Pandemi membuat banyak orang memutar otak untuk mencari cara kreatif apalagi yang dapat dilakukan untuk mengusir kejenuhan di masa karantina. Setelah sebelumnya orang berlomba-lomba membuat kopi dalgona, memamerkan hasil virtual photoshoot yang estetik, kali ini kamu bisa mengisi waktu dengan melakukan tie-dye.

Tie dye bukanlah tren baru di dunia fashion, tie-dye mulai dipopulerkan oleh kaum Hippies di era 60-an. Sebutan tie dye berasal dari kosakata bahasa Inggris yang memiliki arti ikat dan celup. Tidak hanya di Amerika Serikat, teknik tie-dye sudah ada di banyak negara lainnya, hanya penyebutannya saja yang berbeda. Di Indonesia sendiri, tie dye dikenal dengan nama Jumputan.

Dikutip dari Today.com, experience researcher dan stylist platform Pinterest, Larkin Brown, mengatakan bahwa pencarian untuk tie dye at home naik 462% dalam beberapa minggu terakhir. Karena ini bukan waktu (yang tepat) untuk berbelanja, tie dye adalah tren gaya yang dapat Anda adaptasi menjadi kegiatan DIY (do it yourself) di rumah, ujar Brown.

Tagar #tiedyeshirt juga sempat trending beberapa waktu lalu melalui platform video musik TikTok. Memperlihatkan banyak pengguna yang memodifikasi pakaian lama dengan teknik tie-dye. Peningkatan pencarian tie dye mungkin didorong oleh proses membuat tie-dye yang ternyata relatif mudah dan bisa dilakukan di rumah.

Ayo buat tie-dyekamu sendiri!

Saatnya membuat perubahan kecil dalam hidupmu! Coba buka lemari pakaian, pilah mana pakaian yang masih layak pakai dan bagus. Pisahkan sebagian untuk amal, lalu pilih kausmu yang sudah usang untuk diperbarui dengan teknik tie-dye.

Caranya sangat mudah karena tidak memerlukan alat dan bahan yang ribet. Kamu bisa dengan mudah menemukan alat dan bahan membuat tie-dye di toko terdekat. Cukup siapkan kaus, karet untuk mengikat, dan berbagai macam pewarna kain.

Kreasi selama karantina: Modifikasi kaus lama dengan cara tie-dye

Foto: Youtube tie2dye4

Kreasi selama karantina: Modifikasi kaus lama dengan cara tie-dye

Foto: Youtube tie2dye4)

1. Siapkan campuran pewarna.

Pewarna khusus pakaian bisa kamu dapatkan di tempat penjual bahan kerajinan atau di toko-toko tekstil. Beberapa online shop bahkan sudah menyiapkan pewarna tie-dye siap pakai di dalam botol dengan harga yang murah. Yuk, dicari biar nggak perlu ribet lagi mencampur warna sendiri!

2. Mulai berkreasi dengan kausmu!

Bentuk spiral kaus putih polos yang sudah dibasahi, kemudian ikat kaus dengan karet gelang atau tali (menghindari percampuran warna dan menghasilkan variasi motif dan pola pada kaus). Kemudian, warnai kaus pada bagian kosong di sela karet gelang.

3. Bungkus kaus dengan plastik.

Agar warna hasil tie-dye menyerap dengan cepat dan maksimal, bungkus kaus dengan menggunakan kantong plastik.

4. Tunggu warna pada kaus menyerap.

Diamkan kaus selama 8-24 jam, kamu bisa namatin series Netflix sembari menunggu kreasi tie-dyekamu kering!

5. Bilas dan cuci.

Keluarkan kaus dari kantong plastik. Bilas dan cuci untuk menghilangkan sisa warna yang masih menempel.

6. Jemur seperti biasa dan kaus tie-dyekamu siap untuk dipakai.

Disarankan untuk memakai kaus dengan kain berbahan alami seperti katun, rayon atau sutera agar warna dye nantinya dapat menempel dengan baik dan tidak mudah luntur. Jangan lupa menggunakan sarung tangan untuk menghindari iritasi pada kulit akibat kandungan pada pewarna pakaian serta pastikan kaus bersih dan bebas dari kotoran sebelum mulai proses mewarnai.

Kreasi selama karantina: Modifikasi kaus lama dengan cara tie-dye

Foto: http://worthitevents.blogspot.com/

Tetap trendy meskipun minim budget.

Gimana? Simple,kan, langkah-langkah membuat tie-dye? Nggak perlu ada acara pergi keluar melanggar PSBB demi membeli baju baru biar bisa berfoto untuk menghiasi feeds Instagram. Kamu tetap bisa mengikuti style fashion yang lagi ngetren dengan biaya yang tidak menguras dompet. Selain kaus, kamu juga bisa memodifikasi hoodie, celana, sepatu, tas, dan barang apa pun. Jadi, tunggu apa lagi? Ayo segera buat tie-dye dengan gaya dan ciri khasmu sendiri!

Oleh: Alyssa Shafa Zahra, Mahasiswa Hubungan Masyarakat Fikom Universitas Padjadjaran