Jamu adalah ramuan herbal atau obat tradisional yang dikonsumsi dengan tujuan untuk menyembuhkan penyakit, menjaga kebugaran tubuh, mencegah penyakit, sebagai obat penguat, penambah nafsu makan, hingga menjaga kelangsingan wanita. Obat tradisional secara ilmiah merupakan bentuk pengetahuan, keterampilan, dan praktik berdasarkan teori, kepercayaan, pengetahuan dan pengalaman dari masing-masing kelompok masyarakat yang memiliki budaya berbeda-beda guna menjaga dan merawat kesehatan (WHO, 2008:13, dalam Traditional Medicine).

Kata jamu berasal dari djamoe yang terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Jawa Kuno, yaitu djampi yang berarti doa atau obat, dan oesodo atau husada yang berarti kesehatan. Sehingga djamoe memiliki arti doa untuk meningkatkan kesehatan. Pada awalnya, jamu merupakan minuman khas milik keraton yang digunakan untuk menjaga kesehatan penduduk keraton. Kemudian mulai dikenalkan pada publik melalui dukun atau tabib pengobatan tradisional.

Bahan baku utama jamu adalah tanaman obat-obatan yang sangat melimpah di Indonesia. Menurut LIPI, ada 30.000 spesies dari total 40.000 spesies tanaman bahan baku jamu di dunia, yang berada di Indonesia. Sehingga Indonesia tidak memiliki ketergantungan impor bahan baku jamu. Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan baku jamu adalah akar-akaran, daun, kulit batang, dan buah. Namun juga ada beberapa bahan jamu yang berasal dari hewan, seperti empedu kambing atau tangkur buaya. Dalam pembuatan jamu, terdapat beberapa tanaman yang wajib digunakan, yaitu pegagan, temulawak, sambiloto, kencur, dan jahe.

Tradisi minum jamu masyarakat Bangkalan, Madura.

Tradisi meminum jamu sudah dilakukan sejak lama. Semenjak ditemukannya fosil berupa lumpang, alu, dan pipisan dari batu di Jawa, diperkirakan tradisi membuat jamu sudah ada sejak zaman meso-neolithikum. Mengenai jamu, juga dapat ditemukan di relief Candi Borobudur (5 M), Candi Prambanan, dan Candi Penataran (8-9 M). Selain itu juga terdapat Usada Bali (951-1016 M) yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno, Sansekerta, dan Bali di daun lontar, yang berisi tentang penggunaan jamu. Djamoe diperkirakan digunakan pada abad ke-15 sampai 16 Masehi yang ditemukan di Primbon di Kartasura, yang juga ditemukan di Serat Centini (1810-1823 M). R. Atmasupana II juga menuliskan ramuan jamu pada tahun 1734.

Tradisi meminum jamu telah mengakar dan menjadi tradisi bagi masyarakat di Indonesia, khususnya masyarakat Bangkalan, Madura. Jamu merupakan hasil produk masyarakat Madura, yang diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang. Jamu buatan masyarakat Madura dianggap ampuh karena setara dengan buatan datu dan dukon. Selain merupakan tradisi yang dilakukan turun-temurun, jamu juga digunakan masyarakat sebagai obat alternatif sekaligus pencegahan penyakit ringan seperti meriang dan pegal-pegal.

Jamu sendiri sudah hadir di Madura sejak ratusan tahun yang lalu. Tradisi minum jamu sudah menjadi kebiasaan keluarga dan masyarakat Madura, terutama yang berdarah biru, serta menjadi kebiasaan bagi para ibu di Madura. Meracik dan mengonsumsi jamu telah dianggap masyarakat Madura sebagai bagian dari budaya mereka, sekaligus menjadi ciri khas sehingga dapat mengangkat citra dan identitas masyarakat Madura.

Tradisi minum jamu bagi kaum wanita dan pria di Madura.

Jamu di wilayah Madura memang dikhususkan untuk kaum wanita, khususnya wilayah Bangkalan. Bangkalan merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Pulau Madura, Provinsi Jawa Timur, yang terletak di 112-113 BT dan 6-7 LS. Dengan luas wilayah 1.265 km2, Kabupaten Bangkalan memiliki penduduk dengan mayoritas beragama Islam. Para wanita Bangkalan Madura telah diperkenalkan jamu oleh orang tua mereka sejak mereka masih kecil.

Meminum jamu pertama kali dilakukan oleh seorang anak gadis yang baru saja menstruasi. Dalam tradisi masyarakat Bangkalan, saat ada anak gadis yang menstruasi akan diselamati, diberi wewangian dan dupa, kemudian diberi jamu untuk diminum. Para wanita Bangkalan Madura mengonsumsi jamu hingga mereka dewasa. Hal ini ditujukan untuk menjaga kesehatan tubuhnya serta sebagai alat menjaga kecantikan dan kelangsingan wanita Bangkalan Madura. Namun, jamu Madura juga digunakan oleh wanita yang sudah menikah untuk menjaga keharmonisan rumah tangga mereka.

Tak banyak yang menyadari bila kaum pria Madura juga mengonsumsi jamu. Mereka mengonsumsi jamu untuk menjaga daya tahan tubuh, obat kuat, dan memperkuat imun tubuh karena mengingat cukup beratnya aktivitas yang dilakukan oleh kaum pria Madura. Pria Madura adalah orang-orang yang memiliki jiwa bahari tinggi. Mereka bekerja melaut dan sudah sejak zaman dahulu banyak yang menjadi anak buah kapal asing. Sehingga mereka telah sejak lama berlayar dan membutuhkan jamu untuk memperkuat tubuhnya agar tidak mudah sakit. Kegiatan berlayar kaum pria Madura juga didorong oleh faktor alam di Pulau Madura yang memiliki tanah kering dan tandus. Sehingga mereka mengalami kesulitan dalam bercocok tanam dan akhirnya melaut atau merantau ke wilayah lain khususnya di Pulau Jawa.

Dari peristiwa berlayar dan merantaunya para pria Madura, akhirnya turut memiliki andil dalam proses pengenalan jamu ke wilayah lain di luar Pulau Madura. Para pria Madura memperkenalkan jamu kepada orang-orang di wilayah perantauan mereka. Pada awalnya, mereka hanya meminum jamu untuk kebutuhan dirinya sendiri. Namun lambat laun akhirnya orang-orang di sekitar mereka penasaran dan bertanya tentang jamu yang mereka minum. Sehingga akhirnya jamu Madura dapat dikenal oleh masyarakat lain di luar Pulau Madura itu sendiri.

Keunikan dalam penjualan jamu di Bangkalan, Madura.

Saat ini sudah banyak sekali ditemukan produsen jamu, baik yang dibuat di rumah atau home industry, maupun di perusahaan produsen jamu yang sudah besar dan terkenal namanya. Jamu Madura awalnya diproduksi oleh masing-masing keluarga dengan mengandalkan resep warisan turun-temurun dari nenek moyang mereka. Namun seiring berkembangnya teknologi dan semakin banyak permintaan pasar tentang jamu, akhirnya banyak pula perusahaan yang memproduksi jamu.

Saat ini di Indonesia sudah terdapat 17 perusahaan besar yang memproduksi jamu tradisional. Bahan baku pembuatan jamu dapat diperoleh dari pasar lokal di Madura atau membeli langsung dari petaninya. Selain itu juga dapat diperoleh dari toko bahan jamu di Surabaya maupun di kota-kota lain atau melalui pesanan. Pada awalnya, jamu Bangkalan Madura berupa serbuk. Namun saat ini telah banyak inovasi baru yang akhirnya mengemas jamu dalam bentuk kapsul, butiran, maupun cairan kental.

Jamu khas Bangkalan punya ciri khusus, yaitu memiliki aroma yang sangat tajam karena berasal dari bahan-bahan yang juga beraroma tajam seperti jahe. Jamu di Bangkalan Madura memiliki tiga kategori, yaitu (1) jamu khusus wanita; (2) jamu khusus pasangan suami istri; dan (3) jamu lengkap. Namun jamu yang paling terkenal dari Bangkalan Madura adalah jamu khusus pasangan suami istri.

Menurut beberapa pengguna jamu Madura, khasiat dari jamu terkadang tidak langsung terasa dan tidak ada efek samping yang dihasilkan setelah mengonsumsi jamu. Masyarakat Bangkalan Madura mengonsumsi jamu karena sudah menjadi budaya yang telah mereka kenal sejak masih anak-anak. Dan masih tetap bertahan hingga saat ini karena adanya peran orang-orang sekitar yang terus memperkenalkan sekaligus melestarikan budaya minum jamu di masyarakat Bangkalan Madura.

Hal yang cukup unik dalam penjualan jamu di Bangkalan Madura adalah penilaian keberhasilan dari peramu atau penjual jamu, yaitu ditentukan dengan bagaimana mereka dapat berkomunikasi secara baik dan efektif dengan para pembelinya. Bentuk penyampaian pesan efektif merupakan seperangkat perilaku antar pribadi dengan spesialisasi yang digunakan dalam situasi tertentu (Mulyana, 2008:28, dalam Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar). Keberhasilan peramu dalam menyampaikan pesan secara efektif atau tidak, dapat dilihat dari ramai atau tidaknya kios jamu mereka. Terdapat beberapa komunikasi yang harus dilakukan oleh peramu dan pelanggan, yaitu peramu harus dapat menanyakan keluhan pelanggan, menjelaskan fungsi jamu yang diberikan kepada pelanggan, dan mampu untuk membangun kekerabatan dengan pelanggannya.

Faktor-faktor yang menyebabkan orang minum jamu.

Terdapat faktor-faktor yang menyebabkan orang minum jamu, antara lain:

1. Faktor pribadi.

Orang meminum jamu karena merasa cocok, merupakan budaya, dan dinilai praktis.

2. Faktor pemasaran produk.

Karena adanya iklan yang beredar di masyarakat serta ketersediaannya yang cukup banyak di tengah masyarakat.

3. Faktor sosial.

Karena adanya dorongan orang sekitar, yaitu orang tua dan tetangga.

4. Faktor budaya.

Minum jamu sudah dibudayakan sejak usia dini di Bangkalan Madura dan merupakan kebutuhan saat sakit.

5. Faktor psikologi.

Karena masyarakat Bangkalan Madura sudah cocok dan merasa jamu lebih cos pleng dan dipercaya masyarakat dapat menyembuhkan penyakit.

6. Faktor harga.

Jamu merupakan obat yang harganya terjangkau, mudah dikonsumsi, dan praktis.

Jamu, ramuan ajaib yang sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat, telah menjadi budaya dan ciri khas masyarakat Bangkalan Madura. Jamu Bangkalan Madura memiliki ciri, yaitu beraroma tajam dan berupa serbuk. Namun seiring dengan berkembangnya teknologi, kini jamu sudah dikemas dalam bentuk lain seperti kapsul.

Budaya minum jamu adalah budaya turun-temurun oleh nenek moyang, dilakukan sejak masih usia dini, dan terus berlangsung hingga masyarakat memasuki usia dewasa. Peran orang-orang sekitar sangatlah penting dalam memperkenalkan dan melestarikan budaya minum jamu bagi masyarakat Bangkalan Madura, seperti orang tua dan tetangga.

Sedangkan faktor yang mendukung masyarakat mengonsumsi jamu antara lain adanya faktor pribadi, pemasaran produk, sosial, budaya, psikologi, dan harga. Jamu Bangkalan Madura sebagian besar dikonsumsi oleh kaum wanita, yang digunakan untuk menjaga daya tahan tubuh, sekaligus sebagai kecantikan dan untuk menjaga keharmonisan rumah tangga. Bagi kaum pria, jamu digunakan untuk meningkatkan stamina, menjaga kesehatan, dan sebagai obat kuat. Para peramu harus dapat menciptakan komunikasi yang efektif dengan para pelanggan, dan itulah yang menjadi ciri khas jamu masyarakat Bangkalan Madura.