Kebanyakan orang Indonesia mengetahui kosa kata bahasa Jepang,Geisha. Namun dalam konteks dan persepsi menyimpang atau salah kaprah buatan bangsa Barat (di masa konflik Perang Dunia Kedua dulu). Buat mereka, Geisha merupakan profesi yang memiliki kemiripan dengan wanita penghibur secara seksual, yang mana keliru, jika melihat di negara asalnya Jepang.

Pandemi Covid-19 menciptakan 'Geisha Online' di Jepang

Foto: Pinterest

Geisha (atau bisa juga disebut Geiko maupun Geigi) memang dapat disebut sebagai wanita penghibur, namun bukan dalam konteks dan situasi seksual. Mereka menghibur dalam bentuk nyanyian, tarian, dan bahkan pembicaraan. Namun semuanya dalam format tradisional budaya Jepang.Dalam pengertian lain, seorang Geisha adalah seniwati yang menghibur/entertain tamu dengan pertunjukan seni tradisional Jepang.

Geisha sendiri memiliki penampilan khas yang langsung membedakan mereka dengan penghibur seni lain, yaitu kimono super lengkap dengan tatanan rambut sanggul serta make up putih tebal yang disebut Oshiroi saat beraksi.

Dari sisi tulisan Kanji sendiri, Geisha merupakan kata yang terdiri dari Gei yang berarti seni dan Sha atau orang/pelaku. Jadi kalau dalam pengertian bahasa Indonesia, Geisha tidak berbeda dari kosakata Seniman/Seniwati. Dan jika melihat apa yang dilakukan Geisha, kata itu memang tepat disematkan kepada mereka. Geisha menguasai seni menyanyi dan menari (lagu serta tarian) tradisional Jepang.

Bahkan mereka pun menguasai alat musik seperti Shamisen, alat musik petik mirip gitar. Konon lebih sulit menguasai Shamisen ketimbang gitar karena keunikan alat musik ini. Dan seorang Geisha bisa memainkannya dengan baik.

Seorang Geisha pemula memiliki sebutan Maiko, menunjukkan kalau dalam profesi ini ada hierarki atau level senioritas. Dalam budaya Jepang memang konsep senior/junior (atau Senpai dan Kohai) masih dipakai luas dan terus digunakan dalam berbagai hal.

Profesi Geisha juga bukan profesi kemarin sore. Jika dilihat dari mulai muncul, maka Era Heian (tahun 794 Masehi) merupakan titik awalnya. Namun memang profesi ini awalnya tercampur baur dengan profesi wanita penghibur secara seksual (terutama sebelum dan selama abad ke-18) seperti Oiran sebelum kemudian membentuk citra lebih ke arah seni suara, musik, dan seni tari.

Pandemi Covid-19 menciptakan 'Geisha Online' di Jepang

Ilustrasi Oiran | Foto: Invitation Japan

Dan sejak awal pula profesi Geisha ditujukan untuk kalangan the haves atau kelompok strata sosial tinggi (orang kaya maupun pejabat). Hiburan dari Geisha bukan hiburan untuk rakyat jelata karena membutuhkan biaya besar untuk menikmati aksi mereka.

Seperti Sumo, Geisha adalah hiburan kelas tinggi di Jepang sejak dulu dan terus begitu hingga era modern seperti sekarang. Geisha juga sering disebut sebagai penjaga kultur tradisional Jepang di masa kini karena hal-hal yang mereka lakukan masih dan tetap tidak berubah sejak awal profesi ini tercipta.

Bagaimana Geisha perform di era wabah seperti COVID-19 yang mengharuskan adanya social distancing?

Pandemi Covid-19 menciptakan 'Geisha Online' di Jepang

Foto: The Sun Daily

Penikmat hiburan Geisha, setidaknya hingga wabah menghilang, terpaksa memanfaatkan koneksi internet. Seperti diceritakan seorang Geisha bernama Chacha lewat wawancara dengan kantor berita AFP, transisi dari pertunjukan live di depan tamu ke bentuk online sedikit membingungkan dirinya. Tapi kondisi ini juga menciptakan hal positif, yaitu melebarnya cakupan tamu Geisha.

Seperti yang dialami Chacha, di mana pernah ada grup tamu terdiri dari delapan anak muda yang membeli layanan Geisha online untuk hadiah ulang tahun salah satu dari mereka. Delapan orang tadi berasal dari negara Korea Selatan. Tamu lainnya bernama Maeda Michiko, wanita berusia 65 tahun, juga merasakan manfaat pertunjukan Geisha online lewat aplikasi Zoom itu.

Saya kira setelah ini kita mungkin akan mengunjungi tempat Geisha di Hakone, bukan begitu teman-teman? tanya Maeda kepada para penonton pertunjukan Geisha melalui layar split screen aplikasi Zoom. Yang ditanya pada mengangguk setuju, dan semuanya merupakan wanita.

Pandemi Covid-19 menciptakan 'Geisha Online' di Jepang

Foto: Note.Com

Chacha sendiri senang karena teknologi memungkinkan tamu dari negara lain menikmati pertunjukan Geisha, namun tetap berharap agar kondisi Jepang kembali seperti sebelum wabah Covid-19 melanda. Saya ingin mereka (para penikmat pertunjukan Geisha secara online) dapat hadir di hadapan saya agar saya dapat berinteraksi langsung dengan mereka. Saya harap demikian, ucap Geisha tersebut. Dan melihat usaha serta kondisi Jepang di masa pandemi ini, rasanya harapan tadi bisa segera jadi kenyataan.

Pandemi Covid-19 menciptakan 'Geisha Online' di Jepang

Foto: MeetGeisha.Jp

Apakah kamu ingin menonton pertunjukan Geisha secara langsung? Atau mau coba melihat seperti apa sih show Geisha secara online? Siapkan dana karena pertunjukan Geisha tidak murah dan arahkan browser internet kamu ke sini. Selamat menikmati pertunjukan seni tradisional Jepang yang terjaga ratusan tahun lamanya.