Brilio.net - Anak jalanan dan gelandangan menjadi persoalan klasik di negara berkembang. Bukan hanya di Indonesia, di Malaysia hal ini masih jadi problem. Di jalanan kota bersejarah Malaka, Malaysia, banyak terlihat pengemis cacat dengan wajah rusak meminta uang kepada banyak wisatawan dan orang asing yang berkunjung ke kota tersebut.

Nggak disangka, mereka adalah bagian dari sebuah geng terorganisir yang dikendalikan oleh dua pria bersaudara asal China dan beranggotakan warga Malaysia.

Menurut informasi yang brilio.net kutip media lokal Malaysia, The Star, Senin (24/10) geng ini tak hanya punya kaki tangan di Malaysia dan tetapi juga beroperasi dan memiliki jaringan hingga ke kota Dongguan dan Zhengzhou di daratan China. Di penghujung hari, para pengemis itu bertemu di satu tempat seperti di kamar hotel dan mengumpulkan uang hasil kerja mereka. Namun, sebagian besar uang yang mereka dapatkan masuk ke kantung para pemimpin geng di Malaysia.

Tim harian The Star membuntuti dua pengemis selama dua hari sejak Jumat (21/10) saat mereka berada di Malaka hingga tiba di Petaling Street, Kuala Lumpur, Minggu (23/10).


Menurut pengamatan yang dilakukan di Kuala Lumpur, sekitar 30 pengemis dengan cacat tubuh dan wajah rusak ditempatkan di sebuah hotel murah di Petaling Street. Beberapa jam kemudian, seorang pria kekar, yang diyakini salah satu dari dua bersaudara asal China itu, tiba dan mengumpulkan uang dari para pengemis tersebut dan langsung meninggalkan hotel.

Jurnalis The Star mencoba untuk mengambil foto atau mendekati hotel tersebut, namun anggota geng terlihat sangat ketat dalam mengawasi lingkungan sekitar.
Akhirnya, para jurnalis berhasil berbicara dengan dua orang pengemis berkat bantuan seorang pekerja restoran yang fasih berbahasa Mandarin.

pengemis cacat di Malaysia © 2016 brilio.net



Pengemis pertama memperkenalkan diri dengan nama Xiu Yuan (33) dan mengaku lahir sebagai anak yang sehat. Dia kemudian diculik dan dibuat cacat oleh geng kriminal ini di China.

"Ini adalah sebuah geng besar dan kuat yang memiliki koneksi di Malaysia yang selalu mengawasi kami," kata Yuan sambil melihat suasana di sekelilingnya untuk memastikan dirinya tak sedang diawasi.

Yuan mengklaim bahwa geng ini membuat dirinya lumpuh dan dia disandera selama bertahun-tahun sebelum dibawa ke luar negeri.

pengemis cacat di Malaysia © 2016 brilio.net



Pemimpin geng ini hanya mereka kenal dengan sebutan Tahkeh berada di China dan hanya mengizinkan para pengemis senior yang pergi ke luar negeri setelah mereka memperoleh kepercayaan.

"Di China banyak pengemis yang menderita dalam cengkeraman geng ini," tambah Xiu Yuan.

Selain Xiu Yuan, pengemis kedua juga memperkenalkan diri dengan nama Do Feng (30). Keduanya mengatakan pemimpin geng akan menyewa taksi dan mengirim mereka ke berbagai tempat wisata di Kuala Lumpur, Johor Baru dan Penang.

"Kami melakukan perjalanan menggunakan taksi dan tarifnya diurus oleh pemimpin kami. Tugas kami hanyalah untuk mengumpulkan uang minimal RM 1,200 sehari setelah keluar dari basis kami di Petaling Street," katanya.

Feng menambahkan dari jumlah uang tersebut, pemimpin geng akan mengambil keuntungan 50% dan 10% untuk tarif taksi jika jumlah minimal tercapai. Sementara pengemis mendapatkan sisa uangnya.

Lebih lanjut, Do Feng mengatakan bahwa berapa banyak uang yang bisa mereka dapatkan tergantung pada tingkat kecacatan sehingga bisa menimbulkan simpati dari orang yang melihat mereka.

Pada hari kerja, Feng mengatakan sebagian besar dari pengemis terkonsentrasi di kota-kota besar seperti Kuala Lumpur dan Penang.

"Malaysia adalah rumah kedua kami. Kami sering datang ke sini dan tinggal selama satu bulan sebelum akhirnya kembali," katanya.

"Kasus orang dari China mengemis dan berkeliaran di Malaysia bukanlah hal yang baru," kata seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya dari konsulat China di Malaysia mengatakan pada Beijing Youth Daily.

Menurut laman Shanghaiist, geng pengemis telah menjadi kenyataan kejam di China di mana ada sejumlah besar anak yatim tanpa ada yang merawat mereka. Pada akhir 2015, China memiliki 502.000 anak yatim, dari jumlah tersebut ada 92.000 yang diadopsi. Namun pada tahun yang sama, hanya ada 22.000 anak yang terdaftar untuk adopsi.