Jika seorang pasangan mengatakan, "Tanpa aku kamu tuh bukan siapa-siapa"dan selalu mengatur, tindakan tersebut dinamakan gaslighting. Istilah gaslighting muncul dari kisah seorang suami yang mematikan lampu-lampu gas di rumahnya, kemudian sang istri bertanya mengapa rumah mereka sangat gelap, dan sang suami berkata bahwa istrinya hanya terlalu perasa. Dari perlakuan itu akhirnya sang istri meragukan nilainya sendiri.

Dari pengenalan tersebut apakah kamu sudah berpikir kalau kamu adalah korban gaslighting? Atau malah pelakunya (gaslighter)? Simak penjelasan di bawah ini!

Apa itu gaslighting?

Gaslighting adalah bentuk dari manipulasi psikologis yang ingin membuat seseorang meragukan atau mempertanyakan tentang tanggapan, kewarasan, dan ingatannya sendiri. Gaslighter melakukan penyangkalan, anomali, hingga tipuan hebat sehingga korban menjadi tidak stabil dan membuat perasaan korban menjadi tidak valid (Dorpat, 1994, h. 91).

Sederhananya begini, gaslightingadalah tindakan manipulasi pikiran yang membuat kita tidak yakin terhadap perasaan, pikiran, hingga kewarasan. Gaslighter tidak mau mengakui hal-hal yang pernah dibuatnya dan malah menyalahkan korban dengan mengatakan bahwa ia terlalu berlebihan, sensitif, dan bohong. Hal tersebut dilakukan agar pelaku aman dari perbuatannya yang salah dan bisa kabur dari tanggung jawab atas perilakunya.

Gimana, sekarang kamu jadi tahu dong gaslighting itu apa. Next,penulisakan memberikantanda-tandanya, apakah pasanganmu seorang gaslighterserta dampak bagi hubungan asmara kalian.

Tanda-tanda pasangan seorang gaslighter.

Mungkin dari definisi di ataskamu berpikir kalau perilaku gaslighting sering ditemukan pada keseharian, bahkan ada anggota keluarga yang melakukan tindakan tersebut. Ternyata belum tentu juga. Di sini kita lihat "pattern"-nya, ketika tindakan itu dilakukan secara berulang dan perilakunya tidak mungkin berubah sepertinya kamu sedang menghadapi gaslighter.

Mengutip tanda-tanda seorang gaslighter dari buku yang berjudul Gaslighting: Recognize Manipulative and Emotionally Abusive People- and Break Free karya Stephanie Moulton Sarkis, PhD, ciri-cirinya sebagai berikut.

1. Permintaan maaf yang tidak tulus.

"Maaf kalau kamu merasa demikian."Itu bukan permintaan maaf yang tulus, melainkan tindakan manipulatif seakan-akan memvalidasi perasaanmu padahal mereka minta maaaf untuk mendapatkan apa yang mereka mau.

2. Melakukan triangulation dan splitting.

Triangulation merupakan tindakan menghindari percakapan langsung dengan orang yang bersangkutan dan malah melibatkan orang lain. Isi dari percakapan triangulation memiliki makna tersirat, misalnya: "Aku terganggu banget sama Mawar, bilangin dia dong". Gaslighter berharap orang ketiga tersebut akan menyampaikannya kepada Mawar, agar si Mawar merasa lebih tertohok karena mendapat pesan tersebut dari orang lain.

Pelaku gaslighting suka mengadu domba orang-orang atau disebut splitting. Mereka merasa berkuasa dan bisa mengontrol orang lain. Para gaslighter pintar menghasut, mereka melakukan itu agar korban bergantung padanya dan menjauhkan korban dari orang lain.

3. Penjilat.

Gaslighter suka menggombal untuk membuat pasangannya luluh, dengan begitu ia lebih mudah untuk menguasai pasangan kemudian meminta pasangan untuk memenuhi keinginannya. Setelah semuanya sudah dipenuhi maka korban akan "dibuang" oleh pelaku. Kita harus waspada dengan keramahan seseorang yang mencurigakan.

4. Menyalahkan orang lain atas emosinya.

Gaslighter tidak bisa merasakan emosi atau tindakannya sendiri dengan baik, sehingga bingung melampiaskannya ke mana lantas menyalahkan orang lain. Contohnya tiba-tiba kamu disuruh tes narkoba, padahal dia sendiri yang mengonsumsi.

5. Mereka tidak menepati janji.

Para gaslighters membuat janji untuk dikhianati, tidak sekali dua kali mereka melakukan itu namun sangat sering. Jangan mudah percaya terhadap janji-janjinya jika hal itu terjadi secara rutin.

Waduh serem banget ya, kamu bisa baca buku itu karena masih banyak tanda-tanda lainnya! Lanjut kita bahas, apa sih dampak perilaku gaslighting pada hubungan asmara?

Dampaknya pada hubungan asmara.

Gaslighter menguasai emosi pasangan dan akan mengontrol segala hal, sehingga pasangan akan selalu bergantung pada pelaku dan hanya memercayai bahwa hanya pelakulah yang menyayanginya. Ketika gaslighter melakukan tindakan yang kejam, pasangan akan memakluminya dengan alasan sayang padahal ia takut kehilangan.

Jika perilaku gaslighting terus berlanjut, pasangan akan putus asa dan mengikuti apa saja yang diperintahkan pelaku. Ketika pasangan ingin mendapat bantuan dari orang lain, sang gaslighter akan mengatakan hal-hal buruk tentang mereka, sampai pasangan menarik diri dari lingkungan sosial. Abramson (2014) mengatakan: "Bahwa tahap terakhir gaslighting yaitu depresi secara klinis sangat parah dan berat".

Apa yang harus dilakukan ketika sudah menjadi korban gaslighting?

Cara-cara berikut mungkin bisa membantu kamu:

1. Percaya pada hati nurani.

Korban perlu menyadari bahwa ia terjebak di dalam "penjara". Jangan ragu ketika kamu telah merasa ada "red flags"pada pasanganmu, segera pergi!

2. Minta pertolongan kepada orang terdekat.

Curhat kepada orang kepercayaanmu. Meminta bantuan orang lain bukan beban kok.

3. Konsultasikan kepada psikolog atau psikiater.

Masih banyak orang yang takut untuk berkonsultasi kepada psikolog atau psikiater. Takut dianggap gila, tidak taat agama, dan semacamnya. Padahal jika kamu berkonslutasi kepada tenaga profesional, kamu bisa mendapat sudut pandang yang objektif dan mengupas tuntas masalahmu.

Yup, itulah pembahasan tentang gaslighting dalam hubungan asmara. Toxic relationship makin hari makin memarak, dari pelecahan secara fisik maupun secara psikis.Penulis harap kamu yang sedang mengalami atau dalam masa pemulihan bisa segera bahagia. Ingat, kamu tidak pernah sendiri, banyak orang yang menyayangimu. Semangat!