Infeksi virus Corona merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Corona dan menimbulkan gejala utama berupa gangguan pernapasan (Dinkes, 2021). Penyakit ini pertama kali ditemukan di Wuhan, Cina pada akhir 2019. Dugaan awal adanya virus Corona ini berasal dari kelelawar. Pada umumnya virus Corona tidak menyerang manusia melainkan menyerang binatang seperti ular, unta, kelelawar, hewan ternak, dan kucing. Virus ini menjadi berbahaya karena mudah menular dari manusia ke manusia.

Meski semua orang bisa terinfeksi, yang paling berisiko adalah mereka yang lanjut usia, memiliki penyakit kronis, dan memiliki daya tahan tubuh rendah. Selain Cina, virus Corona juga menyebar secara cepat ke berbagai negara termasuk Indonesia.

Sekarang, berbagai virus Corona varian baru bermunculan akibat mutasi virus. Seperti varian Delta atau B.1.617.2 yang pertama kali ditemukan di India pada Oktober 2020 silam. Kini varian Delta sudah ada di Indonesia bahkan kian mengganas terutama di DKI Jakarta dan sekitarnya.

Dikutip dari Kontan.co.id, 30 Juni 2021, Profesor Kedokteran Darurat dan Kesehatan Internasional di John Hopkins University, Dr Bhakti Hansoti mengatakan, ada beberapa gejala infeksi virus Corona varian Delta, yaitu sakit perut, hilangnya selera makan, muntah, mual, nyeri sendi, gangguan pendengaran.

Menurut dokter Robert Sinto (2021), virus Corona varian Delta ini jauh lebih cepat menular terutama pada anak-anak. Jika dilihat, akhir-akhir ini angka kejadian infeksi laporan pada anak-anak jauh lebih tinggi bukan hanya di Indonesia saja tapi di luar negeri juga. Karena varian ini jauh lebih cepat menular dibanding varian lain, yang tadinya tidak tertular menjadi tertular. Alasan lainnya karena populasi anak-anak belum divaksinasi jadi mereka rentan tertular varian-varian baru infeksi tersebut.

Alasan anak-anak belum divaksin Covid-19 karena peneliti ingin memastikan bahwa vaksin yang diberikan kepada orang dewasa teruji aman dan efektif sebelum disuntikkan kepada anak-anak. Jika orang tua sudah divaksin artinya mereka bisa menilai vaksin itu aman atau tidak sehingga mereka bisa lebih mudah mengizinkan anak-anaknya untuk divaksin. Peneliti juga belum bisa menentukan dosis vaksin tersebut untuk anak-anak karena sistem kekebalan tubuhnya berbeda dari orang dewasa. Karena itu, anak-anak belum mendapatkan fasilitas berupa vaksin Covid-19.

Seperti yang diberitakan Halodoc, 22 Juni 2021, Daeng M Faqih (2021), Ketua Umum PB IDI juga mengatakan jika potensi bahaya darivirus Coronajenis Delta ini sangat tinggi. Varian ini lebih banyak menyerang anak-anak muda. Bahkan, banyak anak-anak yang langsung mengalami gejala berat. Saat mengalami gejala berat, tingkat kesembuhannya menjadi lebih kecil.

Gejala berat yang ditimbulkan pada anak-anak terjadi karena mereka mempunyai penyakit bawaan. Tidak hanya itu, daya tahan tubuh yang lemah juga bisa membuat pasien mengalami gejala berat. Dikutip dari Republika, 24 Juni 2021, Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito mengatakan tidak semua pasien Covid-19 harus dibawa ke rumah sakit dan diberikan penanganan lanjutan. Hanya pasien yang mengalami gejala berat dan sedang saja yang berhak mendapatkan penanganan isolasi dan perawatan intensif di rumah sakit.

Dengan cara mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, dan menjauhi kerumunan kita dapat mencegah persebaran virus Corona. Untuk orang tua diharapkan sementara ini jangan biarkan anak-anak bermain, terlebih lagi jika terdapat kerumunan di tempat bermain anak. Dan bagi masyarakat semua sangat diharapkan tetap di rumah dan selalu menjaga kesehatan agar daya tahan tubuh tidak lemah.