Banyak yang merasa hidupnya abu-abu, gundah gelisah, dan merasa jika ialah makhluk Tuhan yang paling sengsara. Dan penulis adalah salah satunya. Selalu merasa terkekang oleh waktu dan merasa dunia terlalu kejam untuk diri yang lemah, padahal semuanya bisa baik-baik saja jika otak mau berpikir demikian.

"Bahagia yang dirasa oleh seorang tabib, ialah jika ia dapat menyembuhkan orang yang sakit dengan tidak mempergunakan obat, cukup dengan mempergunakan aturan makan saja" - Abu Bakar ar-Razi(Prof.DR.HAMKA,Tasawuf Modern,Jakarta: Republika Penerbit, 2015, hlm 14.)

Seorang tabib sangat bahagia ketika pasiennya sembuh tanpa obat-obatan. Kebahagiaan ini hanya ia saja yang dapat merasakan. Tentu saja seorang juru bangunan tidak bisa merasakan bahagianya sang tabib ketika ia sedang sibuk mengecat sebuah tembok. Dan bisa kita lihat bentuk bahagia yang barangkali sudah tergambarkan di otak, sesederhana itu namun rasanya sangat luar biasa untuk orang yang merasakannya.

Letakkebahagiaan seseorang tidak melulu tentang dunia percintaan yang selalu bersorak, "Bulan depan kami akan merayakan anniversary ke-10 tahun" atau "Sebentar lagi saya akan dilamar dan diberi mahar jutaan!" Tidak juga tentang dunia karier yang kerap kali bergumam, "Sebentar lagi saya gajian!" atau "Bulan depan saya naik jabatan." Tentu saja bahagia ini tidak akan berlaku untuk seorang pedagang kaki lima yang bahagianya adalah, "Dagangan saya habis terjual dalam jangka waktu 4 jam!"

Setiap orang memiliki kehidupan yang berbeda, dan jelas porsi bahagianya tidak sama. Kita sebagai manusia, hanya perlu mensyukuri apa yang sudah Tuhan beri. Jika hari ini kamu merasa kecewa karna tidak lolos seleksi ke Universitas favoritmu, maka pasti di luar sana sudah banyak Universitas lain yang akan menerimamu. Tuhan memberikanmu ujian, bukan karena Ia tak sayang. Melainkan untuk membuatmu dirimu kuat dan hebat ke depannya, karena hidup tak selalu tentang rasa kecewa dan juga tidak tentang bahagia. Keduanya berbeda namun selalu bersampingan.

Bahagia itu sederhana, ketika kamu mensyukuri keadaanmu. Tanpa merasa terbebani akan hal berat yang tengah menunggangi. Percaya saja di balik kecewamu hari ini ada bahagia yang sudah menanti.