Gotong royong merupakan kegiatan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Masyarakat bahu-membahu menolong warga yang sedang membutuhkan. Sikap tolong-menolong ini dilakukan secara sukarela tanpa mengharapkan bayaran sepeser pun. Tentu saja hal ini sangat bagus karena antar warga bisa guyub dan bersilaturahmi terjalin dengan baik.

Biasanya warga membantu dalam pembangunan masjid, jalan, ataupun rumah. Material yang dipakai biasanya dibuat sendiri secara bersama-sama pula. Tetapi, terkadang juga ada warga yang menyumbang material berupa kayu, bata, pasir, ataupun semen. Masyarakat sering melakukan hal demikian karena percaya bahwa ketika kita bersedekah nanti akan dibalas kebaikan oleh Allah.

Kentalnya budaya gotong royong di Desa Duren, Banjarnegara

Budaya gotong royong sangat terlihat jelas di Desa Duren Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara. Di desa tersebut, masyarakat saling melebur tanpa melihat status sosial. Seorang warga Desa Duren yang bernama Aldi menuturkan bahwa di Desa Duren masyarakat masih melestarikan tradisi gotong royong secara turun-temurun.

Kalau di Desa Duren ini masyarakat masih bergotong royong mas, seperti saat membangun musala sekarang ini. Dari dulu kami selalu menjaga tradisi ini supaya tidak punah sehingga hubungan antar warga bisa terjalin dengan baik, ucap pria berusia 27 tahun itu.

Kentalnya budaya gotong royong di Desa Duren, Banjarnegara

Ia melanjutkan kalau sikap gotong royong seperti ini jarang ditemui di desa lain.

Di sini kalau ada yang membangun rumah, jalan ataupun musala seperti ini, warganya saling membantu dan tidak mengharapkan bayaran sepeser pun. Berbeda dengan daerah lain, kalau tidak ada bayaran ya tidak mau bantu. Walaupun itu masih saudara sendiri, tutupnya.

Sementara itu, ada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang sedang KKN di Desa Duren. Mereka menjalankan Program Kerja Jumat Bersih, sehingga pada Jumat 12 Juli 2019 mereka berpartisipasi gotong royong di desa tersebut. Raut wajah masing-masing mahasiswa menunjukkan kekaguman dan sangat terkejut menyaksikan tradisi yang sangat kental itu. Mereka (mahasiswa UMP) bisa melihat secara langsung kebersamaan antar warga dalam membangun sebuah musala.

Ketua kelompok KKN Desa Duren, Khusni Mubarok memaparkan bahwa dirinya dan anggotanya sangat takjub melihat tradisi gotong royong yang masih terjaga dengan baik. Tentu saja hal ini tidak bisa disaksikan di kota maupun di daerah lain.

Jujur saja saya sangat kagum dan terkejut menyaksikan hal ini (gotong royong). Kami tidak pernah melihat secara langsung di perkotaan. Bahkan di desa saya sendiri, masyarakat hanya akan membantu jika ada bayaran

Pria yang mengambil jurusan Manajemen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Muhammadiyah Purwokerto ini menyampaikan kegembiraannya karena bisa diterima masyarakat dengan baik. Bahkan, warga juga sangat mengapresiasi kedatangan KKN UMP.

Saya dan kawan-kawan begitu bahagia bisa mendapatkan momen yang begitu luar biasa. Kultur yang masih terjaga dipadukan dengan keramah-tamahan warga membuat kami terharu. Mungkin momen seperti ini tidak bisa didapatkan oleh peserta KKN di desa lain, pungkasnya.

Sebagai informasi, kegiatan Kuliah Kerja Nyata yang diadakan Universitas Muhammadiyah Purwokerto memiliki beberapa tujuan, salah satunya yakni sebagai pengabdian masyarakat. Sementara itu, KKN yang dilaksanakan di tahun ajaran 2019/2020 ini memiliki target yang berpusat pada lima bidang. Yakni bidang bimbingan belajar, keagamaan atau TPA, seni dan olahraga, tematik, dan tambahan di luar tematik.