Fenomena pandemi Covid-19 merupakan bencana non-alam yang bersifat global, melanda Indonesia bahkan dunia. Tentunya fenomena ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para peneliti berbagai disiplin ilmu dalam melakukan penelitian. Salah satunya penelitian yang masuk ranah disiplin Ilmu Komunikasi.Secara garis besar penelitian ranah Ilmu Komunikasi adalah penelitian-penelitian yang di dalamnya membahas proses, produksi, dan pengaruh sistem tanda dan lambang dalam kehidupan manusia.

Berikut merupakan ragam penelitian komunikasi terkait Covid-19. Terdapat tiga penelitian yang menggunakan metode penelitian framing, analisis isi kualitatif, dan analisis isi kuantitatif.

Penelitian framing.

Salah satunya yaitu penelitian dengan judul Pembingkaian Gaya Komunikasi Empati Tri Rismaharini Terkait Pandemi Covid-19. Sebuah analisis framing di kanal berita Republika.co.id dan Suara.com. periode April sampai dengan September 2020.

Perangkat framing yang digunakan adalah Pan dan Kosicki yang meliputi empat struktur pemberitaan. Artikel berita yang dianalisis meliputi 10 berita dari masing-masing kanal berita online, yang diambil dari tiga fase pandemi. Adapun tiga fase tersebut meliputi fase awal, bulan Maret-April 2020 sebagai fase awal terkonfirmasinya kasus positif Covid-19. Fase kedua, antara bulan Mei-Juli 2020 saat kasus penderita Covid-19 di Surabaya semakin meningkat jumlahnya. Terakhir fase ketiga, pada bulan Agustus-September 2020, merupakan saat jumlah penderita Covid-19 di Surabaya sudah mulai melandai.

Hasil temuannya menjelaskan adanya perbedaan dalam pembingkaian gaya komunikasi empati Tri Rismaharini selaku Walikota Surabaya antara kanal berita online Republika dan Suara. Pembingkaian yang dilakukan Republika.co.id menggambarkan Risma sebagai seorang pemimpin wanita yang memiliki empati tinggi terkait dengan pandemi Covid-19 yang dialami masyarakat Surabaya. Sebaliknya, Suara.com membingkai Risma dalam bentuk personifikasi sosoknya sebagai perempuan yang lekat dengan sifat lemah lembut dan menderita dalam menghadapi pandemi Covid-19 dengan dominan menjadikan aksi sujud Risma di depan para dokter sebagai komoditas penarik perhatian pembaca. Pola pemberitaan yang dilakukan Republika dalam tiga fase memiliki kesamaan dalam ketiga fase dari bulan Maret-September 2020. Sebaliknya, Suara.com memiliki pola pemberitaan yang berbeda untuk setiap fasenya.

Temuan menarik lainnya adanya perbedaan dalam penyajian headline berita. Republika memiliki kebiasaan menggunakan kata yang informatif untuk judul. Sebaliknya, Suara memilih strategi menggunakan kata yang ringkas dan lugas sebagai judul pemberitaan gaya komunikasi empati Tri Rismaharini terkait pandemi Covid-19.

Saran akademis untuk penelitian berikutnya yang dapat ditindaklanjuti adalah melanjutkan penelitian ini dengan menggunakan metode CDA untuk mengetahui level produksi teks dan level sosial.

Penelitian analisis isi kualitatif.

Penelitian berikut berjudul Genderlect style Gaya Komunikasi Juru Bicara Penanganan Covid-19 (Ernawan dan Wijayanti, 2021). Awalnya, penelitian ini dilatarbelakangi perbedaan gaya komunikasi juru bicara berdasar jenis kelamin dengan peran sebagai representasi PR pemerintah pusat. Menariknya, penelitian ini juga hendak memperkaya minimnya penelitian dalam ranah PR pemerintah.

Analisis isi kualitatif dilakukan terhadap 5 video sosialisasi terkait Covid-19, dengan tema-tema yang muncul saat fase awal pandemi seperti tema penggunaan masker, social distancing, peningkatan jumlah penderita Covid-19, New Normal, dan peta sebaran wilayah. Hasil penelitian menemukan bahwa kedua juru bicara penanganan Covid-19 sama-sama telah melakukan tugas utama mereka terkait media relations, yakni menyiapkan subsidi informasi.

Temuan menarik lainnya terkait adanya perbedaan penerapan Genderlect style pada gaya komunikasi antara laki-laki dan perempuan. Hal ini tampak pada dimensi Genderlect, meliputi aspek non verbal dan verbal. Secara garis besar, terdapat perbedaan pada aspek non verbal, meliputi dimensi kinesik, facial expression, eye contact, haptic, gerak bibir, senyum dan penggunaan artefak, dalam hal ini pakaian yang digunakan antara juru bicara laki-laki dan juru bicara perempuan.

Dalam hal ini temuan penelitian mengonfirmasi konsep konsep perbedaan gaya komunikasi antara laki-laki dan perempuan dari perspektif Genderlect Style Deborah Tannen. Misalnya saja dari dimensi senyuman, perempuan lebih banyak tersenyum dibandingkan laki-laki. Begitu pula dari dimensi haptic, perempuan lebih banyak menggunakan gerakan tangan dibanding laki-laki.

Temuan lainnya dari aspek verbal yang melihatnya pada pengorganisasian data, struktur penyampaian pesan, organisasi pesan, penggunaan pilihan kata, jeda ketika berbicara, maupun kesalahan pengucapan yang dilakukan. Terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan, terutama pada dimensi penggunaan kata-kata. Dr Reisa lebih banyak mengunakan pilihan kata-kata yang kompleks dan panjang. Sebaliknya, Achmad Yuriawan memilih menggunakan kata-kata yang singkat, ringkas dan lugas. Begitupun pada dimensi kesalahan pengucapan, Achmad Yuriawan lebih sering melakukan kesalahan pemilihan kata yang menyebabkan multitafsir. Sebaliknya Dr Reisa, lebih berhati-hati dalam menyampaikan informasi dan penggunaan pilihan kata-kata yang tepat dan tidak multitafsir.

Saran akademis yang diberikan untuk penelitian lanjutan dari penelitian ini adalah meneliti dengan menggunakan kerangka acuan berbeda tidak hanya dari aspek komunikasi verbal dan non verbal saja.

Penelitian analisis isi kuantitatif.

Konten Parenting di Media OnlineSelama Pandemi merupakan salah satu judul penelitian dengan menggunakan metode analisis isi kuantitatif (Aisyah dan Wijayanti, 2021). Dengan mengambil subjek penelitian dari 3 situs berita online yaitudetik.com, tribunnews.com dan okezone.com, penelitian ini hendak meneliti bagaimana media menampilkan berita parenting selama masa pandemi. Selama kurun waktu Maret sampai dengan Desember 2020, berita yang termasuk dalam kategori parenting dianalisis dan dikelompokkan menurut kategori topik, narasumber, tone (nada) dan gaya penulisan.

Konten parenting sendiri diartikan sebagai berita terkait pengasuhan anak dan remaja. Awal penelitian ini sendiri dilatarbelakangi ketertarikan terhadap meningkatnya kebutuhan orang tua untuk mendapatkan konten edukasi parenting seiring dengan kondisi pandemi Covid-19 saat ini.

Analisis isi kuantitatif dilakukan terhadap 135 berita parenting dari ketiga situs berita onlinesebagai unit analisis. Temuan penelitian menghasilkan bahwa selama pandemi, pemberitaan parenting yang ditampilkan dominan mengambil topik kesehatan, dengan narasumber dari kalangan kesehatan, nada pemberitaan bersifat anjuran, serta gaya penulisan soft news dalam bentuk feature.

Bila diamati dan dibandingkan dengan konten parenting yang ditampilkan antara sebelum dan sesudah pandemi, terdapat perbedaan pada topik yang diangkat dan narasumber yang digunakan sebagai sumber berita. Sebelum pandemi, topik yang diangkat sebagai konten berita parenting beragam. Sedangkan pada masa pandemi, topik kesehatan menjadi topik dominan dibanding topik-topik lain. Hal ini tentunya dapat dipahami karena isu pandemi Covid-19 terkait isu kesehatan.

Begitu pula halnya dengan narasumber pemberitaan. Bila selama masa pandemi kalangan kesehatan, baik dokter maupun psikolog menjadi narasumber yang dominan digunakan sebagai sumber berita. Maka sebelum pandemi, narasumber untuk konten parenting beragam menyesuaikan topik yang diangkat. Mulai dari kalangan kesehatan sampai pada selebriti.

Saran praktis yang dihasilkan penelitian ini diberikan pada pihak redaksi kanal berita online untuk dapat menyediakan rubrik khusus terkait konten parenting.