Sebutan negara agraris memang pernah melekat pada negara Indonesia karena memang dahulu mayoritas bekerja pada sektor pertanian. Namun berbalik dengan kondisi saat ini. Sekarang lahan minim dan semakin menurun orang yang mau menjadi petani. Walau begitu pertanian Indonesia tidak terlampau buruk karena masih menjadi eksportir terbesar dari beberapa komoditi pertanian.

Apa saja fakta wah dan ironi pertanian Indonesia saat ini? Berikut rangkumannya.

1. Menjadi eksportir kopi terbesar ketiga di dunia.

Hari Tani Nasional, ini 7 fakta mengenai pertanian di Indonesia

Gambar: Global Indonesian Voices

Komoditas kopi di Indonesia memang melimpah. Indonesia juga terkenal dengan kopi khas dari berbagai daerahnya. Indonesia menjadi negara ketiga produsen kopi terbesar di dunia setelah Brasil dan Vietnam. Kopi Indonesia yang banyak diminati pasar luar negeri, di antaranya adalah robusta, arabika, gayo dan jenis lainnya.

Selain kopi tersebut, kopi luwak juga menjadi primadona di luar negri karena rasa dan aromanya yang lezat. Negara yang menjadi tujuan ekspor kopi terbesar Indonesia adalah Amerika Serikat, disusul kemudian negara-negara di ASEAN, Iran, dan negara-negara di jazirah Arab.

2. Eksportir tembakau.

Hari Tani Nasional, ini 7 fakta mengenai pertanian di Indonesia

Gambar: Tobaccoreporter.com

Jika banyak yang mengira tembakau hanya untuk bahan rokok, ternyata tidak hanya itu. Tembakau juga bisa menjadi bahan baku produk lainnya seperti obat flu maupun parfum jenis tertentu. Negara importir tembakau terbesar dari Indonesia antara lain Amerika Serikat, Rusia, Belgia, Jerman, dan Belgia. Bahkan kini Indonesia juga menjadi eksportir bibit tembakau ke beberapa negara di Afrika.

3. Masih eksis menjadi eksportir rempah-rempah.

Hari Tani Nasional, ini 7 fakta mengenai pertanian di Indonesia

Gambar: Indonesia One Stop

Wilayah Indonesia Timur masih menjadi daerah penghasil rempah-rempah terbaik Indonesia hingga saat ini. Jenis rempah-rempah yang diekspor Indonesia antara lain adalah biji pala, vanili, dan lada.

Lada menempati peringkat komoditas ekspor terbesar dari rempah-rempah. Kemudian kayu manis menjadi komoditas kedua, dan disusul pala, vanili, dan cengkeh.

4. Ekspor beras dan sayur-sayuran.

Hari Tani Nasional, ini 7 fakta mengenai pertanian di Indonesia

Gambar: Jitunews.com

Memang Indonesia juga masih sering jadi pengimpor beras, namun Indonesia juga menjadi eksportir untuk beberapa negara seperti Malaysia, Brunei, Singapura, Australia, Amerika Serikat, hingga beberapa negara Eropa seperti Jerman, Italia, dan Belgia. Dan kabar baiknya, nilai ekspor hasil pertanian Indonesia berupa beras ini mengalami peningkatan di tahun 2017 lalu dari sebelumnya hanya 81.28 ton menjadi 3.433 ton.

Indonesia juga mengekspor sayuran untuk beberapa negara seperti ke Taiwan, Malaysia, Singapura, hingga Belanda.

5. Semakin turunnya minat generasi muda pada sektor pertanian.

Hari Tani Nasional, ini 7 fakta mengenai pertanian di Indonesia

Gambar: Facts Of Indonesia

Berdasar survei KRKP (Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan), menyatakan bahwa pemuda di Indonesia 70 persen tidak tertarik menjadi petani padi. Bahkan anak petani pun kurang tertarik menjadi petani. Hasil Riset KRKP ada 63 persen anak petani menolak menjadi petani.

Tentu banyaknya generasi muda yang enggan terjun di alasan pertanian ini ada banyak alasan seperti bertani dianggap pekerjaan rendah, tidak ada jaminan finansial, investasi yang kurang menjanjikan, dan sangat jarang dikenalkan oleh orang tua saat ini.

Tak heran jika petani-petani di Indonesia masih didominasi generasi tua sekarang ini yang hampir mencapai 70%.

6. Masih ketergantungan impor banyak barang pokok.

Hari Tani Nasional, ini 7 fakta mengenai pertanian di Indonesia

Gambar:Pindainews.com

Dikutip dari merdeka.com,Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Enny Sri Hartati mengatakan, ketergantungan impor kian bergeser ke pemenuhan kebutuhan pangan pokok. Seperti impor gula, kedelai, bawang putih, daging, beras kian mengalami peningkatan.

Dan impor ini benar-benar menguras devisa negara. Dan buruknya lagi impor ini membunuh rupiah. Tingginya impor bisa mengakibatkan rupiah terdepresiasi sebab pembayarannya harus menggunakan valas yang tentu akan berpengaruh pada nilai tukar rupiah.

7. Kalah dari Thailand yang lahannya lebih sempit.

Menurut wakil Direktur Indef, Eko Listiyanto, dengan lahan yang sedikit, Thailand mampu menjadi eksportir beras terbesar kedua di dunia. Jika dibanding Indonesia yang malah punya lahan lebih luas namun nyatanya malah masuk dalam 10 negara importir beras terbesar di dunia. Berada satu peringkat di bawah Vietnam berdasarkan data World Stock Export, dari 15 negara eksportir pangan, Thailand berada di peringkat ke-2 di bawah Vietnam.