Terdapat beberapa waktu yang dalam Islam dianjurkan untuk tidak tidur, salah satunya adalah setelah sholat subuh. Hal ini bertepatan dengan banyaknya keberkahan di waktu pagi.

Dalam beberapa hadits disebutkan, pagi adalah waktu yang paling baik untuk memulai aktivitas, karena pada pagi hari Allah menurunkan rezeki pada hamba-Nya. Rasulullah SAW sendiri telah meminta secara khusus kepada Allah untuk memberikan rezeki di waktu pagi.

Tidak jarang juga kita mendengar istilah "rezeki akan dipatuk ayam" jika ada seseorang yang bangun kesiangan.

Melihat banyaknya keutamaan di waktu pagi, alangkah baiknya umat Islam memulainya dengan melakukan amalan yang menambah keimanan. Seperti mengerjakan sholat sunah setelah matahari terbit atau yang biasa dikenal dengan sholat dhuha.

Ibadah sunah sendiri adalah sebuah amalan, tambahan setelah wajib. Melakukan ibadah sunah juag memiliki pahala besar tersendiri. Sayangnya tak sedikit umat Islam yang ingin melaksanakan ibadah sholat dhuha, tapi belum mengetahui tata caranya.

Adapun mengenai tata cara dan seperti apa sholat dhuha, berikut dirangkum dari berbagai sumber pada Selasa (24/3).

Keutamaan sholat dhuha.

Sholat dhuha sendiri sangat dianjurkan Rasulullah SAW. Dalam haditsnya yang diriwayatkan Bukhari-Muslim, Abu Hurairah berkata, "Rasulullah pernah berwasiat tiga hal kepadaku: puasa tiga hari dalam setiap bulan, sholat dhuha dua rakaat, dan witir sebelum tidur."

Sholat dhuha memiliki banyak keutamaan di dalamnya, karena itu sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Selain sebagai amalan harian Rasulullah SAW, sholat ini juga disebut dengan sholat awwabin yaitu sholatnya orang yang sering bertaubat.

Dalam hadits riwayat At Tirmidzi dan Ibnu Majah menyebutkan, "Siapa yang membiasakan (menjaga) sholat dhuha, dosanya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan".

Jika seseorang sering melakukan sholat dhuha dan terus menjaganya, maka ia termasuk orang yang taat dan tidak lalai sebagai hamba Allah SWT.

Dalam hadits lainnya yang diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah Muhammad SAW bersabda:

"Setiap pagi, setiap ruas anggota badan kalian wajib dikeluarkan sedekahnya. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, dan melarang berbuat munkar adalah sedekah. Semua itu dapat diganti dengan sholat dhuha dua rakaat."

Selain pahalanya seperti orang yang sedang bersedekah, orang yang mengerjakan sholat dhuha secara rutin akan dicukupkan rezekinya oleh Allah SWT.

Menurut Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), berikut beberapa amalan yang bisa didapatkan dari sholat dhuha.

a. Sholat dhuha sebagai ampunan dosa.
Orang yang membiasakan diri melaksanakan dhuha, dosanya akan diampuni oleh Allah SWT. Rasulullah pernah bersabda yang artinya, "Siapa yang membiasakan (menjaga) sholat dhuha, dosanya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan." (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

b. Tidak dianggap orang lalai.
Salah satu cara agar kamu bisa terhindar dari sifat lalai, dalam hal rahmat Allah, maka kerjakanlah sholat dhuha. Rasulullah pernah bersabda yang artinya, "Orang yang mengerjakan sholat dhuha tidak termasuk orang lalai," (HR Al-Baihaqi dan An-Nasa'i).

c. Sholat dhuha adalah sebuah sedekah.
Sholat dhuha adalah gambaran tubuhmu mengeluarkan sedekah. Rasulullah pernah bersabda yang artinya, "Setiap pagi, ruas anggota tubuh kalian harus dikeluarkan sedekahnya. Amar ma'ruf adalah sedekah, nahi mungkar adalah sedekah, dan semua itu dapat diganti dengan sholat dhuha dua raka'at," (HR Muslim).

Melihat banyak sekali keutamaan dalam sholat dhuha tentu saja akan sangat merugi jika kita melewatkannya.

Tata cara sholat dhuha.

Tata cara sholat dhuha sebenarnya sama dengan sholat-sholat sunah lain pada umumnya, sholat dua rakaat dengan satu salam. Yang berbeda hanya terletak pada niat, doa dan waktunya.

Untuk jumlah rakaatnya dalam hadits disebutkan bahwa jumlah rakaat sholat dhuha minimal 2 rakaat dan maksimal 12 rakaat. Namun ada sebagian ulama yang tidak membatasi jumlah rakaat dalam sholat yang juga disebut sholat awwabin ini.

Hadits dari Aisyah radhiallahuanha, Dahulu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sholat dhuha empat rakaat dan beliau biasa menambahkan sesuka beliau, HR Muslim no 719.

Rasulullah sendiri terkadang mengerjakan sholat dhuha 4 rakaat. Tetapi juga pernah melaksanakan sholat dhuha 8 rakaat. Ini sesuai dengan hadist Rasulullah:

Dari Ummu Hani' binti Abi Thalib, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mengerjakan sholat dhuha sebanyak 8 rakaat. Pada setiap dua rakaat, beliau mengucap salam." (HR Abu Dawud)

Niat sholat dhuha.

Dalam madzhab Maliki dan Hanafi, mengucapkan niat sholat dhuha sebelum mengangkat tangan untuk takbirotul ihram tidak disyariatkan, kecuali bagi orang yang ragu-ragu dengan niatnya.

Kedua madzhab di atas berpendapat bahwa niat sholat dhuha cukup dilafalkan dalam hati saja. Karena hal ini adalah bid'ah (tidak dicontohkan Rasulullah SAW) dan khilaful aula (menyalahi keutamaan)

Sedangkan menurut madzhab Syafi'i dan Hambali, mengucapkan niat sholat dhuha sebelum takirotul ihram hukumnya sunah. Fungsinya adalah untuk membuat hati lebih khusyu', fokus dan mantap dalam menjalankan sholat.

Berikut lafaz niat sholat dhuha:

"Ushollii Sunnatadh Dhuha Rok'ataini Mustaqbilal Qiblati Adaa'an Lillaahi Ta'aalaa."

Artinya: "Aku niat sholat sunah Dhuha dua rakaat menghadap kiblat saat ini karena Allah Ta'ala."

Secara ringkas berikut ini adalah tata cara sholat dhuha:
- Membaca niat sholat dhuha
- Membaca takbiratul ihram, diikuti dengan membaca doa iftitah
- Membaca surat Al Fatihah
- Membaca surat dari Alquran, diutamakan Surah Asy-Syamsi
- Melakukan ruku' dengan tumakminah
- Melakukan i'tidal
- Melakukan sujud pertama
- Duduk di antara dua sujud
- Melakukan sujud kedua

- Berdiri lagi untuk menunaikan rakaat kedua
- Membaca surat Al Fatihah
- Membaca surat dari Alquran, diutamakan Surah Ad Dhuha
- Melakukan ruku'
- Melakukan i'tidal
- Melakukan sujud pertama
- Duduk di antara dua sujud
- Melakukan sujud kedua
- Duduk tahiyat akhir
- Mengucapkan salam

Jika rakaat lebih dari dua seperti 4 atau 8 rakaat, sholat dhuha dikerjakan dua rakaat salam, setelah itu baru ditambah 2 rakaat salam. Jadi mengulang 2 rakaat salam, dua rakaat salam. Begitu juga dengan seterusnya.

Waktu mustajab sholat dhuha.

Waktu dhuha sendiri dimulai pada saat matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta mulai dari terbitnya matahari (sekitar jam 7 pagi) sampai beberapa menit sebelum waktu dzuhur tiba.

Menurut Imam Syafi'i dalam fikih manhaji, waktu terbaik untuk melaksanakan sholat dhuha yaitu pada saat padang pasir sudah terasa panas dan unta mulai beranjak.

Dalam Nuzhatul Muttaqin karya Syaikh Musthafa Al Bugha dan empat ulama lainnya menjelaskan bahwa waktu sholat dhuha diimulai sejak matahari beranjak tinggi sampai matahari mendekati posisi tengah. Tetapi, waktu terbaiknya adalah saat matahari meninggi dan sudah terasa panas.

Dari penjelasan di atas lebih banyak dianjurkan untuk melihat tanda-tanda alam karena pada zaman itu belum ada jam. Sehingga orang bisa melihat dari tanda-tanda alam sebagai patokan.

Di Indonesia sendiri waktu sholat dhuha paling tepat menurut kesepakatan ulama adalah pada waktu jam 9 pagi, waktu tengah antara awal mulai sholat dhuha dan akhir sholat dhuha yang mendekati waktu dzuhur.

- Awal waktu sholat dhuha.
Awal waktu sholat dhuha dimulai 20 menit setelah ,atahari terbit. Sesuai pula dengan keterangan hadits yang diriwayatkan oleh 'Amr bin 'Abasah.

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kerjakanlah sholat subuh kemudian tinggalkanlah sholat hingga matahari terbit, sampai matahari naik. Ketika matahari terbit, ia terbit di antara dua tanduk setan, saat itu orang-orang kafir sedang bersujud (menyembah Matahari)." (HR. Muslim)

- Akhir waktu sholat dhuha.
Akhir waktu sholat dhuha adalah 15 menit sebelum masuk waktu sholat zhuhur. Namun waktu terbaik atau utama mengerjakan sholat dhuha adalah di waktu yang akhir atau seperempat siang, yaitu dalam keadaan yang semakin panas. Itu sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Zaid bin Arqam.

Zaid bin Arqam melihat orang-orang mengerjakan sholat dhuha (di awal pagi). Dia berkata, "Tidakkah mereka mengetahui bahwa sholat di selain waktu ini lebih utama. Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'sholat orang-orang awwabin (taat; kembali pada Allah) adalah ketika anak unta mulai kepanasan'." (HR. Muslim)

Doa setelah sholat dhuha.

Sebenarnya tidak ada doa khusus yang diajarkan Rasulullah. Sehingga para ulama tidak mencantumkannya pada kitab-kitab fikih. Kendati demikian, ada doa setelah sholat dhuha populer di kalangan umat Islam.

Meskipun bukan berasal dari Nabi, tapi doa ini boleh dilafalkan. Karena segala sesuatu yang baik itu dibolehkan.

Berikut bacaan doanya:

Allahumma innad dhuha'a dhuha'uka, wal baha'a baha'uka, wal jamala jamaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal ishmata ishmatuka.

Artinya, "Wahai Tuhanku, sungguh dhuha ini adalah dhuha-Mu, keagungan ini adalah keagungan-Mu, keindahan ini adalah keindahan-Mu, kekuatan ini adalah kekuatan-Mu, dan penjagaan ini adalah penjagaan-Mu."

All?huma in kana rizqi fis sama'i fa anzilhu, wa inkana fil ardhi fa akhrijhu, wa ink?na mu'siran (muassaran) fa yassirhu, wa in kana haraman fa thahhirhu, wa inkana baidan fa qarribhu, bi haqqi duha'ika wa baha'ika wa jamalika wa quwwatika wa qudratika. atini ma atayta ibadakas shalih?n.

Artinya, "Wahai Tuhanku, jika rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah. Jika berada di dalam bumi, maka keluarkanlah. Jika sukar atau dipersulit (kudapat), mudahkanlah. Jika (tercampur tanpa sengaja dengan yang) haram, sucikanlah. Jika jauh, dekatkanlah dengan hak duha, keelokan, keindahan, kekuatan, dan kekuasaan-Mu, datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada para hamba-Mu yang saleh."