Dalam dunia perdagangan umumnya, untuk meraih keuntungan maka penjualan produk harus menggunakan ukuran dan aturan baku. Seperti misalnya harga jual. Harga jual sebuah produk haruslah di atas hargaatau biaya produksi agar keuntungan dari penjualan bisa diraih.

Misalnya jika sebuah produk menghabiskan biaya produksi sebesar Rp1.000.000 makan produk itu harus dijual di atas harga Rp1.000.000 agar tidak terjadi kerugian dari proses produksinya, misalnya dengan harga Rp1.100.000. Selisih yang ada (Rp100.000) akan dihitung sebagai bagian keuntungan penjualan. Konsep ini adalah 'harus dan normal' di dunia perdagangan.

Tapi terkadang keharusan seperti itu tidak dijalankan perusahaan karena berbagai pertimbangan. Salah satu yang melakukannya saat ini adalah perusahaan elektronik besar Jepang,Sony, yang menjual konsol video game PlayStation 5 ke pasar dengan harga di bawah biaya produksinya. Kenapa demikian?

Pasang harga lebih rendah dari biaya produksi, Sony 'jual rugi' PS5

Foto: JapanNews

Sony sudah menjual sekitar 4,5 juta unit PlayStation 5 sejak rilis perdana 12 November 2020 hingga akhir tahun 2020 kemarin, namun mengalami kerugian/minus dalam neraca perdagangannya karena strategi penempatan harga yang di bawah dari biaya produksi. Hal ini terungkap dari laporan kuartal rutin untuk investor Sony baru-baru ini.

Menurut Sony, kerugian yang terjadi masih bisa diatasi lewat keuntungan penjualan game PS4 dan PS5 di samping konsol PS4 yang masih laris di pasaran. Sebagai pembanding: konsol PlayStation 4 terjual di angka 4,2 juta unit di rentang waktu penjualan sama dengan PS5 saat ini dan masih stabil. Kondisi lain yang terjadi adalah kurangnya pasokan konsol PS5 jika melihat demand/permintaan tinggi,situasi yang membuat pihak Sony sendiri khawatir.

Merujuk pada artikel yang dikeluarkan Bloomberg tahun lalu soal biaya produksi PlayStation 5 (yang mendekati angka $450) maka tidak heran kalau laporan keuangan investor Sony seperti itu. Jika dianalisa seperti yang dilakukan analis Michael Pachter, maka Sony harus menjual $499 per unit PS5 untuk mencapai titik impas. Dan jelas merugi di versi PS5 Digital yang dijual bahkan di bawah angka produksi alias $399.

Untuk pemahaman awam tentu langkah jual rugi seperti ini dirasakan aneh. Ngapain jualan kalau tidak ada untungnya? Tapi langkah seperti ini sebenarnya bukan hal baru di dunia industri manufaktur video game, dan bukan pertama kalinya dilakukan Sony. Karena saat menjual PlayStation-PlayStation sebelum PS5 sekalipun, Sony sudah melakukan konsep serupa.

Kenapa melakukannya? Mengapa menjual dengan kondisi rugi? Apakah nanti tidak merusak kondisi keuangan perusahaan?

Pasang harga lebih rendah dari biaya produksi, Sony 'jual rugi' PS5

Foto: GTPlanet

Sony tidak mungkin melakukan hal itu tanpa kalkulasi mendalam dan forecast beralasan. Dan ini sudah terlihat dan terbukti selama mereka melakukan ini (menjual rugi di awal-awal kelahiran semua PlayStation). Dengan menjual di bawah harga produksi akan menciptakan kondisi pasar bagus. Publik akan tertarik membeli konsol yang harganya terjangkau kantong mereka (walau tidak tahu/tidak peduli biaya produksi yang ditanggung pihak manufaktur).

Dengan banyaknya user base konsol di pasaran akan menciptakan citra laris, dan pengembang serta penerbit game akan bersemangat menjual produk mereka di konsol laris. Pihak Sony akan mendapatkan uang dari lisensi game, peripherals 3rd party, hingga biaya berlangganan layanan ekstra seperti PlayStation Plus. Keanggotaan PlayStation Plus merupakan keharusan jika pemilik PlayStation ingin bermain online melalui jaringan internet. Sehingga pemasukan-pemasukan seperti ini akan dengan cepat menutup biaya produksi konsol yang dijual rugi sebelumnya.

Selain itu biasanya pihak riset dan pengembangan atau R&D akan menemukan cara menciptakan varian konsol atau revisi dari konsol yang sudah ada, dan itu akan mengurangi ongkos produksi sebelumnya. Jika kamu mengikuti sejarah perkembangan PlayStation sejak awal pasti familiar dengan adanya revisi konsol PS. PlayStation 1 original diganti Psone yang berukuran kecil, PlayStation 2 original kemudian direvisi dengan PS2 Slim dan seterusnya. Konsol-konsol revisi ini membutuhkan biaya produksi lebih sedikit ketimbang versi awal sehingga Sony bisa mengurangi beban rugi dan mulai meraih profit dari penjualan konsol mereka. Hal ini butuh waktu namun biasanya selalu terjadi, setidaknya dalam rentang waktu antara PS1 hingga PS5 sekarang.

Jadi jika kamu membeli PS5 sekarang, ketahuilah kalau Sony tidak mendapatkan keuntungan dari konsol itu. Mereka jual rugi. Dan yang untung adalah kamu sebagai gamers. Seru, kan?