Hoaks alias berita palsu/bohong yang beredar di Indonesia semakin lama semakin meningkat saja. Berdasarkan data dari Kominfo, total ada 1.731 hoaks sejak Agustus 2018 sampai April 2019. Terlebih lagi saat menjelang pemilu lalu, hoaks yang berkaitan tentang politik juga semakin meningkat.

Hal tersebut membuat situasi politik semakin memanas pada saat itu. Apapun bentuknya, penyebaran hoaks sangat mudah tersebar di sosial media.

Mengapa bisa begitu?

Hal tersebut disebabkan karena tingginya jumlah pengguna sosial media di Indonesia. Secara otomatis, bila banyak yang menggunakannya maka berita bohong tersebut akan lebih mudah tersebar luas.

Berdasarkan hasil riset dari Wearesosial Hootsuite yang dikeluarkan pada bulan Januari 2019, pengguna media sosial di Indonesia menembus angka 150 juta atau sebesar 56% dari total populasi.Terlebih lagi, berbagai sosial media saat ini seperti facebook, twitter, ataupun instagram belum memiliki fitur yang dapat menyaring postingan.

Yang ada, jika konten tersebut sudah tampil baru bisa dilaporkan ke pihak facebook, twitter, atau instagram untuk ditindaklanjuti lebih jauh.Apakah prosesnya cepat? Pada faktanya belum tentu seperti itu, contohnya saja facebook. Bukan perkara yang mudah untuk melaporkan konten negatif ke pihak Facebook.

Butuh waktu setidaknya 1x24 jam untuk mendapatkan tanggapan dari pihak Facebook. Sedangkan dalam jangka waktu tersebut berita bohong sudah cepat menyebar ke mana-mana.

Menangkal hoaks yang tepat.

Dengan meningkatnya hoax secara terus menerus, lantas apa cara terbaik untuk mengatasinya? Beragam cara telah dilakukan pemerintah. Salah satunya adalah dengan membatasi sebagian fitur sosial media pada tanggal 22 Mei yang lalu. Namun apakah cara tersebut efektif?

Dalam jangka pendek mungkin iya. Terbukti dari berkurangnya penyebaran berita bohong pada saat pembatasan beberapa fitur sosial media pada saat 22 Mei lalu. Tetapi belum tentu untuk jangka panjang. Bilamana pemerintah terus menerus menerapkan kebijakan seperti itu akan ada pihak-pihak yang dirugikan.

Salah satunya adalah pebisnis online shop yang tentu saja menghambat komunikasi dengan calon pembeli jika sebagian atau keseluruhan fitur sosial media tak dapat digunakan. Penjual tak lagi bisa mengirimkan gambar produk ke calon konsumennya.

VPN selama ini memang dianggap sebagai solusi, namun tak semua orang yang memahami tentang hal tersebut (re: VPN). Belum lagi himbauan dari para pakar yang tidak merekomendasikan untuk menggunakan aplikasi yang satu ini.

Jadi apa yang sebaiknya dilakukan?

Selain penanganan hoax untuk masa sekarang, hoaks juga perlu ditangani agar tidak terjadi lagi di masa yang akan datang. Untuk jangka pendek, pemerintah harus terus menerus melakukan edukasi dan sosialisasi tentang hoaks utamanya terhadap orang tua.

Mengapa harus orang tua?

Menurut fakta yang bersumber dari laporan reporter BuzzFeed, Craig Silverman, disebutkan bahwa penyebar berita bohong paling banyak dilakukan oleh orang tua berusia di atas 65 tahun (sekitar 11%).

Sementara penyebar berita bohong untuk golongan usia 18 sampai 29 tahun hanya 3%. Satu hal yang pasti, orang tua pasti telah mengenal dunia internet jauh lebih lama dibandingkan dengan generasi yang lebih muda.

Namun meski begitu bukan berarti orang yang berusia di bawah 30 tahun tidak perlu diberikan pendidikan dan sosialisasi tentang berita palsu/bohong. Tetap harus dilakukan, paling tidak untuk menurunkan angka hoaks untuk saat ini dan supaya mereka tidak melakukannya di masa yang akan datang.

Peningkatan literasi.

Cara lain yang bisa dilakukan lebih bersifat jangka panjang, yakni dengan meningkatkan literasi orang-orang Indonesia, terutama bagi mereka yang masih anak-anak atau pelajar. Seseorang yang memiliki kemampuan literasi yang rendah biasanya akan lebih mudah untuk termakan berita bohong.

Dan jika tingkat literasi Indonesia masih dalam tahap seperti saat ini dan terus menerus seperti ini maka sampai kapanpun masyarakat Indonesia akan semakin (maaf) bodoh dan tertinggal dengan bangsa lainnya.

Memasukkan buku bacaan wajib ke dalam kurikulum, peningkatan kualitas akses pendidikan, dan peningkatan kesejahteraan guru merupakan beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan literasi Indonesia.Memang butuh proses yang panjang, namun jika pemerintah efektif melakukannya bukan sesuatu hal yang mustahil jika tingkat literasi Indonesia perlahan-lahan akan semakin meningkat.

Tak hanya dari pemerintah saja, semua rakyat Indonesia, para milenieal mari bersama-sama perangi hoaks. Tanpa bantuan dari kalian, penangkalan penyebaran berita bohong pasti tidak akan berjalan dengan maksimal. Ingat selalu akan prinsip "saring sebelum sharing", jangan langsung membagikan tulisan sebelum kamu benar-benar mengetahui kebenaran isinya.

Jangan pernah takut untuk melaporkan berita bohong kepada pihak yang berwenang. Sebelum konten menyebar kemana-mana, kamu bisa melaporkannya ke pihak Kominfo agar konten tersebut segera dihapus atau bisa melapor ke polisi supaya pembuat ataupun penyebar mendapatkan hukuman yang setimpal.

Jika pencegahan atau penangkalan hoaks tidak dimulai dari sekarang, kapan lagi masalah ini akan selesai?