Bahagia adalah suatu hal yang terlihat sederhana tetapi memiliki makna yang sangat berarti bagi setiap manusia. Bahagia adalah pilihan, keputusan yang lahir dari setiap manusia. Setiap manusia mempersepsikan kebahagiaan dengan cara yang berbeda-beda. Karena kebahagiaan selalu dipersepsikan sebagai ketercapaian atas segala sesuatu yang kita inginkan, keberhasilan, atau kesempurnaan. Bahagia dimaknai dengan menyatunya berbagai perasaan yang positif, sehingga menumbuhkan perasaan yang tenteram dan tenang. Sebagian manusia mendefinisikan kebahagiaan sebagai kepuasan, contohnya berupa pencarian kesenangan semata dengan menjalani hidup hanya untuk sesuatu yang memuaskan.

Aristoteles berpendapat apa yang menurut kita bahagia belum tentu menurut orang lain bahagia (Susanto, 2017). Selain itu, menurut Leary kita bahagia saat diterima dan dipuji orang lain (Susanto, 2017). Contohnya adalah ketika kita dipuji oleh seseorang secara tiba-tiba, yang dirasakan setelah dipuji oleh seseorang secara tiba-tiba adalah bahagia. Walaupun tidak seberapa, namun rasa bahagia itu tetap ada. Dengan kata lain, kebahagiaan itu adalah sesuatu yang relatif. Salah satu contohnya adalah seseorang akan bahagia apabila memiliki jabatan yang tinggi, tetapi ada pula seseorang akan bahagia apabila menjadi orang yang biasa saja.

Apa pun definisi kebahagiaan, satu hal yang pasti adalah bahwa kebahagiaan itu berasal dari diri kita sendiri. Pola pikir kitalah yang menentukan hidup kita akan bahagia atau tidak, bukan faktor dari luar. Bahagianya hidup kita bukan ditentukan oleh kepintaran, kekayaan, kecantikan, ataupun ketampanan diri kita. Bahagia atau tidaknya seseorang tergantung bagaimana sikap yang ditentukan oleh diri kita sendiri. Konteks kesejahteraan secara subjektif atau kebahagiaan dalam hidup, pada dasarnya berpusat dari individu (Moningka, 2019). Seligman mengatakan bahwa setiap manusia yang bahagia harus memenuhi lima aspek sumber kebahagiaan sejati (Abimanyu, 2017), yaitu sebagai berikut.

1. Menjalin hubungan positif dengan orang lain.

Jika kita menjalin hubungan positif dengan orang lain, maka kita akan merasakan kebahagiaan sejati. Sebab, tidak mungkin kita akan bahagia apabila tidak ada seseorang yang menemani. Mungkin iya, tetapi kebahagiaan itu adalah kebahagiaan semu.

2. Keterlibatan penuh.

Jika ingin bahagia, maka kita harus terlibat penuh dalam aktivitas lain. Seperti hobi atau aktivitas lain bersama keluarga.

3. Menemukan makna hidup.

Kita akan bahagia apabila sudah menemukan makna hidup. Aspek ketiga berkaitan dengan aspek kedua. Maksudnya adalah, kita harus menemukan makna dari setiap aktivitas yang dilakukan.

4. Optimis dan realistis.

Kedua hal tersebut harus berjalan beriringan. Tidak boleh hanya salah satunya saja. Orang yang optimis tetapi tidak realistis maka orang tersebut tidak akan bahagia. Begitu pula sebaliknya. Sebab, optimis dalam mengejar apa pun tetapi tidak dibarengi dengan realitas maka akan berujung kekecewaan bukan kebahagiaan.

5. Resiliensi.

Untuk dapat hidup bahagia adalah menjadi pribadi yang resilien. Resilien sendiri adalah kemampuan untuk bangkit dari peristiwa yang terburuk sekalipun.

Orang yang bahagia akan menunjukkan beberapa karakteristik tertentu, yaitu sebagai berikut.

1. Menghargai diri sendiri.

Apa pun yang dimiliki saat ini, hargailah. Menghargai apa yang kita miliki saat ini akan menjadikan kita sebagai orang yang bahagia.

2. Optimis.

Orang yang optimis pasti akan berusaha lebih keras dalam menjalankan segala kesempatan yang ada untuk meraih kebahagiaan.

3. Terbuka.

Maksudnya adalah tidak menutup diri dari lingkungan. Sebab, penelitian menunjukkan bahwa orang yang terbuka dan mudah bergaul dengan orang lain memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih besar.

4. Mampu mengendalikan diri.

Maksudnya adalah mengendalikan semua hal yang dapat merusak kebahagiaan, seperti hawa nafsu, hasrat, keinginan, dan ketidakpuasan.

Ada banyak cara untuk meraih kebahagiaan, salah satunya dengan bersyukur. Menjalani hidup dengan bahagia bisa dengan cara bersyukur. Bersyukur sering kali didefinisikan sebagai rasa bahagia dan berterima kasih; respons emosional atas suatu berkat atau karunia (Moningka, 2019). Bersyukur adalah hal yang baik, karena mereka yang merasa bersyukur jauh lebih bahagia daripada mereka yang tidak (Weiten et al., 2015). Bagi orang-orang yang kurang bersyukur, tentu saja bersyukur sulit dilakukan. Berbeda dengan orang-orang yang sudah terbiasa bersyukur, maka bersyukur tentu saja mudah untuk dilakukan. Berikut adalah tips bagaimana kita dapat mudah untuk bersyukur.

1. Lihatlah ke bawah untuk urusan dunia.

Melihat ke bawah di sini bukan berarti menunduk atau melihat kaki. Namun, melihat orang-orang yang berada di bawah kamu secara status sosial, ekonomi, pendidikan, dan lainnya. Contohnya, ketika kamu dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, tetapi masih banyak orang yang tidak dapat melanjutkan pendidikan atau malah ada yang tidak pernah sama sekali mengenyam pendidikan.

2. Selalu ingat apa yang kita miliki saat ini adalah nikmat dari Tuhan.

Orang yang tidak pernah mengingat hal tersebut maka ia akan selalu haus pada harta.

3. Ucapkan terima kasih.

Ucapan terima kasih sering kali dipandang sepele oleh orang lain. Padahal, apabila kita mengucapkan terima kasih setiap kali ada orang yang berbuat baik itu berarti kita telah bersyukur.

Menjalani hidup dengan bahagia akan membuat kita menjadi pribadi yang lebih sehat. Hidup akan terhindar dari stres. Bahkan ada pepatah yang mengatakan, "Apabila kita hidup dengan bahagia maka hidup kita akan lebih lama". Hidup bahagia adalah obat awet muda. Sejatinya, kesempurnaan itu tidak membuat hidup kita bahagia, akan tetapi kebahagiaan akan membuat hidup kita sempurna.