Objek wisata Lau Kawar terletak di Desa Kuta Gugung, Kecamatan Namanteran, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatra Utara. Desa yang sebagian besar masyarakatnya memiliki mata pencaharian sebagai petani ini merupakan salah satu desa terdampak erupsi Gunung Sinabung yang terjadi sejak akhir tahun 2010 lalu.

Kecamatan Naman Teran merupakan kecamatan hasil pemekaran dari Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Terdapat14 desa yang menjadi rangkaian unit-unit yang membentuk kesatuan. Dimulai dari Desa Sukandebi sebagai pintu masuk kecamatan ini, Kuta Tonggal, Sukatepu, Naman, Ndeskati, Kuta Gugung, Bekerah, Sukanalu, Gung Pinto, Kebayaken, Kutambelin, Kutarayat, Simacem, serta Sigarang-Garang.

Jalan berliku dan jurang yang curam sesekali mengintip di tepi jalan. Memang, dibutuhkan keterampilan dan kecermatan berkendara dalam menempuh lokasi ini. Meski demikian, di sepanjang perjalanan kamu akan disuguhkan dengan hamparan ladang yang ditanami berbagai hasil bumi sayuran dan buah. Jeruk, wortel, terong, sayur kol, kentang, dan brokoli menjadi komoditas utama dari Kecamatan Namanteran. Tak hanya sayuran dan buah, jenis tanaman keras seperti kopi juga menambah varian komoditas yang layak dijadikan sebagai salah satu komoditas ekspor dari Kecamatan Namanteran. Sejauh mata memandang, hamparan tanaman hijau yang menyegarkan mata tentu menjadi "hadiah" yang layak kamu terima secara cuma-cuma ketika berkunjung ke daerah wisata ini.

Sarana dan prasarana pada hampir setiap desa semakin tahun semakin lengkap seiring dilaksanakannya Musyawarah Perencanaan Pembangunan (musrenbang) Kecamatan setiap awal tahun. Pelaksanaan musrenbang biasanya melibatkan berbagai unsur muspika, perangkat desa meliputi kepala desa dan sekretaris desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, hingga karang taruna kecamatan.

Para pemangku kepentingan berdiskusi untuk merencanakan dan menyepakati langkah terkait program dan kegiatan yang menjadi usulan untuk dicantumkan dan diintegrasikan dalam pembangunan daerah. Lambat laun desa-desa ini semakin matang dalam menghadapi tuntutan zaman. Berbenah dan terus berbenahguna mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Saling bahu membahu antar elemen masyarakat dalam menciptakan ekosistem yang sehat di tengah erupsi Gunung Sinabung yang masih terjadi.

Salah satu sumber daya alam yang menjadi kebanggaan masyarakat Kecamatan Naman Teran yaitu Danau Lau Kawar yang terletak di Desa Kuta Gugung. Untuk menuju kawasan wisata Lau Kawar hanya dibutuhkan waktu sekitar 15 menit dari Desa Naman.

Jika tidak membawa kendaraan pribadi, dari Ibu kota Kabanjahe kamu bisa menumpang mini bus dengan jurusan Kabanjahe-Lau Kawar. Mini bus ini berlogo takasima yang identik dengan warna biru dan rio yang identik dengan warna merah. Jika beruntung di sekitar Desa Sukandebi dan Desa Suketepu kamu dapat menyaksikan kawanan kera liar sesekali muncul di balik rimbunnya batang pohon bambu.

Mini bus tersebut sehari-hari mangkal di Stasiun daerah Pajak atau seputaran Tugu Bambu Runcing. Biaya ongkosnya pun bervariasi, dari Rp 2 ribu hingga Rp 7 ribu jika sampai di Lau Kawar. Jalur lainnya dapat ditempuh melalui stasiun daerah Pajak di Kota Berastagi. Dengan mini bus yang sama, kamu dapat berangkat menuju kawasan objek wisata Lau Kawar.

Kondisi fisik jalan yang dilalui masih terlihat mulus. Badan jalan dapat dilalui dua kendaraan dalam arah yang berbeda. Udara yang sejuk menemani di sepanjang perjalanan menuju kawasan ini. Bila tiba musim pancaroba, batang-batang bambu bergesekan menimbulkan nada-nada gemeretak disambut debu beterbangan ditiup angin.

Adat, budaya, dan seni Masyarakat Karo.

Masyarakat Karo sangat menghargai budaya warisan turun temurun. Salah satunya budaya "kerja tahun". Kerja tahun yang dimaksud dalam kategori ini bukanlah "kerja" fisik. Kerja tahun merupakan salah satu budaya Karo yang masih sangat kental dan dipelihara hingga saat ini. Budaya silaturahmi yang dibangun untuk mempererat dan menghangatkan hubungan dengan keluarga, saudara, rekan kerja, serta rekan sepermainan dengan suguhan makanan khas tradisional Karo.

Tak hanya makanan khas, adat, budaya, serta pertunjukan seni tradisional Karo akan semakin melengkapi suasana kerja tahun ini. Biasanya pada saat malam puncak acara kerja tahun, iringan musik khas Karo seperti alunan gendang Guru-Guro menjadi hal yang paling dinanti oleh masyarakat setempat. Para undangan maupun pendatang sengaja singgah untuk menikmati seni tradisional Karo ini. Perkolongkolong merupakan sebuah sebutan untuk sepasang penyanyi maupun penari (laki-laki dan perempuan) yang biasanya tampil pada acara istimewa ini. Tidak hanya menyanyi dan menari saat tampil, perkolong-kolong pun berbalas pantun.

Masyarakat terutama muda mudi dipersilakan untuk ikut serta mempersembahkan tarian maupun menyumbangkan sebuah nyanyian untuk dinikmati bersama. Bagi kamu yang berminat berkunjung, setelah pandemi usai akan sangat menarik bila bergegas ke Naman Teran.