Jika kamu membaca lepra, kusta, atau morbus hansen, kira-kira apa nih yang pertama kali kebayang sama kamu saat membaca kata tersebut? Penyakit kutukan, menular, harus diasingkan, cacat, menakutkan, dan segudang stigma lainya. Pendapat kamu belum tentu benar dan belum tentu juga salah. Nah, agar tidak salah kita diluruskan dan telusuri kebenarannya yah, biar tidak ada dusta di antara kita.

Menurut dr. Udeng Daman, selaku Techinal Advisor Penanggulangan Kusta dari Netherland Laprosy Relief (NLR), stigma negatif tentang kusta atau morbus hansen ini masih terjadi. Hal ini dikarenakan pemahaman dan edukasi tentang penyakit kulit tertua di dunia ini masih kurang.

"Kusta, bukan penyakit kutukan, dengan metode pengobatan modern saat ini morbus hansen bisa disembuhkan tanpa menimbulkan kecacatan", tegasnya saat ditemui di sela-sela kegiatan literasi tentang kusta di Jawa Barat.

Lalu biar tidak ada "kusta" di antara kita, dr. Udeng mau kasih tahu nih, fakta tentang morbus hansen ini, biar stigma negatif yang menyelimutinya semakin terkikis. Apa saja faktanya? Kita simak bersama yah.

1. Penyakit kulit tertua.

Bukan kutukan, ini 5 fakta tentang morbus hansen alias kusta

Morbus hansen diperkirakan sudah menyerang manusia sejak abad pertengahan. Hal ini dikuatkan oleh penemuan 90 kerangka dengan tulang yang memiliki karakteristik kusta di Eropa dengan periode waktu 400 sampai 1400 sebelum masehi. Hal ini terungkap dari hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal PLOS Pathogens oleh tim internasional di antara dari university of zurich, the university of tubingen dan max planck institute for the science of human history, di mana hasil penelitiannya menunjukkan galur kemungkinan penyebaran kusta berasal dari eurasia barat.

2. Disebabkan oleh bakteri.

Bukan kutukan, ini 5 fakta tentang morbus hansen alias kusta

Morbus hansen disebabkan oleh bakteri M. leprae. Bakteri ini ditemukan pada tahun 1873 oleh ilmuwan Norwegia, Gerhard Henrik Armauer Hansen. Bakteri penyebab Morbus Hansen ini, akan menyerang saraf tepi dan mukosa dari saluran pernapasan atas. Namun tidak seperti mitos yang digambarkan selama ini, morbus hansen tidak secara mudah memutilasi anggota tubuh, apalagi jika dengan cepat diobati.

Nah, selain untuk menghargai hasil penemuannya, kata lepra atau kusta begitu erat dengan stigma negatif. Sehingga melalui penamaan yang lebih netral yakni morbus hansen, diharapkan bisa mengurangi stigma negatif sosial bagi Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK).

3. Masa inkubasi 2 sampai 5 tahun.

Bukan kutukan, ini 5 fakta tentang morbus hansen alias kusta

Menurut dr.Udeng, morbus hansen adalah penyakit menular, namun memerlukan jangka waktu cukup lama untuk bisa menular atau dengan kata lain masa inkubasinya antara 2 hingga 5 tahun. Untuk penularannya dari orang ke orang melalui kontak erat yang lama terutama bagi penderita yang belum berobat dengan Multi Drugs Treatment (MDT).

4. Gejala berbeda pada setiap orang.

Bukan kutukan, ini 5 fakta tentang morbus hansen alias kusta

Gejala morbus hansen bisa saja berbeda pada setiap orang dan mungkin tidak disadari. Namun salah satu gejala klasiknya adalah munculnya bercak putih pada kulit yang disertai mati rasa. Untuk mendeteksi awal apakah bercak putih dikulit itu morbus hansen atau bukan bisa dilakukan dengan metode ujung kapas. Jika tidak terasa apapun pada bercak putih yang ada di kulit sebaiknya segera dilakukan pemeriksaan lebih seksama di puskesmas atau dokter terdekat. Karena keterlambatan pengobatan dan perawatan akan menimbulkan risiko perubahan bentuk pada bagian tubuh seperti jari tangan atau kaki menekuk, yang akhirnya bisa menimbulkan kecacatan.

5. Bisa disembuhkan dan obatnya gratis.

Bukan kutukan, ini 5 fakta tentang morbus hansen alias kusta

Morbus hansen ini bisa disembuhkan dengan terapi obat Multi Drugs Treatment (MDT). Pada awalnya terapi MDT ini cukup mahal, sehingga sulit untuk masuk ke negara endemik termasuk Indonesia. Namun, sejak tahun 1995 untuk menekan penularan dan penyebaran morbus hansen ini, WHO memberikan multi obat tersebut secara gratis melalui kementrian kesehatan yang ada di setiap negara endemik.

WHO sendiri merekomendasikan dua tipe multi obat standar untuk terapi, yakni 24 bulan untuk morbus hansen lepromatosa dengan rifampisin, klofazimin, dan dapson. Lalu untuk morbus hansen tuberkuloid dilakukan terapi 6 bulan dengan rifampisin dan dapson.

Nah, itu tadi penjelasan dan fakta tentang morbus Hansen. Karena ini penyakit menular dan Indonesia masih jadi negara endemik ke tiga setelah Brazil dan India, maka kita harus proaktif untuk melaporkan jika menemukan, dan stop diskriminasi terhadap OYPMK dengan cara memberikan edukasi yang benar sehingga target Indonesia bebas kusta bisa segera terwujud.