Kini zodiak kembali mulai ramai diperbincangkan. Setiap harinya banyak artikel yang membahas segala hal tentang zodiak. Seperti Taurus dan Leo adalah pasangan yang cocok, 5 zodiak yang paling mudah selingkuh, kepribadian sagitarius yang harus kamu pahami dan bermacam lainnya.

Ramalan zodiak yang tersaji dalam majalah biasanya membahas tentang karir, percintaan, keberuntungan dan keuangan. Namun sekarang artikel membahas lebih luas dengan dikaitkan dengan kepribadian. Kalau ramalannya bagus, biasanya orang akan percaya dan mengharapkan ramalan tersebut akan menjadi kenyataan. Namun jika ramalannya buruk, biasanya orang akan denial atau menyangkal jika hal itu tidaklah mungkin terjadi.

Ternyata tentang kecocokan zodiak dengan keadaan kita yang kebetulan sama termasuk dalam fenomena yang disebut efek Barnum. Pendapat ini dicetuskan oleh Bertram R. Forer seorang psikolog Amerika. Efek Barnum merupakan sebuah fenomena psikologis yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya terjadi ketika seseorang mempercayai hal yang menggambarkan dirinya di mana orang lain juga merasakannya

Nah, Efek Barnum ini berkaitan dengan validasi subjektif. Jadi ketika seseorang dihadapkan pada dua kejadian yang berlainan dan tidak memiliki hubungan sama sekali, mereka cenderung akan mencari hal-hal yang berkaitan dengan dirinya baik itu sifat, kepribadian, dan pola pikir yang mereka miliki. Sehingga penjelasan semacam zodiak, membaca aura, dan beberapa tes psikologi singkat dalam artikel yang tidak ada kaitan ilmiah dianggap sesuai dengan kepribadian mereka.

Zodiak yang dikaitkan dengan tipe kepribadian sebenarnya berlainan. Ilmu psikologi yang mempelajari proses mental kompleks yang terjadi di dalam diri manusia yang sudah sejak lama terverifikasi sebagai ilmu. Ilmu yang dapat dijadikan dasar pola pikir manusia.

Menelaah lebih jauh, definisi kepribadian berasal dari bahasa Latin, yaitu persona, artinya hal yang membuat tiap orang unik berdasarkan pola berpikir, berperilaku, serta dalam merasakan sesuatu. Pola setiap manusia menjadi unik bukan hanya sekadar berdasarkan pengelompokan tanggal lahir seseorang saja, namun juga berdasarkan kejadian-kejadian unik (life events) yang dilewati oleh tiap orang. Kepribadian terlalu kompleks apabila hanya dijelaskan berdasarkan tanggal kelahirannya.

Sedangkan zodiak menjadi bagian dari suatu kepercayaan bernama astrologi yang dipelajari oleh orang-orang Yunani Kuno. Ilmu astrologi merupakan ilmu yang mengelompokkan kecenderungan kepribadian manusia berdasarkan orbit planet.

Melihat sejarahnya bahwa orang Babilonia pada 2300 tahun yang lalu percaya bahwa dewa-dewa tinggal di antara bintang dan benda langit serta memiliki kekuatan untuk mengendalikan nasib manusia. Orang Babilonia membagi langit menjadi 12 rasi bintang yang dikenal sebagai zodiak. Hal ini menjadi patokan jika kepribadian dan kejadian masa depan dapat diketahui dari posisi matahari, bulan, dan benda langit lainnya saat kita lahir.

Padahal ilmu astrologi ini masih menjadi perdebatan kalangan peneliti ilmu sosial. Beberapa peneliti di bidang psikologi yang meneliti hubungan antara kepribadian manusia dengan pengelompokan tanggal ulang tahun, banyak yang menunjukkan bahwa hubungan keduanya tidak signifikan atau berkaitan.

Ramalan zodiak dan apapun bentuk sebab-akibat dalam Islam termasuk dalam hukum adi. Hukum adi secara utuh disebutkan oleh Mufti Betawi Sayyid Utsman bin Yahya ketika mengulas akidah Ahlussunnah wal Jamaah dalam Kitab Sifat Dua Puluh :

Artinya hukum adi yaitu menetapkan suatu barang bagi suatu barang atau menafikan suatu barang pada suatu barang dengan lantaran berulang-ulang serta sah bersalahan dan juga dengan tiada memberi bekas salah suatu itu pada yang lain

Berkaitan dengan keberuntungan atau nasib menjadi sesuatu yang gaib dan hanya Allah yang tahu. Sebaiknya berprasangka baik bahwa bulan apa pun kita dilahirkan adalah bulan yang baik dan optimis dengan masa depan.

Sebenarnya jika mau mengetahui tipe kepribadian diri sendiri seperti apa, sekarang sudah banyak lembaga psikologi yang menawarkan jasa untuk melakukan berbagai tes psikologi, seperti tes kepribadian. Tes kepribadian ini sudah valid alat ukurnya jadi tidak menduga-duga atau mencocokkannya sendiri.

Jadi tidak memakai ilmu 'cocokologi' yakni mencocokkan atau mengaitkan dua hal yang bisa jadi berbeda namun dipaksakan sama. Seperti halnya ketika sakit fisik lalu mencari gejala dari penyakitnya dari berbagai sumber di internet, kemudian mendiagnosis dirinya sakit. Hal seperti ini sebenernya terlalu berani dilakukan. Padahal ada dokter yang ahli mendiagnosis dan memiliki ilmu di bidang tersebut.

Nasib, rezeki, jodoh kan sudah ada yang mengatur. Sebagai manusia ya berdoa dan berusaha dan tidak memercayai hal yang seharusnya masih samar-samar. Manusia memang mudah menerima dan memercayai pernyataan-pernyataan yang sebenarnya tidak spesifik, seperti kalimat-kalimat ramalan, untuk menggambarkan dirinya secara pribadi. Padahal pernyataan tersebut dapat berlaku untuk semua orang.

Itulah pentingnya untuk menjadi manusia cerdas dalam menyikapi segala sesuatunya. Selain itu juga menguatkan keyakinan dan menegakkan prinsip hidup. Kalau keyakinan dan prinsip hidup kuat jika jodoh rezeki usia dan nasib ada pada yang kuasa, maka tidak akan lagi orang percaya pada hal yang belum tentu terbukti keabsahannya.