Rek ayo rek, mlaku-mlaku nang Tunjungan. Rek ayo rek, rame-rame bebarengan.

Arek-arek Surabaya pasti auto nyanyi, kan? Itu adalah potongan lirik lagu Rek Ayo Rekciptaan Is Hariyanto. Dalam lagu tersebut, ada nama salah satu kawasan beken di Surabaya, yakni Tunjungan. Berbicara soal Surabaya memang nggak lengkap tanpa menyinggung Tunjungan.

Jalan yang penuh kenangan mungkin cocok disematkan bagi Jalan Tunjungan, secara jalan tersebut dipenuhi bangunan lawas. Bangunan yang eksis sejak Indonesia masih dijajah ini menjadi saksi perjuangan arek-arek Surabaya.

Salah satunya adalah gedung Siola yang kini difungsikan sebagai tempat pengurusan perizinan kependudukan. Mulanya, Siola adalah pusat grosir yang didirikan warga Inggris bernama Robert Laidlaw.Ketika pertempuran Surabaya pecah pada 1945, Siola digunakan arek-arek Surabaya untuk mengatur strategi perang. Sayang, gedung tersebut pada akhirnya terbumihanguskan.

Menelusuri Jalan Tunjungan yang penuh kenangan dan keelokan

Foto: https://pesona.travel/keajaiban/1175/siola-mall-pertama-di-surabaya-berdiri-abad-18 (diambil dari de_shurobhoyo)

Usai Indonesia merdeka, Siola muncul sebagai pusat perbelanjaan. Baru saat itulah nama Siola dipakai yang merupakan singkatan dari nama pendirinya, Soemitro, Ing Wibisono, Ong, Liem, dan Ang.

Pada 1998, Siola berhenti beroperasi sebagai pusat perbelanjaan. Lalu, sejak 2015 difungsikan sebagai mall pelayanan publik tempat masyarakat mengurus perizinan kependudukan.

Menelusuri Jalan Tunjungan yang penuh kenangan dan keelokan

Foto:https://www.flickr.com/photos/meckleychina/16259284696/in/photostream/

Berjarak 1520 menit berjalan dari Siola, terdapat bangunan lain yang juga menjadi saksi perjuangan arek-arek Surabaya yaitu Hotel Majapahit. Hotel tersebut didirikan pada 1910 oleh warga negara Armenia. Namanya berganti-ganti, dari Hotel Oranye, Yamato, Merdeka, lalu Majapahit.

Di hotel Majapahitlah terjadi peristiwa perobekan bendera Belanda. Melihat bendera Belanda (merah-putih-biru) berkibar di atap hotel yang kala itu masih bernama Yamato, arek-arek Surabaya geram. Mereka pun naik ke atap, merobek bagian berwarna biru, dan mengibarkannya sebagai sang Saka Merah Putih.

Menelusuri Jalan Tunjungan yang penuh kenangan dan keelokan

Foto: https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=8004577 (by Sakurai Midori-own work, CC BY 3.0)

Di seberang Hotel Majapahit masih ada bangunan bersejarah lainnya, yakni Monumen Pers Perjuangan Surabaya. Dulu, monumen tersebut adalah kantor berita yang didirikan wartawan Indonesia yang sebelumnya bekerja untuk kantor berita milik Jepang.

Berkat kantor berita tersebut, warta tentang kemerdekaan Indonesia bisa tersiar ke berbagai belahan dunia. Meskipun nggak ikut angkat senjata, jasa para wartawan tetap perlu diapresiasi, bukan? Bagaimanapun, mereka juga pahlawan.

Elok.

Tunjungan yang dulu berbeda dengan yang sekarang. Kian tahun, Tunjungan kian bersolek. Coba saja kamu lewat Jalan Tunjungan saat ini, elok bukan pemandangan di sana?

Di pinggir-pinggir jalan terpasang tanaman ijo royo-royo yang menyejukkan mata. Di sudut tertentu terlihat mural yang artistik. Belum lagi dengan adanya lampu-lampu hias berwarna-warni yang menyala saat malam hari. Makin elok, lah! Bukan itu saja, trotoarnya pun bagus dan nyaman dipakai untuk berjalan.

Nggak heran, ketika malam tiba, khususnya di akhir pekan, banyak warga beramai-ramai datang ke Jalan Tunjungan untuk berfoto-foto. Entah berfoto dengan kamera pro atau sekadar berswafoto dengan ponsel pintar. Apalagi banyak bangunan tua berjejer di sana. Pasti makin elok, tuh hasil fotonya.

Menelusuri Jalan Tunjungan yang penuh kenangan dan keelokan

Foto: http://kominfo.jatimprov.go.id/read/umum/jalan-tunjungan-jadi-daya-tarik-surabaya-di-malam-hari- (by Istimewa)

Keelokan di Jalan Tunjungan kian 'diperparah' dengan keberadaan Taman Gantung. Disebut Taman Gantung karena memang taman tersebut terletak di jembatan gantung sepanjang 30 meter. Jembatan tersebut ada di depan Hotel Doubletree.

Dari kejauhan, Taman Gantung tersebut sudah menangkap para perhatian pengendara yang lewat, sebab sudah terlihat tumbuhan-tumbuhan hijau yang saling menjuntai di sana.

Menelusuri Jalan Tunjungan yang penuh kenangan dan keelokan

Foto: https://www.facebook.com/239405706087004/posts/taman-gantung-jembatan-siola-tunjungan/1323219037705660/

Bagi yang belum pernah, coba sesekali naik ke jembatan itu dan duduk-duduk di tamannya sambil menikmati pemandangan Jalan Tunjungan. Nyamannya aduhai! Dijadikan tempat berfoto juga oke, lho. Apalagi kalau berfoto di malam hari dengan ditemani lampu warna-warni. Bagusnya makin menjadi-jadi!

Kalau ingin menikmati kemeriahan Jalan Tunjungan, kamu bisa datang pada gelaran Festival Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan. Sesuai namanya, festival tahunan tersebut diselenggarakan di Jalan Tunjungan. Di situ kamu bisa puas menyantap aneka makanan dan menonton acara hiburan.

Menelusuri Jalan Tunjungan yang penuh kenangan dan keelokan

Ramainya Festival Mlaku-mlaku nang Tunjungan / Foto: https://www.lensaindonesia.com/2019/11/30/besok-pemkot-surabaya-gelar-acara-mlaku-mlaku-nang-tunjungan-datang-dan-saksikan-kemeriahannya.html/by Iwan-LICOM)

Setelah membaca ulasan di atas dan melihat foto-fotonya, nggak salah, kan, kalau penulis bilang Tunjungan merupakan kawasan yang beken?

Beken karena menyimpan kenangan perjuangan arek-arek Surabaya mengusir penjajah sekaligus beken karena menampilkan keelokan pemandangan yang membuat banyak orang ingin mengabadikan momen di sana.

Dadi, kapan, rek, mlaku-mlaku nang Tunjungan, neh? (Jadi, kapan, guys, jalan-jalan ke Tunjungan lagi?)