Saham menjadi salah satu jenis investasi yang sangat populer saat ini. Sebagai investasi yang melibatkan perusahaan terbuka, perusahaan memang wajib melaporkan aksi bisnis dan laporan keuangan ke publik secara berkala.

Sehingga meski bukan termasuk investor, kamu pasti sering melihat laporan keuangan atau liputan soal perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan inilah yang melepas sahamnya untuk dapat ditransaksikan dan dibeli investor individu di pasar modal.

George Soros, Warren Buffet, dan Lo Kheng Hong adalah contoh investor yang suskes di pasar saham. Warren Buffet menjadi investor saham sejak usia 11 tahun. Sedangkan George Soros bahkan diyakini mengguncang perekonomian beberapa negara, dengan mengutak-atik dananya di sejumlah perusahaan dan lembaga keuangan global, selain terus meningkatkan nilai asetnya.

Dari dalam negeri, ada Lo Kheng Hong yang disebut-sebut sebagai Warren Buffet Indonesia. Uniknya, Lo Kheng Hong mengaku bahwa saham menghantarkannya menjadi orang kaya pada saat dia tidur.

Mendengar kisah sukses ini, menjadikan saham menjadi investasi yang sangat menggiurkan. Namun, sama seperti investasi lain, menempatkan dana di saham juga memiliki risiko tersendiri. Salah satu risiko yang perlu dihindari adalah salah memilih saham.

Bagaimana cara memilih saham yang tepat dari ratusan perusahaan yang menawarkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia? Saat ini ada 620 perusahaan yang menjual sahamnya di pasar modal domestik. Nah, berikut empat hal yang dapat menunjukkan gambaran kesehatan perusahaan.

1. Price To Earning Ratio (PER).

PER adalah perbandingan antara harga saham pada saat pembelian dengan laba bersih perusahaan sepanjang satu tahun. Memang harga saham yang murah akan membantu jika dana minim.

Namun jangan tergiur dengan harga murah karena harga Rp1.000 per lembar, belum tentu lebih mahal daripada Rp2.000 per lembar. Semakin besar laba bersih per saham, maka PER akan semakin rendah. Semakin rendah PER-nya, maka saham tersebut semakin murah atau menguntungkan. Sejumlah analis menyatakan PER murah itu dibawah lima kali.

2. Price to Book Value (PBV).

PBV pada dasarnya digunakan untuk mengetahui murah atau tidaknya harga saham perbankan. Pada dasarnya nilai buku adalah data nasabah perbankan itu, sehingga lebih signifikan memberikan gambaran mengenai kesehatan perusahaan.

Book Value atau Nilai buku adalah nilai aset dikurangi utang. Saham murah adalah saham yang memiliki PBV lebih kecil dari 1. Jika PBV di level 1, maka harga pembelian sama dengan nilai buku. Jika di atas 1, maka harga pembelian saham lebih besar dari nilai buku, sehingga saham tersebut masuk kategori mahal. Jadi belilah saham dengan PBV lebih kecil dari 1.

3. Laba Bersih Perusahaan.

Laba bersih perusahaan ini akan menjadi penentu apakah kamu akan berpotensi mendapatkan dividen yang besar. Namun yang lebih penting lagi, kamu perlu mengetahui potensi kelangsungan perusahaan untuk jangka panjang, terutama jika kamu ingin menempatkan danamu dalam jangka waktu lama di perusahaan itu. Biasanya jika secara berturut-turut, minimal salam 5 tahun terjadi pertumbuhan pendapatan, maka ke depan potensi pertumbuhan masih besar.

4. Manajemen Perusahaan.

Manajemen perusahaan menjadi faktor yang krusial karena merekalah yang akan mengelola danamu. Tentu kamu tidak ingin uangmu dicuri dan akhirnya perusahaan merugi, atau kegiatan bisnis perusahaan tidak efisien, sehingga kamu tidak mendapatkan keuntungan dari dividen.

Dampak lain adalah akibat aksi manajemen yang buruk, nilai saham perusahaan bisa ikut terpuruk. Sebagai perusahaan terbuka, tentu tidak sulit mencari jejak rekam direksi perusahaan. Kamu bisa mempelajari prilaku manajemen dari informasi perusahaan maupun dari pihak lain, misalnya karyawan atau perusahaan kompetitor.