Perang Dunia II membawa dampak dan efek menahun untuk negara-negara Asia yang terlibat di dalamnya. Terutama antara Cina, Korea dan Jepang. Ketiganya hingga hari ini masih dalam nuansa penuh ketegangan politik setiap kali membicarakan tentang masa-masa itu. Korea dan Cina masih menganggap apa yang Jepang lakukan pada masa perang tidak boleh terlupakan dan cenderung tidak boleh dimaafkan tanpa kompensasi. Ini bisa terlihat setiap kali mereka terlibat dalam satu hal skala internasional dan global; di mana pasti terjadi situasi yang memancing ketegangan antar tiga negara ini.

Perang sudah lama berakhir, namun luka yang diderita Korea serta Cina seperti tidak kering dan sembuh. Memang pada masa peperangan, sudah jadi pengetahuan internasional kalau tentara Jepang termasuk brutal di daerah yang mereka kuasai. Bahkan kita di Indonesia juga sempat merasakan kekerasan yang biasa dilakukan militer Jepang pada masa Perang Dunia II.

Walau memakai tagline Kami adalah saudara tua tapi para pelaku sejarah tahu bagaimana militer Jepang sangat keras dan brutal saat memanfaatkan daerah yang mereka duduki. Kaum wanita jadi objek seksualitas dan pria menjadi buruh serta pesuruh yang dimanfaatkan untuk kepentingan militer mereka.

Korsel tak ingin bendera 'Matahari Terbit' berkibar di Olimpiade 2020

Tentara Jepang memasuki Indonesia (Sumber gambar: SejarahBogor.com)

Di Korea dan Cina situasi yang lebih buruk terjadi; seperti pembantaian Nanjing (The Nanjing Massacre tahun 1937) Cina yang berlangsung hingga enam minggu dengan jumlah korban tidak kurang dari 300,000 nyawa melayang. Sementara Korea pernah berada dalam jajahan militer Jepang sejak 1910 hingga 1945 dan mengalami berbagai hal mengerikan selama masa tersebut. Sehingga baik Cina maupun Korea seperti tidak rela melupakan apa yang sudah Jepang lakukan pada mereka dan selalu bereaksi jika Jepang melakukan sesuatu hal di mana mereka terdampak; baik secara politik, sosial, ekonomi maupun kemiliteran.

Seperti yang saat ini terjadi. Korea Selatan sedang aktif mengampanyekan pelarangan atribut bendera Matahari Terbit (atau dalam bahasa Jepang disebut Kyokujitsu-ki) dalam acara Olimpiade Tokyo 2020 nanti.

Kyokujitsu-ki punya sejarah panjang yang identik dengan supremasi militer Jepang sejak lama. Bendera ini mulai digunakan sebagai bendera perang pejabat feodal Era Edo (16031868) dan berdasarkan kebijakan Era Meiji dijadikan bendera perang Militer Kekaisaran Jepang serta simbol Angkatan Laut Kekaisaran Jepang mulai tahun 1889. Dengan bendera inilah militer Jepang mulai melakukan ekspansi mereka di Perang Dunia II. Sehingga menimbulkan citra buruk dan trauma bagi mereka yang menjadi korban Jepang pada masa perang tersebut.

Bendera ini tetap digunakan Angkatan Laut Jepang di era saat ini sebagai simbol.

Korsel tak ingin bendera 'Matahari Terbit' berkibar di Olimpiade 2020

(Sumber gambar: Japan Forward)

Korea Selatan menjadi satu yang paling aktif menentang penggunaan bendera Matahari Terbit Jepang. Saat ini mereka berkampanye untuk mem-banned bendera itu dari Olimpiade Tokyo 2020. Pemerintah Korea Selatan melalui petinggi partai Demokrat An Min-suk bahkan menyamakan bendera Kyokujitsu-ki dengan bendera Swastika Nazi Jerman pada masa Perang Dunia Kedua.

Bendera yang merupakan simbolisasi perang tidak cocok berada di event perdamaian seperti Olimpiade, cetus Min-suk.

Bendera Matahari Terbit sudah seperti simbol setan untuk Asia dan warga Korea. Sama seperti bendera Swastika Nazi yang pasti mengingatkan warga Eropa akan penjajahan dan horor yang mereka dapatkan dari Nazi pada masa Perang Dunia Kedua, sambungnya lagi.

Pihak organizer Olimpiade Tokyo 2020 mengatakan kalau mereka tidak memiliki rencana pelarangan penggunaan bendera tersebut selama masa Olimpiade.Alasannya karena bendera itu banyak digunakan di seluruh Jepang dan tidak memiliki muatan politis. Sementara Kementerian Luar Negeri juga menanggapi kampanye negatif Korea Selatan atas Kyokujitsu-ki di website mereka dengan mengatakan kalau bendera tersebut bagian integral kultur Jepang dan diterima secara luas di berbagai komunitas internasional.

Korsel tak ingin bendera 'Matahari Terbit' berkibar di Olimpiade 2020

(Sumber gambar: Quora)

Piagam Olimpiade sendiri menyatakan aturan seperti ini: "Tidak boleh ada jenis demonstrasi atau propaganda politik, agama serta ras di lokasi Olimpiade, tempat atau daerah lain." Sehingga besar kemungkinan kampanye pelarangan bendera Matahari Terbit oleh Korea Selatan tidak akan menghasilkan apa pun berhubung bendera tersebut tidak memiliki muatan larangan seperti yang ada dalam Piagam Olimpiade.

Korea Selatan dan Jepang boleh terlihat baik-baik saja dalam hubungan entertainment atau pop culture mereka. Tapi dalam hubungan politik, keduanya selalu dalam suasana saling sikut tanpa akhir.