Wabah virus Corona yang diklaim sebagai penyakit pandemi ini mulai menggemparkan dunia sejak awal tahun 2020. Menurut WHO atau World Health Organization, Coronavirus adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Pada manusia, beberapa Coronavirus diketahui menyebabkan infeksi pernafasan mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Virus Corona yang paling baru ditemukan menyebabkan penyakit Coronavirus COVID-19.

COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Coronavirus yang paling baru ditemukan. Novel Coronavirus atau 2019-nCov ini memiliki gejala klinis berupa demam 380C, batuk kering, sesak napas, sakit tenggorokan, serta badan terasa letih dan lesu. Virus dan penyakit baru ini tidak diketahui sebelum terjadinya wabah penyakit di Wuhan, Cina, pada bulan Desember 2019. Virus tersebut secara cepat menyebar ke seluruh dunia.

Pada 20 Januari 2020, 282 kasus yang dikonfirmasi dari 2019-nCoV. Kasus tersebut dilaporkan dari empat negara, yaitu Cina sebanyak 278 kasus, Thailand sebanyak 2 kasus, Jepang dengan 1 kasus dan yang terakhir Republik Korea dengan 1 kasus. Per tanggal 29 Maret 2020, sudah tercatat ada 697.123 kasus yang terkonfirmasi di dunia dan kasus yang terjadi di Indonesia tercatat sudah mencapai 1.264 kasus.

Dikarenakan oleh penyebaran virus yang sangat cepat, akhirnya beberapa Pemerintah di seluruh dunia memutuskan untuk me-lockdown atau mengkarantina wilayah negaranya. Negara-negara yang sudah menerapkan karantina wilayah di antaranya adalah Cina, Italia, Spanyol dan Prancis. Sementara Indonesia sendiri belum menerapkan karantia wilayah tersebut, namun beberapa sekolah maupun kantor diperbolehkan untuk meliburkan para karyawan maupun siswanya, sesuai dengan kebutuhan.

Pemerintah juga mulai menghimbau pada masyarakat untuk menggunakan jatah liburnya untuk mengisolasi diri di rumah atau self- quarantine. Himbauan tersebut berfungsi agar penularan COVID-19 dapat dicegah dan diminimalisasi. Jika ada keperluan mendesak untuk pergi keluar, masyarakat diimbau untuk melakukan physical distancing atau menjaga jarak dengan orang lain agar tidak menimbulkan kerumunan. Karena di kerumunan itulah virus rentan untuk menyebar.

Dari imbauan tersebut, tagar #dirumahaja mulai viral di jagat maya. Tagar tersebut berfungsi sebagai imbauan kepada masyarakat agar melakukan gerakan self-quarantine untuk mencegah menyebarnya penyakit pandemi COVID-19 ini. Banyaknya masyarakat yang minum pengetahuannya terkait dengan penyakit pandemi ini, membuat masih banyaknya orang yang masih berkerumun di tempat umum. Hal itu menimbulkan keresahan bagi segelintir masyarakat lainnya. Karena jika korban semakin banyak, maka dikhawatirkan rumah sakit tidak dapat lagi menampung pasien sehingga risiko kematian akibat penyakit pandemi inipun semakin meningkat.

Tetunya banyak sekali informasi yang simpang siur di tengah masyarakat saat ini. Ketidakpastian informasi itu menyebabkan masyarakat dilanda kepanikan yang berlebih. Banyak sekali di antara mereka yang mulai melakukan panic buying atau memborong semua perlengkapan yang mereka butuhkan selama mereka mengkarantina dirinya sendiri di rumah.

Namun hal tersebut berdampak buruk dikarenakan banyak kebutuhan pokok yang seharusnya lebih dibutuhkan oleh kalangan tertentu habis diborong oleh masyarakat. Misalnya seperti masker dan handsanitizer yang seharusnya lebih dibutuhkan oleh para tenaga medis. Hal tersebut sangat miris, mengingat masih banyak masyarakat yang egois di saat seperti ini. Pada situasi seperti inilah seharusnya masyarakat lebih bisa bekerja sama untuk melawan penyakit pandemi yang menyerang dunia ini.

Maka dari itu, kita sebagai masyarakat diimbau agar lebih berhati-hati untuk mengonsumsi berita. Apa yang bisa kita lakukan untuk meminimalisasi penyimpang siuran berita tersebut?

Yang pertama adalah sebisa mungkin mulailah mengakses informasi dari situs-situs resmi seperti WHO (World Health Organization) atau Kemenkes (Kementiran Kesehatan). Lalu selalu cross and check setiap mendapatkan berita baru, jangan langsung main menyebarkan informasi tersebut. Karena akses dan penyebaran informasi di zaman sekarang ini hanya membutuhkan waktu yang amat singkat.

Berita hoax bisa jadi besar dampaknya bila banyak orang sudah mulai mempercayainya. Maka dari itu, mulailah meminimalisasi mengkonsumsi berita yang tidak jelas sumbernya. Misalnya pesan broadcast yang biasanya ramai di grup Whatsapp. Mulai perangi hoax dengan memberitahu sang pengirim pesan bahwa informasi yang disebarkannya tidak benar. Atau cukup dengan tidak membagikan berita tersebut kepada orang lain, sehingga hoax cukup berhenti sampai di situ dan tidak semakin menyebar.

Selain meminimalisasi penyebaran berita hoax, yang bisa kita lakukan di tengah menyebarnya virus pandemi ini adalah membantu sesama. Di luar sana banyak sekali para pekerja yang tidak bisa meninggalkan pekerjaannya begitu saja. Yang paling tidak bisa meninggalkan pekerjaannya tentu saja adalah para tenaga medis yang harus selalu siap 24 jam merawat pasiennya.

Namun dikarenakan membludaknya pasien yang terjangkit COVID-19, sering kali para petugas medis kewalahan dalam menanganinya. Minimnya peralatan penunjang untuk pemeriksaan juga menjadi hambatan dalam penanganan pasien yang terjangkit COVID-19 ini. Yang bisa kita lakukan adalah melakukan donasi untuk membantu dana penanganan virus yang mewabah ini.

Mulai banyak selebritas maupun influencer yang membuka donasi bagi siapa saja yang berniat untuk menyisihkan sebagian hartanya untuk kepentingan bersama. Salah satu influencer yang juga merupakan pelopor open donation ini ada Rachel Vennya.Ia sudah mengumpulkan sekitar enam miliar rupiah selama kurang dari satu minggu, terhitung sejak tanggal 18 Maret 2020. Rachel Vennya pun bekerja sama dengan kitabisa.com serta Palang Merah Indonesia (PMI) untuk menyalurkan dana tersebut agar bisa sampai di sejumlah rumah sakit yang membutuhkan dana di seluruh Indonesia.

Hal terakhir yang bisa kita lakukan dan yang terpenting adalah selalu menjaga kesehatan. Dengan menjaga kesehatan dan menuruti aturan pemerintah untuk tetap diam di rumah atau mengikuti gerakan #dirumahaja, kita sudah membantu untuk meminimalisasi jatuhnya korban akibat virus COVID-19 ini. Semakin sedikit orang yang terjangkit, semakin sedikit juga penularan yang terjadi. Dengan begitu, para petugas medis bisa lebih maksimal dalam memberikan perawatan kepada para pasien dan diharapkan jumlah pasien yang sembuh akan terus meningkat. Diharapkan juga, dengan semakin sedikitnya pasien yang terjangkit virus COVID-19, maka penyakit pandemi ini perlahan-lahan akan mulai menghilang.

Di mana pun kita berada, selalu jaga kesehatan untuk mencegah penularan virus COVID-19. Caranya adalah dengan selalu mencuci tangan dengan baik dan benar, karena virus bisa saja menempel di tangan kita yang kemudian akan dipakai untuk makan maupun memegang benda lainnya.

Kemudian langkah yang bisa kita lakukan selanjutnya adalah dengan selalu mengonsumsi buah dan sayuran serta rajin berolahraga agar tubuh lebih sehat dan bugar. Lalu jangan lupa untuk selalu memakai masker ketika sedang sakit, terutama batuk dan pilek untuk meminimalisasi penularan virus COVID-19 lewat cairan batuk maupun bersin. Terakhir, lakukan self-quarantine demi menjaga kesehatan diri kita sendiri dan orang lain.

Maka dari itu, marilah kita bekerja sama untuk menekan angka penyebaran COVID-19 ini agar lambat laun virus ini mulai menghilang. Tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah dan para tenaga medis saja untuk melawan virus pandemi ini, masyarakat juga harus ikut serta dalam melawan penyakit COVID-19. Dimulai dari menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan sekitar serta melakukan self-quarantine sampai dengan waktu yang ditentukan.

Bersama, kita lawan COVID-19!

Oleh : Nadine Chaya Fatharani (Mahasiswa Hubungan Masyarakat, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran)