehatan Rika membaik, Kebanyakan proses kesembuhan Rika berhenti di tengah jalan,” papar Ilham.

Pernah juga Mainah, Sang Nenek yang sudah renta itu bekerja. Meski serabutan, meski penghasilan tak menentu, setidaknya mereka memiliki uang untuk memenuhi kebutuhan. Namun, Agustus lalu bencana gempa 7,0 SR datang dan menambah penderitaan. Rumah satu-satunya yang dihuni mereka, hancur rata dengan tanah. Rika dan sang Nenek hanya bisa pasrah dan menerima keadaan apa adanya.

Hingga kini, kata Ilham, mereka masih tinggal di tenda pengungsian, rumah runtuh seluruhnya akibat gempa itu. Tenda mereka berbentuk bilik seadanya, fondasi batang bambu dan berdinding anyaman bilah bambu. “Hanya dengan satu tempat tidur yang sudah rapuh dan alas seadanya. Tentu itu tidak layak, apalagi di tengah kondisi Rika yang sedang sakit,” tambahnya.

Tim Medis ACT di Lombok mengunjungi kediaman Rika dan neneknya. Koordinator Medis ACT dr. Rizal Alimin mengatakan, penyakit kusta sendiri disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini tumbuh pesat dan mudah menyerang kulit pada bagian tubuh yang bersuhu lebih dingin seperti tangan, kaki, lutut, bahkan wajah.

Untuk penanganan pertama, Tim Medis ACT melakukan teknik skin smear atau kerokan kulit untuk membersihkan luka pada kulit Rika, dari kepala hingga kaki. “Selanjutnya kami akan memberikan obat dan melakukan pendampingan rutin selama dua hari sekali. Insya Allah, saya sendiri yang akan turun langsung menangani Rika,” tutur dr. Rizal.

Rika © 2018 brilio.net


 

Selagi berlangsung proses penanganan dan pengobatan, Tim Medis ACT juga melakukan pendampingan untuk mengatasi malnutrisi yang dialami Rika. Selagi berupaya menyembuhkan komplikasi kusta dan katarak Rika, ACT berupaya memenuhi kebutuhan gizi Rika dengan memberikan makanan dan minuman bernutrisi.

“Insya Allah, ACT juga akan membangun rumah sementara yang lebih layak untuk Rika dan neneknya. Rika butuh hunian yang bersih bahkan higienis untuk menghindari penyebaran kustanya,” jelas dr. Rizal.