Apa cita-citamu saat masih kecil dulu?Jadi dokter? Pilot? Tentara? Pemain sepak bola terkenal seperti Cristiano Ronaldo? Rata-rata jawaban seorang anak saat ditanya apa cita-cita saat besar biasanya bersifat umum dan normatif.Tentu saja itu merupakan hal normal dan bukan hal yang luar biasa.

Tapi di era masa kini, jawaban seperti pengen jadi YouTuber, Selebgram, atau pemain game professional juga mulai jadi jawaban saat ditanya apa cita-cita yang ingin dicapai.Bukan hanya bocah usia sekolah dasar, mereka yang sudah di level sekolah menengah atas sekalipun juga mungkin memberikan jawaban yang sama.

Di zaman teknologi informasi yang semakin menggurita dan memengaruhi hidup serta pola pikir, sebuah cita-cita yang dalam hal ini adalah profesi untuk mendapatkan penghasilan hidup, kini semakin dipengaruhi oleh teknologi yang sedang berjaya.

Menjadi seorang "Selebgram" Instagram misalnya, hal itu muncul karena pengaruh Instagram.

Apa sih bedanya jadi atlet eSport dan atlet olahraga konvensional?

Nah, salah satu profesi masa kini yang mulai dilirik tidak hanya olehanak kecil, namun jugaorang dewasa saat ini adalah menjadi Professional Gamer atau Atlet eSport.Apa itu eSport?

Apa sih bedanya jadi atlet eSport dan atlet olahraga konvensional?

eSport merupakan singkatan dari Electronic Sport atau olahraga elektronik. Nah, apa pula itu olahraga elektronik'? Secara sederhana, olahraga ini merupakan video game yang dimainkan dalam konsep kompetitif (individual maupun per-grup/tim). Koordinasi mata-tangan-otak-sistem saraf saat bermain video game secara fungsi dianggap serupa seperti sebuah olahraga yang berbasis pergerakan otot tubuh; seperti sepak bola, basket, lari, tinju, berenang dan olahraga-olahraga konvensional lainnya.

Apa sih bedanya jadi atlet eSport dan atlet olahraga konvensional?

Istilah eSport ini mulai marak dan menjadi istilah baku sejak pertandingan video game mulai berlangsung dengan serius.Serius dalam hal-hal seperti besaran event, hadiah yang tersedia, hingga berbagai iklan serta sponsorship yang mendanai sebuah pertandingan video game. Contoh event seperti ini misalnya "EVO" series di Amerika Serikat atau ABUGET CUP seperti yang digelar di Jakarta tahun 2017 kemarin.

Apa sih bedanya jadi atlet eSport dan atlet olahraga konvensional?

Yang mengikuti pertandingan dalam turnamen di event seperti itulah yang disebut sebagai atlet eSport.

Apa sih bedanya jadi atlet eSport dan atlet olahraga konvensional?

Sama seperti atlet olahraga konvensional, atlet eSport punya latihan mereka sendiri.Perlu dipahami kalau olah latihan fisik juga dilakukan oleh atlet eSport,walau yang dominan bekerja saat mereka beraksi adalah sistem penglihatan-sistem motorik-sistem pikiran-sistem syaraf.

Stamina prima merupakan hal penting untuk seorang atlet olahraga, begitupun dengan atlet eSportyang juga butuh hal itu jika ingin memenangkan kompetisi yang dia ikuti.

Apa sih bedanya jadi atlet eSport dan atlet olahraga konvensional?

Seorang atlet eSport masa kini juga memiliki hal-hal wajar yang dimiliki oleh atlet olahraga profesional, baik secara individu maupun tim.Tahu dong, kalau atlet sepak bola seperti CR7 atau Messi punya apparel sponsorship atau sponsor untuk kostum/perlengkapan? Misalnya dari pabrikan Nike, Adidas atau Puma.Nah, atlet eSport juga sama saja. Bedanya mungkin di jenis apparel produk yang mereka terima dari sponsor masing-masing.

Apa sih bedanya jadi atlet eSport dan atlet olahraga konvensional?

Para atlet eSport kelas atas mendapatkan kontrak sponsorship,yang tidak hanya berasal dari produsen peripherals yang berhubungan dengan video game, namun juga berasal dari produsen pendukung atlet olahraga seperti misalnya minuman energi atau peralatan komunikasi.Mereka juga biasa mendapatkan endorsement (seperti yang sering ditunjukkan oleh Selebgram di Instagram) produk.

Apa sih bedanya jadi atlet eSport dan atlet olahraga konvensional?

Sebagai atlet olahraga, mereka juga tentu mendapatkan hadiah uang saat memenangkan pertandingan.Jangan bayangkan uang hadiah tersebut senilai 10 juta atau bahkan 100 juta rupiah. Total hadiah atau Prize Pool untuk turnamen eSport DotA 2 di tahun 2015 saja besarnya ada US$18.4 juta. Jika dalam rupiah, nilainya tidak kurang dari Rp264.122.572.223 jika dihitung dalam kurs awal Juli 2018. Jelas bukan deretan angka ecek-ecek yang bisa disepelekan.

Selain kontrak sponsor, endorsement, serta uang hadiah, seorang atlet eSport juga pasti mendapatkan ketenaran. Persis seperti seorang atlet olahraga konvensional. Maksud saya, siapa yang tidak mengenal CR7 di sepak bola, kan? Di area eSport juga punya idola-idola, baik individu maupun tim.

Bahkan yang paling terkenal dari eSport ini mungkin bisa dibilang atlet game seperti Defenders of the Ancient 2 alias DotA 2.Atlit-atlet eSport DotA memiliki barisan fans dan suporter yang merata di berbagai belahan dunia. Ambil contoh "Team Liquid" dari region Eropa yang sudah mendapatkan uang hadiah lebih dari US$ 15 Juta dari berbagai turnamen DotA yang mereka ikuti. Apa sih bedanya jadi atlet eSport dan atlet olahraga konvensional?

Memang beberapa atlet sport konvensional menghasilkan uang jauh lebih banyak daripada atlet eSport. Namun mereka juga rentan mengalami cedera fisik dan penurunan performa seiring waktu berkarir.Sementara risiko serupa tidak terlalu dialami oleh atlet eSport, walaupun mereka juga tidak dapat lari dari risiko cedera fisik dan masalah psikis selama berkarir di kompetisi eSport.

Tapi dapat dikatakan kedepannya kalau menjadi atlet eSport akan relatif lebih menguntungkan dalam banyak aspek jika dibandingkan dengan menjadi atlet olahraga konvensional. Tak heran kalau kini banyak orang mulai berlatih dan membidik karir sebagai gamer professional, yaitu sebagai atlet eSport.

Apakah kamu salah satunya?