Pada masa pandemi ini kegiatan berbelanja masyarakat menjadi terhambat akibat adanya protokol social distancing. Social distancing membatasi masyarakat untuk bepergian ke tempat umum yang ramai pengunjung. Hal ini mendorong masyarakat untuk beralih menggunakan e-commerce dan berbelanja dari rumah untuk memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder mereka.

Dikutip dari laman Statista, 10 e-commerce yang sekarang paling populer dan banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia adalah Shopee, Tokopedia, Bukalapak, Lazada Indonesia, Blibli, JD.id, Orami, Bhinneka, Zalora Indonesia, dan Matahari.

Berdasarkan hasil riset dari Bank Indonesia, e-commerce yang merupakan situs dagang online berhasil mencapai lebih dari 140 juta transaksi pada bulan Agustus 2020. Angka ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar hampir dua kali lipat dibandingkan pada bulan Agustus 2019 yang tercatat hanya sebanyak 80 juta transaksi.

Dengan semakin banyaknya orang yang menggunakan e-commerce untuk berbelanja dari rumah, munculah kebiasaan-kebiasaan baru yang kerap dilakukan oleh masyarakat sebagai pengguna e-commerce.

Lantas, apa saja kebiasaan baru dari kegiatan shop from home ini? Berikut penjelasannya.

1. Testimoni pembeli jadi panutan.

Salah satu kebiasaan baru yang paling sering dilakukan ketika akan membeli sebuah produk adalah memperhatikan testimoni dan ulasan dari para pembeli sebelumnya. Para calon pembeli akan menimbang apakah produk yang akan mereka beli betul-betul sesuai dengan deskripsi yang tertera di online store dan sesuai dengan ekspektasi mereka.

Produk yang memiliki banyak testimoni buruk dapat mendorong calon pembeli untuk membatalkan pembelian produk tersebut. Sama halnya jika kebanyakan dari pembeli memberikan testimoni yang baik dan positif, maka para calon pembeli akan lebih terdorong untuk membeli produk tersebut.

Bentuk testimoni dari para pembeli juga terbagi dalam beberapa jenis. Bisa berupa penilaian melalui komentar, rating dengan skala bintang 1 sampai 5, dan dalam bentuk bukti foto dari produk yang dibeli.

Dari sini, biasanya para pembeli akan mengira-ngira apakah kualitas produk yang akan dibeli itu sesuai dengan harapan mereka. Contohnya saja ketika sebuah produk menerima banyak komentar buruk dan penilaian dengan bintang 2 atau 1, maka para pembeli biasanya akan berpikir ulang sebelum memutuskan untuk membeli produk tersebut. Hal yang sama juga berlaku pada online store yang dapat diberi rating penilaian atas pelayanan jasa penjualnya.

2. Memperhatikan jumlah produk yang terjual.

Tidak seperti belanja offline, e-commerce memiliki fitur di mana penggunanya dapat mengetahui banyaknya jumlah produk yang terjual dari sebuah online store. Mayoritas pengguna e-commerce memiliki persepsi bahwa semakin banyak produk yang terjual, maka semakin terpercaya pula online store tersebut beserta dengan kualitas produknya.

Pandangan ini menimbulkan sebuah kebiasaan baru dalam berbelanja, yang mana membuat penggunanya akan lebih terdorong untuk membeli suatu produk yang sudah banyak terjual. Sebaliknya, jika produk yang akan dibeli memiliki jumlah penjualan yang sedikit, maka akan lebih kecil kemungkinan produk tersebut untuk dibeli.

3. Membeli dari online store resmi.

Dulu banyak anggapan kalau barang yang dibeli secara online sering tidak sesuai dengan ekspektasi dan deskripsi produk yang tertera di online store. Namun sejak berlakunya protokol social distancing, banyak merek ternama yang mulai beralih untuk membuat toko online resmi di e-commerce.

Masyarakat yang tidak bisa berbelanja secara offline pun jadi memiliki kebiasaan berbelanja melalui toko online resmi atau official online store karena adanya keamanan transaksi yang terjamin. Hal ini juga membuat masyarakat percaya akan keaslian dan kualitas produksi barang, yang dijual secara offline maupun online.

Terlebih sejak virus Covid-19 merebak, hasil riset perusahaan perangkat lunak di Indonesia, Sirclo menunjukkan peningkatan pesat terhadap jumlah pembelian produk kesehatan seperti masker, hand sanitizer, vitamin, tisu basah, dan sabun cuci tangan. Di mana pembelian produk-produk tersebut harus mengutamakan keaslian dan kualitasnya.

4. Cari yang free ongkir.

Kebiasaan terakhir yang kerap dilakukan para pengguna e-commerce adalah membeli produk yang menawarkan tarif ongkir secara gratis. Di mana seperti yang kita tahu mayoritas masyarakat Indonesia pasti menyukai potongan harga, terlebih lagi penawaran cuma-cuma.

Hal ini juga tampaknya diketahui oleh pihak e-commerce seperti Shopee contohnya yang sering mengadakan promo free ongkir besar-besaran, salah satunya melalui festival belanja Shopee 11.11.

Tercatat bahwa festival belanja Shopee 11.11 yang dilaksanakan selama social distancing ini mengalami peningkatan transaksi hingga enam kali lipat dibandingkan 2019. Ini menunjukkan adanya ketertarikan besar dari masyarakat terhadap layanan free ongkir yang ditawarkan e-commerce.

Itulah empat kebiasaan baru masyarakat Indonesia dalam berbelanja di saat social distancing yang mengharuskan mereka belanja dari rumah. Dari empat kebiasaan belanja online di atas, yang mana kebiasaanmu?