Ume Kbubu (Rumah Bulat) merupakan suatu konstruksi bangunan yang berbentuk bulat yang berfungsi sebagai tempat tinggal suatu keluarga, sehingga Ume Kbubu (Rumah Bulat)merupakan pusat kehidupan dan kekerabatan suatu kaum keluarga. Dalam masyarakat tradisional Etnik Atoni Pah Meto di Timor, fungsi Ume Kbubu itu sebagai rumah perempuan di mana semua aktivitas kehidupan sehari-hari kaum perempuan berada di sekitarnya, baik memasak, tidur, makan, melahirkan, menenun, menganyam, mendidik anak-anak, menerima tamu, dan juga sebagai tempat/lumbung menyimpan dan mengawetkan segala bahan makanan hasil panen dari kebun atau ladang berupa jagung, padi, kacang-kacangan, serta segala peralatan lainnya.

Bagian atap Ume Kbubu (Rumah Bulat) ini mencapai atau mendekati permukaan tanah dengan pintu yang rendah. Untuk memasuki rumah tersebut, orang harus mengambil sikap menunduk atau merangkak agar mudah melewati pintunya, sehingga dengan tanpa disadari keadaan tersebut mengundang orang secara tidak langsung untuk memberikan penghormatan dan penghargaannya terhadap kesakralan dan kesaktian ruang dalam Rumah Bulat tersebut.

Ukuran Ume Kbubu (Rumah Bulat) ini sangat bervariasi, tergantung kepada keinginan dan kebutuhan pemiliknya. Semula Ume Kbubu (Rumah Bulat) dipakai sebagai tempat doa marga, tempat untuk menyimpan harta pusaka, tempat tinggal, atau tempat peresmian seorang anggota baru, karena kelahiran atau perkawinan.

Ume Kbubu dan magis.

Ume Kbubu (Rumah Bulat) biasanya memengaruhi pula pandangan manusia tentang posisi rumah atau apa saja yang dibuat manusia sampai kepada pintu lumbung. Untuk tempat pembangunan orang akan melihat bukit-bukit, pohon-pohon, karena itu dianggap sebagai jalannya roh-roh jahat. Sedangkan pintu rumah diupayakan supaya mengahadap ke posisi yang lebih aman karena tempat rumah yang salah menurut pandangan orang Dawan, akan membawa dan nasib sial seperti penyakit, kebakaran, kelaparan, dan pengalaman amoral lainnya.

Orang Timor juga memiliki pandangan tentang kekuatan gaib atau magis yang terdapat pada pohon-pohon semak belukar dan sebagainya. Mereka dapat membedakan dengan baik pohon-pohon yang memiliki kekuatan magi putih (white magic) yang menguntungkan dan pohon-pohon atau semak belukar yang mengandung kekuatan magi hitam (black magic). Pandangan ini sangat berpengaruh terhadap kegiatan pengumpulan bahan ramuan untuk pembangunan rumah (ume) yang merupakan tempat tinggal.

Rumah tradisional masyarakat Etnik Atoni Pah Meto ini adalah salah satu unsur kebudayaan yang berkaitan erta dengan unsur lainnyakehidupan sosial, ekonomi, politis, kepercayaan, dan seni arsitekturnya. Secara sepintas, rumah dalam bentuk yang paling tradisional, sekalipun berhubungan erat dengan kebutuhan ekonomis manusia, tetapi pembangunannya berpedoman pada teknik arsitektur yang sudah ditradisikan turun-temurun sejak nenek moyang, dan akhirnya sebagai pusat kehidupan manusia. Rumah tradisional ini merupakan simbol lahirnya sistem politis, pusat pembinaan kehidupan moral etika, dan sarana aktualisasi konsep kepercayaan (keagamaan). Maka rumah tradisional Atoni Meto ini tidak hanya mengandung makna ekonomis, tetapi juga simbolis yang dalam, karena darinyalah terungkap falsafah hidup Etnik Atoni Pah Meto.

Dalam konteks arsitekturnya, rumah tradisional Etnik Atoni meto ini merupakan seni merancang bangunan tempat tinggal, yang terutama berfungsi untuk memberikan perlindungan dan rasa nyaman bagi manusia penghuninya. Namun dari gaya arsitektur yang sudah ditradisikan turun temurun, rumah tradisional Etnik Atoni meto ini memiliki kekhasan yang didasarkan pada adat istiadat, kebiasaan budaya, norma hidup, dan sistem kepercayaan asli. Maka arsitektur dan fungsi pada rumah dan tempat tinggal mempresentasikan totalitas sistem pemikiran dan falsafah hidup manusia yang berada pada tiga dimensi korelasi, yaitu: Manusia dengan sesamanya, baik dalam keluarga, suku, dan masyarakat umumnya. Manusia dengan alam sekitarnya sebagai medan kehidupan. Manusia dengan wujud tertinggi, arwah-arwah nenek moyang, roh-roh dan wujud-wujud supernatural lainnya.

Bentuk Ume Kbubu.

Bentuk bulat adalah ciri khas keaslian rumah (ume) orang Timor. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya Rumah Bulat (Ume Kbubu) yang dibangun dengan berbentuk bulat.

Bagian-bagain rumah adalah sebagai berikut:

1. Bagian dalam rumah (ume nanan), terdiri dari:

a. Ni Enaf (tiang induk rumah).

b. Tunaf (tungku api). Tepat di tengah rumah sebagai tempat menyiapkan makanan dan pengasapan semua bahan makanan dan barang-barang di atas loteng.

c. Hala tupa (tempat tidur) yang hanya dikhususkan bagi istri dan anak-anak.

d. Hala toko (tempat duduk) untuk duduk atau makan di dalam rumah.

e. Pana (para-para) untuk meyimpan segala peralatan makanan.

f. Ni Enaf pana tuan (tiang unduk di atas loteng) tempat menggantungkan segala barang pusaka.

g. Eno/Nesu (pintu rumah).

2. Bagian luar rumah (Ume kotin) terdiri dari:

a. Lingkaran tiris sekitar rumah yang meliputi tiris dari atap (tnat oe) dan loni (tanah yang dibuat berupa got untuk membendung air masuk ke dalam rumah).

b. Ume kotin (belakang rumah)

c. Ume siun (samping rumah).

d. Hau monef/hau tias (kayu trisula).

e. Pan oe (para-para) untuk menyimpan air minum di luar rumah.

f. Bubungan rumah (ume pupun).

Pembagian ruangan dan aturan Ume Kbubu.

Sesuai dengan totalitas pemikiran orang Dawan, untuk membangun sebuah rumah, terlebih Ume Kbubu, (Rumah Bulat) sangat terikat kuat dengan prisip kekerabatan yang mendasari semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan. Prinsip dan semangat tersebut mulai terwujud pada waktu perencanaan, pembagian kerja, penentuan hewan untuk upacara pembangunan dan pendinginan. Oleh karena itu, prinsip feto-mone (sistem kekerabatan yang terbentuk oleh perkawinan), prinsip kakak beradik (olif ma tataf) menjadi dasar penetuan, musyawarah, dan mufakat.

Pembagian ini merupakan kebiasaan tradisional yang menjadi pedoman hidup manusia. Oleh karena itu, semangat kekeluargaan, kegotong-royongan (bae-feto-bae-mone dan nekaf mese an sao mese) artinya pertimbangan ipar kandung, satu hati, satu jiwa. Sudah merupakan falsafah hidup orang Timor atau Dawan dalam melaksanakan suatu pekerjaan.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, setiap orang memasuki Rumah Bulat (Ume Kbubu) ini harus menaati tata cara yang ada. Tidak boleh sembarangan orang naik ke atas loteng, bahkan anak-anak dalam keluarga pun tidak diperbolehkan, kecuali anak laki-laki yang sudah menikah, maka istrinya itu diperbolehkan untuk naik ke atas loteng, sebagai tanda pemberian hak baginya untuk bisa mengambil dan menyimpan makanan. Karena yang diperbolehkan berhak adalah hanyalah seorang ibu yang bertanggung jawab.

Peran Ume Kbubu.

Rumah Bulat (Ume Kbubu) ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya mempersatukan dan memupuk rasa kekeluargaan sehingga sebagai tempat pemersatu dalam aspek budaya, sosial, moral, religious, dan politik. Baik pada masa tradisional, maupun pada masa modern sekarang.