Menurut kamu berapa hari dalam seminggu normal dan idealnya seseorang bekerja kantoran? Jika melihat kondisi normal di berbagai negara, biasanya seorang pegawai kantoran akan bekerja dari Senin hingga Sabtu. Mulai dari pukul 9 pagi hingga jam 5 sore. Benar, kan? Mungkin malah kamu adalah salah satu yang mengalami setiap harinya.

Waktu kerja ini biasa terjadi di berbagai sektor pekerjaan di belahan dunia mana pun. Mau di Indonesia, Jepang, Amerika, sampai Afrika sekalipun sepertinya waktu kantoran seperti itu adalah sebuah kewajaran. Bekerja hingga akhir pekan dan menikmati libur akhir pekan di hari Minggu sebelum kemudian kembali ngantor di Senin hari berikutnya.

Tapi di musim panas lalu, Microsoft Jepang mencoba melawan kenormalan tadi dengan menjalankan eksperimen masuk kerja selama 4 hari seminggu.

Eksperimen 4 hari kerja seminggu dari Microsoft Jepang berbuah manis

(Sumber gambar: KGOU)

Di negara yang sudah dikenal dengan kultur pekerja keras dengan jam kerja kantoran panjang (bisa hingga larut malam), raksasa software yang berbasis di Amerika Serikat itu memberikan waktu libur akhir pekan tiga hari selama lima kali berturut-turut. Yang juga berarti empat hari kerja kantor dengan waktu normal tanpa extra timeatau lembur. Bagaimana efek yang terjadi?

Secara umum, hasil dari eksperimen ini terbilang mengejutkan. Mengapa demikian? Karena jumlah sales ataupenjualan per pegawai Microsoft naik hingga 40% saat dikomparasi dengan jumlah penjualan tahun lalu pada rentang waktu yang sama. Itu mungkin hal di luar dugaan Microsoft Jepang saat mengadakan eksperimen tadi. Karena hasil pasti yang diharapkan, bisa jadi, hanya pengurangan biaya-biaya operasional kantor seperti tagihan rekening listrik, kertas-kertas maupun biaya transportasi dan logistik.

Tentu hasil eksperimen tidak sesederhana itu. Perlu dilakukan perhitungan secara lebih sistemik agar parameter-parameter yang terjadi bisa terlihat jelas dan bisa jadi bahan riset. Belum lagi menghitung faktor-faktor lain yang bisa jadi menunjang hasil penjualan seperti misalnya permintaan meningkat dari klien lama atau adanya sumber pemasukan dari klien baru. Tapi memang ada alasan untuk mempercayai hasil eksperimen Microsoft Jepang di musim panas itu.

Eksperimen 4 hari kerja seminggu dari Microsoft Jepang berbuah manis

(Sumber gambar: InfoTech Lead)

Salah satunya karena eksperimen serupa juga pernah dilakukan di negara New Zealand tahun 2018 dengan hasil menyerupai Jepang. Bahkan jika ditarik lebih jauh lagi, situasi serupa juga pernah terjadi di era Perang DuniaI pada pekerja pabrik amunisi Inggris seperti yang disampaikan peneliti dari Universitas Stanford, John Pencavel; di mana jam kerja yang diperpendek justru menghasilkan produk lebih banyak.

Jika dipikir-pikir secara sederhana, hal ini mudah dimengerti. Jam kerja panjang akan menghasilkan kelelahan; tidak hanya fisik tapi juga mental/jiwa. Efek kelelahan tadi tidak hanya terasa di akhir hari kerja namun akan terbawa hingga keesokan hari. Dan akan terus begitu hingga minggu kerja berakhir atau akhir pekan tiba (di hari Sabtu).

Pegawai yang kelelahan di akhir hari kerja besar kemungkinan tidak akan produktif di keesokan hari kerjanya. Jam kerja panjang di hari berikutnya akan menciptakan siklus kelelahan yang menumpuk hingga akhir pekan tiba. Dan secara praktik, pegawai jadi hanya punya waktu sehari (di hari Minggu) untuk memulihkan kondisi stamina fisik dan mental sebelum kembali produktif di hari Senin.

Eksperimen 4 hari kerja seminggu dari Microsoft Jepang berbuah manis

(Sumber gambar: WIO News)

Alasan lain jam kerja panjang tidak menghasilkan produktivitas adalah pekerja bisa menciptakan kondisi palsu. Seorang manajer tentu tidak mungkin bisa mengawasi semua aktivitas pegawai dalam manajemen dia untuk memastikan mereka bekerja produktif; karena pegawai bisa saja sengaja berlama-lama di kantor hanya untuk menunjukkan kalau dia pegawai yang rajin.

Atau pegawai yang sudah mengerjakan pekerjaan sesuai tugas pokok dan fungsinya, dan seharusnya bisa pulang dari kantor, terpaksa tetap di mejanya hingga bos pulang atau jam kerja normal berakhir karena khawatir mendapat citra negatif. Waktu yang sia-sia dia habiskan di meja bisa digunakan untuk hal lain, termasuk beristirahat tanpa harus khawatir disebut pemalas.

Kerja empat hari dalam seminggu seperti eksperimen Microsoft Jepang bertujuan meningkatkan produktivitas pegawai serta efisiensi operasional sambil menjaga kesehatan fisik dan mental pegawai mereka dalam bekerja. Tiga hari berakhir pekan dapat dimanfaatkan pegawai untuk hal-hal positif serta sehat demi fisik dan mental mereka sendiri. Sehingga saat Senin kembali tiba, mereka tidak punya perasaan klasik I hate Monday alias benci kerja pada hari Senin. Secara konsep ini bagus.

Negara Prancis sudah menjalankan konsep efisiensi seperti ini. Di Prancis, jam kerja mingguan adalah 35 jam per pekan dengan total hari libur atau cuti dibayar sebanyak 36 hari per tahun. Mungkin karena itu Prancis menjadi salah satu negara dengan produktivitas bagus per jam kerja di antara negara-negara maju lainnya? Bisa saja.

Eksperimen 4 hari kerja seminggu dari Microsoft Jepang berbuah manis

(Sumber gambar: Yahoo News)

Mengubah mental gila kerja di kalangan pegawai kantoran Jepang, yang sudah terbiasa dengan jam kerja panjang melelahkan, jelas bukan perkara mudah. Bahkan mereka bisa sampai kesal karena kebanyakan libur saat event Golden Week yang berlaku nasional! Ini menunjukkan kalau pegawai kantoran di Jepang menjadikan diri mereka seperti mesin. Hal itu mungkin bagus untuk jangka pendek, namun untuk jangka panjang yang menjadi korban adalah kesehatan fisik dan mental mereka sendiri.

Eksperimen musim panas dari Microsoft Jepang memberikan gambaran kalau produktivitas bisa baik dan bahkan meningkat tanpa menambah jam kerja secara berlebihan. Apakah akan diteruskan? Itu tergantung kebijakan perusahaan.