Hanya satu Didjeridu keramik di Indonesia, karya seni keramik dari pengkarya Dedi Sentosa, mahasiswa berusia 22 tahun dari salah satu kampus seni negeri di Sumatera yang sedang menempuh semester enam. Sebelumnya, Deni Sentosa berasal dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) jurusan Seni dari Kota Bengkulu. Dedi juga berasal dari Bengkulu. Ia berminat mengambil Prodi Seni Kriya dan fokus pada seni keramik.

Dedi Sentosa, pembuat karya instrumen musik Didjeridu dari keramik

1. Asal mula Didjeridu.

Menurut buku berjudul "Teko dalam Perspektif Keramik" karya Timbul Rahardjo (2001), seni keramik identik dengan barang-barang pecah belah yang terbuat dari tanah liat. Asal kata keramik dari bahasa Yunani "ceramos". Keramik diyakini ditekuni bangsa Cina, oleh dinasti Ming dari tahun 1368 M 1648 M yang menggunakan porselen (tanah putih) dengan suhu bakar 1500 -2000 derajat celcius. Hasilnya berupa teko, guci, tempayan dan sebagainya.

Dilansir dari Wikipedia (15/5), Didjeridu merupakan alat musik dari suku aborigin di Australia yang bentuknya panjang, tabung seperti pipa, dan melengkung cenderung kerucut. Panjangnya 1 sampai 2 meter, dan kebanyakan 1-2 meter serta jarang sekali berukuran lebih pendek atau lebih panjang dari ukuran ini. Semakin panjang Didjeridu, semakin "ngebas" bunyinya. Suku Aborigin menamainya sebagai Yidaki.

2. Didjeridu berbahan keramik.

Mencintai seni keramik dan spesifik pada Didjeridu, Dedi Sentosa melakukan riset di Pulau Jawa, salah satunya di Yogyakarta serta di pulau Sumatera. Hasilnya, belum ada Didjeridu yang terbuat dari keramik. Dedi Sentosa menemukan bahwa bentuk karya seni keramik dibuat menjadi gelang, kalung, mainan, dan kunci. Analisanya mengerucut bahwa keramik pun dapat dibentuk menjadi Didjeridu. Selain itu, Dedi Sentosa juga browsing di internet dan hasilnya menunjukkan jika belum ada Didjeridu yang terbuat dari keramik. Didjeridu yang ada Indonesia umumnya berbahan dari kayu, bambu, dan pipa paralon PVC.

Hasil riset tersebut menjadi idekaryanya, ditambah pula dengan rangsangan karya dari motif-motif tradisional di Indonesia. Kini Dedi Sentosa sedang dalam penggarapan Didjeridu dari rangsangan karya "kaluak paku". Dilansir daristudiozet.blogspot.co.id (15/05), Kaluak Paku adalah motif yang berasal dari suku Minang. Maknanya adalah laki-laki yang bertanggung jawab kepada anak-anaknya dan kepada keponakannya, hingga anak dan keponakannya menjadi orang berguna bagi keluarga, daerah dan negara meskipun banyak rintangan.

3. Cara pembuatan Didjeridu keramik.

Ditemuidi studio keramik ISI Padangpanjang pada 14 Mei 2018, Dedi Sentosa menjelaskan cara membuat Didjeridu karyanya dengan teknik pilin dan pijit. Teknik pilin adalah memilin tanah liat panjang 10 cm dengan diameter 3 cm. Sedangkan teknik pijit dengan cara memijit tanah liat sesuai bentuk yang diinginkan.

Langkah untuk membuat Didjeridu, pertama-tama membuat sketsa di kertas. Kedua, pengolahan tanah liat dengan memilin tanah liat, kemudian dibentuk melingkar dengan diameter 5cm, dicacah dan dilem. Lem tersebut terbuat dari tanah liat yang dicairkan yang membentuk tabung, dan diakhiri dengan memijit dengan disesuaikan sketsa. Kegiatan ini berlangsung sampai panjang maksimal kekuatan keramik sekira 5 cm. Kegiatan pengolahan dihentikan dan ditutup dengan plastik agar Didjeridu tidak patah. Esoknya, Didjeridu disambung kembali untuk meneruskan sesuai sketsa yang dibuat. Penyelesaian satu Didjeridu biasanya memakan waktu sampai seminggu.