Kata "maaf" adalah salah satu dari tiga kata yang sangat powerful. Kenapa? Tentu saja karena itu hal yang sulit untuk dilakukan. Meminta maaf berarti mengakui bahwa kita melakukan kesalahan pun berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Begitu pula dengan memaafkan. Memaafkan berarti kita melepaskan segala perasaan dan pemikiran negatif terhadap perilaku orang lain yang sudah menyakiti hati kita.

Terkadang, karena itu terlalu menyakitkan, kita menekan dalam-dalam perasaan negatif yang muncul. Kita berusaha melupakan dan berpura-pura baik-baik saja. Sayangnya, semakin diabaikan dan ditolak untuk dirasakan, perasaan itu semakin kian datang dan menyeruakmenunggu waktu yang tepat untuk diterima dan diproses. Jadi, sebenarnya bagaimana ya tahapan untuk memaafkan?

Manfaat pemaafan.

Sebelum ke tahapan memaafkan, berikut ini merupakan manfaat pemaafan di diri kita (Worthington, 2006; Worthington & Sandage, 2016).

1. Meningkatkan kesehatan fisik. Misalnyameningkatkan imunitas, menurunkan tekanan darah, mengurangi keluhan somatic.

2. Meningkatkan kesehatan mental. Misalnya meningkatkan kebahagiaan, mengurangi kemarahan, depresi, kecemasan, dan ketakutan.

3. Membantu pemulihan relasi interpersonal.

4. Meningkatkan empati.

Tahapan pemaafan.

Kunci penting dari pemaafan adalah kesiapan seseorang untuk belajar dan berproses dalam memaafkan orang lain. Memang, prosesnya tidak mudah dan mungkin akan menyakitkan. Namun, layak untuk dicoba untuk kepulihan diri kita sendiri. Enright dan Fitzgibbonss (2014, dalam Worthington & Sandage, 2016) menjelaskan mengenai empat tahapan pemaafan, yakni sebagai berikut.

1. Uncovering Phase: Menerima serta memproses pemikiran pun perasaan se-apa adanya.

Rasanya memang tidak mudah untuk menerima segala emosi dan pikiran yang hadir di dalam diri. Namun lagi-lagi, kita tidak bisa menyembuhkan apa yang kita tolak untuk rasakan. Jadi, di tahapan ini, kita diharapkan untuk menerima dan memproses pikiran dan perasaan negatif kita. Pun, memvalidasi segala emosi yang hadir. "Tidak apa-apa kecewa. Wajar jika kamu merasa terluka dan sedih saat ini. Aku di sini, membersamai kamu."

2.Decision Phase: Memutuskan bahwa pemaafan merupakan hal yang perlu untuk dilakukan.

Setelah memproses perasaan dan pikiran negatif, kita mulai menyadari bahwa terus berfokus pada luka hanya akan membuat kita semakin menderita. Kita secara sadar memutuskan bahwa pemaafan adalah hal yang bisa untuk diusahakan.

3. Work Phase: Memanusiakan manusia.

Setelah memutuskan dan berkomitmen untuk memaafkan, kita berusaha untuk berempati pun memahami pelaku dari sudut pandang yang lebih objektif. Kita tidak menormalisasi perilaku orang yang menyakiti kita. Kita juga tidak menyalahkan diri sendiri karena memang itu bukan dan tidak akan pernah menjadi salah kita. Namun, kita lebih memahami bahwa ada alasan di balik perilaku mereka. Kita juga bisa memberikan pemaafan sebagai hadiah moral untuk pelaku, terlepas dari apakah mereka benar-benar layak mendapatkan pemaafan atau tidak. Seperti quote dari Emma Goldman, "Before we can forgive one another, we have to understand one another".

4. Deepening Phase: Menemukan makna dari penderitaan.

Pada tahapan ini, kita sudah mampu untuk memaafkan yang ditandai oleh emosi negatif berkurang, tidak adanya keinginan untuk membalas dendam, dan kita juga mampu menemukan makna dari pengalaman menyakitkan yang kita alami. Tidak hanya itu, kita perlahan menyadari bahwa terdapat perubahan positif baik dari perasaan pun pemikiran ketika kita telah memaafkan.

Kita memang tidak bisa melupakan sesuatu secara sengaja, terutama pengalaman yang sangat menggugah emosi. Namun, ketika kita sudah memaafkan dan kembali teringat pengalaman itu, pengalaman tersebut tidak memiliki kekuatan untuk menyakiti kita lagi. Selamat berproses untuk memaafkan, baik kepada orang lain pun kepada diri kita sendiri.