Kobe Bryant merupakan salah satu atlet basket legenda yang meraih banyak kesuksesan karena kerja keras yang ia jalani. Kobe Bryant menjuluki dirinya sebagai "Black Mamba". Ia juga memiliki mentalitas yang luar biasa sehingga kerap disebut sebagai "Mamba Mentality". Menurutnya, Mamba Mentality berarti terus berusaha untuk menjadi versi terbaik dari diri sendiri (Sofuroh, 2020).

Kobe Bryant menggabungkan kemampuan menembak yang langka, semangat yang tak kenal lelah, jiwa kompetitif yang kuat, mental toughness, dan kreativitas untuk menjadi salah satu pebasket terhebat NBA. Ia lebih memilih untuk menunjukkan keberanian dalam permainan ketimbang dengan permainan yang spektakuler. Hal tersebut membuat rekan timnya berusaha lebih keras untuk menjadi lebih baik serta lawannya berupaya pula untuk mengalahkannya (Yanuar, 2020).

Kobe Byant menjadi sosok pebasket yang dapat menjadi panutan karena ia memiliki mental toughness. Mental toughness merupakan kemampuan seorang atlet yang secara konsisten berhasil mengatasi adversity, stres, serta kecemasan dalam situasi yang penuh dengan tekanan (Weinberg et al. sebagaimana dikutip dalam Setiawan et al., 2020). Mental toughness dianggap sebagai faktor penting bagi atlet untuk menampilkan performa terbaiknya dalam sebuah pertandingan (Mahoney sebagaimana dikutip dalam Setiawan et al., 2020).

Leunes (2011) menyebutkan bahwa mental toughness terdiri dari empat komponen utama, yaitu:

1. Sikap atau pola pikir: Keyakinan diri yang kuat, memiliki keinginan yang kuat, serta tak pernah merasa puas.

2. Latihan: Atlet yang kuat secara mental memiliki kesabaran, disiplin, pengendalian diri, menyukai bagian-bagian latihan yang menyakitkan, dan berkembang dalam kesempatan untuk mengalahkan orang lain dalam pertandingan.

3. Kompetisi: Mengatasi kesulitan, berkomitmen, memiliki naluri pembunuh, memiliki fokus penuh, dan mengendalikan lingkungan.

4. Pasca kompetisi: Merayakan dan mempertahankan kemenangan dan menggunakan kekalahan untuk mendorong diri atlet untuk lebih maju di masa depan.

Mentalitas luar biasa "Mamba Mentality" yang ia miliki tersebut membuatnya tak mau dikalahkan oleh apa pun termasuk cedera. Kobe Bryant telah mengalami 23 kali cedera sepanjang kariernya menjadi pebasket di NBA.

Cedera parah pertama yang dialami oleh Kobe Bryant terjadi di musim NBA 1999/2000. Telapak tangan kanannya patah yang membuatnya harus beristirahat di 15 laga, namun tetap untuk pertama kalinya ia mengantarkan Lakers menjadi juara. Pada musim 2000/2001, ia mengalami cedera di pergelangan kaki yang membuatnya harus beristirahat kembali di 14 laga. Pada musim 2003/2004, ia mengalami cedera lutut. Satu musim berlalu, cedera pergelangan kaki kembali dialaminya, namun ia tetap mampu mengambil kesempatan untuk tetap bersinar di musim tersebut. Ia mencatatkan rekor dengan mencetak 81 poin dalam satu laga saat melawan Toronto Raptors (Rusdi, 2020).

Terlihat dari sikap yang dilakukan oleh Kobe Bryant, ia selalu bersikap optimis. Carver & Scheiner (sebagaimana dikutip dalam Nastiti dan Prakoso, 2018) menjelaskan optimisme merupakan gambaran seorang atlet mengenai masa depannya. Gambaran tersebut tentunya gambaran yang positif mengenai hasil yang akan diperoleh di masa depannya. Atlet yang optimis cenderung akan yakin dan gigih dalam menghadapi segala tantangan walaupun mengalami kesulitan.

Atlet yang memiliki mental toughness akan menganggap bahwa dirinya bisa dan tidak pernah menyerah, mereka biasanya melakukan self-talk dan memiliki mimpi yang positif, mereka membayangkan kemenangan dan kesuksesan, mengucapkan hal-hal positif kepada dirinya sendiri dan tidak pernah mengurangi performanya, mereka fokus kepada penguasaan kemampuannya daripada mengkhawatirkan performa yang buruk atau konsekuensi negatif dari kegagalan (Leunes, 2011).