Pernahkahkamu ketika tidur di malam hari kemudian terbangun di pagi hari dan menyadari bahwa tadi malambermimpi mengenai sesuatu hal? Mungkin apabila kamu bermimpi sesuatu yang memang sedang memenuhi pikiran, hal itu menjadi wajar. Namun ternyata bisa juga kamubermimpi sesuatu yang secara sadar tidak memikirkan hal tersebut tapi secara tiba-tiba mimpi hal itu.

Mimpi merupakan salah satu bagian dari teori psikologi yang diperkenalkan oleh Sigmund Freud. Menurut Wade & Tavris (2008), di dalam dunia psikologi mimpi dapat dimaknai sebagai berikut ini.

1. Mimpi sebagai keinginan yang terpendam.

Inilah penafsiran mimpi menurut perspektif psikologi

Freud mengatakan mimpi atau fantasi yang seseorang alami ketika tidur di dalam hari merupakan penjelasan mengenai suatu keinginan dan konflik yang kita tidak sadari. Di dalam mimpi kita dapat mengekspresikan semua keinginan yang terpendam seperti kecil kemungkinannya akan terjadi pada dunia nyata (Freud dalam Wade & Tavris, 2008).

Misalnya kamu memiliki angan-angan untuk melanjutkan studi pendidikan di luar negeri, namun pada dunia nyata kamu tidak dapat mencapai angan-angan tersebut karena berbagai faktor sehingga impian tersebut hanya dapat kamu pendam, tetapi secara tidak sadar ingin kamu salurkan menjadi suatu kenyataan.

Kemudian pada malam hari kamu tertidur dan bermimpi menjadi seorang mahasiswa yang berkuliah di luar negeri, mimpi tersebut tergambar secara jelas dan seakan nyata. Dalam hal ini kamu bermimpi untuk menyalurkan sesuatu yang kamu pendam tidak bisa dilakukan dalam dunia nyata tapi kamu dapat merasakannya melalui sebuah mimpi.

2. Mimpi sebagai upaya mengatasi suatu masalah.

Inilah penafsiran mimpi menurut perspektif psikologi

Seperti sebelumnya telah dibahas bahwa mimpi sebagai keinginan yang tak disadari, sama halnya dengan mimpi sebagai usaha untuk mengatasi suatu masalah. Mimpi akan merefleksikan semua hal dalam kehidupanmu yang pada saat itu selalu memenuhi pikiranmu. Pada dasarnya mimpi merefleksikan kecemasan utama yang kamu rasakan. Selain itu beberapa psikolog percaya tidak hanya refleksi kecemasan namun juga seperti memberi kesempatan bagimu untuk mengatasi masalah tersebut (Catwright dalam Wade & Tavris, 2008).

Misalnya seorang mahasiswa sedang merasa gelisah akan menghadapi ujian semester, biasanya mereka akan mendapat mimpi seperti nilai yang jelek, tidak dapat menyelesaikan ujian tepat waktu, dan datang terlambat. Mimpi tersebut memungkinkan dijadikan suatu usaha untuk mengatasi kecemasan. Dalam artian sebelum hal yang tidak diinginkan terjadi di dunia nyata, mahasiswa tersebut sudah merasakannya di mimpi kemudian ketika ia tersadar yang dilakukan adalah mempersiapkan segala suatu keperluan ujian dengan sangat baik sehingga kemungkinan terburuk yang terjadi di dalam mimpi tidak benar-benar terjadi di dunia nyata.

Namun tidak menutup kemungkinan kalau mimpi hanyalah sebuah mimpi sebagai bunga tidur dan bukan berarti selalu memiliki makna di dalamnya.