Sudah setahun lebih pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Sejak Maret 2020 hingga saat ini kasus tercatat semakin meningkat. Dilansir dari CNBC Indonesia, media-media asing bahkan sempat menyebut Indonesia sebagai episentrum pandemi baru menggantikan India dan Brasil.

Kontribusi mahasiswa saat pandemi: RECON sebagai Contact Tracer

dr. Ngabila Salama, MKM sebagai Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta /Foto: Dokumenta pribadi penulis

Indonesia sebenarnya tidak berdiam diri saja dalam menghadapi pandemi Covid-19. "Saya dan tim sudah berkecimpung dengan Covid-19 sejak 7 Januari 2020 (awal tahun) hingga sekarang," ujar dr. Ngabila Salama, MKM sebagai Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, saat dihubungi oleh tim pers RECON padaRabu, 11 Agustus 2021 melalui zoom meeting.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) dan Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) membentuk sebuah media bagi mahasiswa untuk berkontribusi dalam penanganan Covid-19, yaitu Relawan Covid-19 Nasional (RECON).

RECON merancang sebuah program yakni Kampus Lacak Covid-19, di mana mahasiswa turut serta membantu Puskesmas dalam melakukan tracing pada setiap kasus konfirmasi sehingga kontak erat semakin mudah untuk dilakukan pemantauannya. Pendaftaran relawan untuk program ini telah disosialisasikan pada 8 April 2021. Sejauh ini lebih dari 950 mahasiswa kesehatan telah diterima sebagai relawan dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia.

dr. Ngabila menyambut baik adanya relawan contact tracer ini, khususnya 400-500 orang yang ditempatkan di DKI Jakarta. "Saya menyambut baik dan ini sangat luar biasa. Karena saat ini kita ada di era pandemi yang belum tentu 100 tahun sekali selalu ada, yang artinya kita berpikir bisa bermanfaat bagi masyarakat (bisa ambil peran) di pandemi ini. Teman-teman mahasiswa hadir, masih muda, melek IT (Information Technology) dan bisa membantu digital tracing, bahkan relawan ini ada dimanapun di seluruh Indonesia. Mereka dari dalam kamarnya, dari dalam rumahnya bisa berkontribusi untuk Indonesia khususnya untuk DKI Jakarta. Mereka menghubungi pasien kasus positif, menginput data kontak erat dan data spesimen di DKI Jakarta yang jumlahnya banyak sekali. Jadi ini merupakan bagian dalam membentuk suatu sistem surveilans yang membuat data menjadi rekomendasi kebijakan," ujar dr. Ngabila.

Kontribusi mahasiswa saat pandemi: RECON sebagai Contact Tracer

Relawan Andika Bayu Aji saat digital tracing dari kamarnya, 11 Agustus 2021 / data pribadi / Foto: Dokumenta pribadi penulis

Salah satu relawan, Elliza Fitriana, mahasiswi semester 4 dari prodi D-Analis Kesehatan atau D-IV TLM Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang, sebagai contact tracer di Puskesmas Kecamatan Cakung Jakarta Timur. Dia mengatakan biasanya diberikan data pada pukul 8 pagi, dengan pasien 3-5 orang yang diwawancara 5-10 menit dan 3-7 kontak erat di data dalam masing-masing pasien.

Kesulitan yang dialami oleh para relawan contact tracer ini pun beragam, seperti yang dialami oleh Raden Roro Susanti Septi Kurnia. Mahasiswi Universitas Ngudi Waluyo yang mengenyam pendidikan S1 Gizi pada Fakultas Kesehatan ini menjadi relawan yang mendapatkan pasien panik akibat gejala yang mereka rasakan.

"Kesulitannya adalah ketika pasien yang saya pantau mengalami kepanikan. Ketika pasien panik, kita jangan ikut panik, kita harus tetap melakukan koordinasi dan komunikasi dengan dokter jaga atau dokter yang bertanggung jawab atas kita," ujarnya.

Banyak pengalaman yang didapat para relawan, seperti mendapat wawasan baru, berkomunikasi dengan pasien, terjun langsung ke lapangan dan lainnya. Para relawan yang telah bergabung berharap agar mahasiswa lainnya dapat mengikuti program RECON sebagai bentuk kontribusi dalam membantu negeri.

Sebagai penutup wawancara, dr. Ngabila mengatakan besar harapan pada program RECON ini agar terus berlanjut hingga status pandemi menjadi terkendali.

"Kami sangat terbantu dengan teman-teman RECON yang sukarela mendaftarkan diri dan bermanfaat bagi masyarakat serta pemerintah setempat. Semoga tetap semangat, idealis, dan terus berkontribusi di era pandemi ini." Ujar dr. Ngabila.