Kesehatan mental adalah bahagia lahir batin dan mampu menjalankan aktivitas dan kontribusi secara penuh.Kondisi mental yang sehat sangat berperan dalam menjalani setiap aspek kehidupan. Tidak hanya di kehidupan sosial, tetapi berperan meningkatkan produktivitas kita di lingkungan kerja.

Alasannya, ketika memiliki mental yang sehat, kita dapat menghadapi setiap permasalahan dan tantangan dengan baik dan tenang.Hal itu tertuang pada diskusi yang diselenggarakan oleh AIESEC in Universitas Indonesia, bertajuk "Leadlive Session: Managing Mental Health in Workplace Through People Management".

Diskusi yang berkolaborasi bersama dua komunitas kesehatan mental, I Am Okay dan In. Growth ini diselenggarakan secara virtual, pada Jumat (27/8/2021).

Sheyrin Putri, S.psi., salah satu pendiri I Am Okay, mengatakan bahwa kesehatan mental sangat berkaitan dengan tingkat produktivitas seseorang. Jika memiliki mental yang sehat, seseorang akan sangat termotivasi dan menikmat segala kegiatan yang sedang ia lakukan.

"Untuk tetap produktif, kita harus termotivasi dan enjoy. Untuk termotivasi, harus punya mental yang sehat dan juga berada di lingkungan kerja yang sehat. Oleh karena itu, kondisi kesehatan mental sangat berkaitan dengan produktivitas," jelas Sheyrin.

Hal itu diamini oleh Syahla Salma Nabilah, S.Psi, pendiri In.Growth, menyampaikan pentingnya kita untuk peduli dengan kesehatan mental untuk menghindari efek 'bola salju' yang dapat berdampak buruk pada hubungan sosial kita kepada lingkungan sekitar dan tingkat produktivitas di lingkungan kerja.

"Jika tidak terjaga, isu kesehatan mental dapat menjadi snowball effect yang kalau dibiarkan akan berdampak semakin buruk, serta berdampak kepada hubungan kita terhadap lingkungan sekitar. Bahkan bisa menurunkan performa di lingkungan kerja," ujar Salma.

Di lingkungan kerja, selain harus tetap pada jalur mengejar target yang ingin dicapai, penting juga untuk selalu mengelola kondisi mental para anggotanya. Jika internal perusahaan/organisasi tidak dapat menjaga lingkungan kerja yang sehat, para anggota pun terjebak pada situasi kerja yang toksik.

Sheyrin menjelaskan beberapa tanda-tanda yang menunjukkan situasitoksik pada lingkungan kerja. Pertama, tidak dapat membagi tugas/peran para anggotanya dengan baik. Kedua, ditambah komunikasi dan relasi internal yang buruk.Kemudian, minimnya kerja sama tim atau lack of teamwork sehingga beban kerja dipikul oleh masing-masing indivu. Terakhir, lack of knowledge akibat minimnya pengetahuan yang diberikan oleh manajemen kepada anggotanya, baik dalam bentuk pelatihan ataupun buku saku.

Pada kesempatan yang sama, Syahla Salma menjelaskan lingkungan kerja yang sehat dapat dibentuk melalui People Management System.People Management dapat menciptakan lingkungan yang saling mendukung, aman sehingga para anggota bisa bereksplorasi dan dapat menyuarakan isu yang sedang terjadi terutama isu kesehatan mental.

"Untuk mencapai lingkungan tersebut faktor kepemimpinan sangat berperan penting sehingga para anggotanya mampu menceritakan apa yang sedang mereka alami," tambah Salma.

Para manajemen juga perlu melakukan address prevention, agar dapat mengelola lingkungan kerja yang sehat demi kesehatan mental para anggota terjaga.Kemudian, perlu juga early intervention, untuk mengidentifikasi faktor yang berpotensi mengganggu kesehatan mental. Selanjutnya adalah bagaimana culture-nya bisa mendukung seseorang untuk berbicara tentang masalah kesehatan mentalnya.

Sheyrin yang merupakan rekan sejawat Syahla selama di Fakultas Psikologi UI ini menambahkan internal perusahaan untuk dapat menggunakan komunikasi asertif dalam beraktivitas. Hal itu berguna untuk memberikan feedback kepada setiap anggota, baik kabar baik maupun kabar buruk.

"Inspire others by giving lots of feedback with assertive communication and doing refreshments like sharing sessions. Also, communicate even if it's bad news, pungkas Sheyrin.

Pada sesi akhir diskusi, sang moderator, Vilona Stefany dari AIESEC in UI turut menyampaikan bahwa AIESEC selalu mendukung terciptanya lingkungan kerja yang nyaman dan ramah terhadap kesehatan mental.AIESEC melalui program-programnya, seperti global volunteer, global talent, global teacher sangat memegang nilai-nilai yang pedulu terhadap isu kesehatan mental.Sebagai contoh, di dalam lingkup internal organisasi, AIESEC selalu menyediakan ruang dialog antar anggota, baik dari atas ke bawah maupun sebaliknya demi menciptakan lingkungan kerja yang sehat melalui People Management.