Pola aktivitas hewan dapat dibentuk karena berbagai faktor lingkungan, seperti suhu, kelembaban dan ketersediaan cahaya (baik yang bersumber dari matahari, bulan, maupun yang lain). Beberapa hewan menunjukkan strategi perilaku untuk menangkap mangsa atau menghindari diri dari serangan predator. Intensitas cahaya bulan ternyata merupakan faktor lingkungan yang sangat berpengaruh pada perilaku mencari makan pada hewan-hewan nokturnal, termasuk kelelawar.

FenomenaLunar Phobia.

Fenomena takut pada bulan purnama pada kelelawar secara saintifik disebut dengan Lunar Phobia. Lunar phobia ini terkait dengan perilaku dalam aktivitas mencari makanan (foraging activity). Strategi menghindari cahaya bulan merupakan strategi spesies hewan nokturnal untuk mengurangi kemungkinan dimakan predator. Pada kelelawar, beberapa penelitian menunjukkan aktivitas mencari makan kelelawar berkorelasi negatif dengan intensitas cahaya bulan, dengan kata lain pada saat intensitas cahaya bulan sedang tinggi, kelelawar mengubah perilaku aktivitas makan mereka.

Beberapa peneliti juga menyatakan bahwa lunar phobia memberikan dampak negatif yang kuat pada aktivitas kelelawar. Sejumlah penelitian telah mengevaluasi hubungan antara intensitas cahaya bulan dengan jumlah penangkapan, feeding buzzes (urutan suara yang dihasilkan oleh kelelawar untuk menangkap mangsa) dan ukuran area aktivitas. Berdasarkan penelitian tersebut ternyata memang cahaya bulan berkorelasi negatif dengan aktivitas kelelawar. Sensitivitas cahaya bulan pada kelelawar dan perubahan aktivitas mereka merupakan sebuah adaptasi untuk menghindari diri dari predator.

Efek tak langsung dari cahaya bulan.

Kelelawar juga dapat mengurangi aktivitas mereka karena efek tak langsung dari cahaya bulan pada ketersediaan mangsa. Artinya bagi kelelawar pemakan serangga misalnya, beberapa serangga cenderung tak banyak keluar dari sarang ketika intensitas cahaya bulan tinggi sehingga mangsa yang akan didapatkan bisa saja kurang.

Dampak intensitas cahaya bulan pada aktivitas mencari makan kelelawar dapat bergantung pada habitat tempat mencari makan dan garis lintang. Misalnya pada habitat tempat mencari makan, cahaya bulan dapat sedikit mempengaruhi aktivitas kelelawar pemakan serangga yang terbang di atas kanopi pohon daripada kelelawar pemakan buah. Kelelawar pemakan serangga dapat terbang lebih cepat dibandingkan kelelawar pemakan buah. Di lain sisi, cahaya bulan juga dapat meningkatkan daya pandang predator kelelawar pemakan buah yang notabene strategi makan predator tersebut yaitu dengan bertengger dan menunggu kelelawar pemakan buah mencari makan di kanopi pohon.

Sementara untuk garis lintang, ada dua hipotesis yang muncul, yaitu hipotesis pertama menyebutkan bahwa jumlah predator lebih banyak pada ekosistem tropis daripada ekosistem pada negara dengan iklim yang berbeda. Sehingga, fenomena lunar phobia lebih banyak terjadi pada kelelawar daerah tropis. Hipotesis kedua menyebutkan lunar phobia seharusnya memang lebih banyak terjadi di daerah tropis karena komunitas kelelawar di daerah tropis didominasi oleh jenis kelelawar yang tidak dapat terbang dengan cepat seperti kelelawar pemakan buah, kelelawar karnivor dll.

Beberapa jenis hewan lain yang menunjukkan lunar phobia selain kelelawar yaitu beberapa jenis serangga dan amfibi yang mengurangi intensitas suara kawin (mating calls) untuk menghindari diri dari predator selama malam bulan purnama. Fenomena lunar fobia ini masih belum dapat disimpulkan bahwa lunar phobia terjadi secara luas atau tidak. Bisa jadi kalian yang tertarik dengan kelelawar dapat melakukan penelitian tentang ini.