Wawancara yaitu proses tanya jawab yang dilakukan antara dua orang atau lebih, digunakan untuk mendapatkan informasi yang diharapkan. Wawancara bertujuan untuk mendapatkan data atau fakta tentang pelamar kerja dengan minimum bias dan maksimum efisiensi (Singh, 2002 dalam Hakim, 2013). Sementara menurut Steward & Cash (1982) wawancara yaitu salah satu proses komunikasi interpersonal, dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, yang bersifat bersungguh-sungguh yang dibentuk untuk menciptakan interaksi yang melibatkan kegiatan tanya dan jawab (Hakim, 2013). Saat melakukan wawancara biasanya pewawancara memberikan pertanyaan yang nantinya pertanyaan tersebut dijawab oleh pelamar kerja.

Hal yang harus dihindari saat akan melakukan wawancara yaitu jangan langsung melakukan penilaian terhadap pelamar kerja. Hal tersebut harus kita hindari karena kita tidak bisa langsung menilai seseorang saat pertama kali melihat atau bertemu dengan orang yang belum kita kenal.

Lalu, bagaimana cara merancang dan melakukan wawancara yang efektif?

Aturan yang utama kita lakukan adalah merancang wawancara dengan pertanyaan yang berkaitan dengan situasional dan relevan dengan pekerjaan (Dessler, 2013). Sebaiknya kita juga harus menghindari perilaku ini saat menjadi pewawancara, seperti: (1) pewawancara tidak sengaja memberikan jawaban atas pertanyaan wawancara, (2) pewawancara terlalu banyak berbicara sehingga pelamar kerja hanya sedikit atau bahkan hanya memiliki sedikit waktu untuk menjawab pertanyaan, (3) mengajukan pertanyaan yang memiliki sikap diskriminatif, dan (4) menjadi pewawancara yang tidak kompeten (Dessler, 2013).

Berikut langkah-langkah yang dilakukan saat merancang wawancara.

1. Memberikan analisis mengenai pekerjaan.

Sebagai pewawancara kita bisa menuliskan deskripsi mengenai pekerjaan, seperti tugas pekerjaan (pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dibutuhkan), dan kualifikasi mengenai pekerjaan. Dengan tujuan memberi tahu para pelamar bahwa pekerjaan yang akan mereka lakukan seperti yang kita deskripsikan.

2. Memberikan nilai pada pekerjaan yang dilakukan.

Kita bisa memberikan nilai. Anggap saja rating nilai pada perusahaan 1 sampai 5, maka ketika para pekerja mencapai keberhasilan yang telah ditentukan oleh perusahaan, kita bisa memberikan mereka penilaian melalui rating nilai yang telah ditentukan.

3. Membuat pertanyaan wawancara.

Buatlah pertanyaan wawancara yang berkaitan dengan pekerjaan. Contoh pertanyaan: "Apa yang Anda lakukan jika menghadapi masalah dalam pekerjaan?" atau "Mengapa Anda tertarik dengan pekerjaan ini?" Itu merupakan salah satu contoh pertanyaan mengenai cara mengatasi atau ketertarikan saat melakukan pekerjaan. Kita juga bisa memberikan pertanyaan tentang situasional yang harus dipilih atau diutamakan oleh pelamar kerja seperti: "Ketika istri Anda sedang sakit (masuk angin) dan kerabat Anda tidak ada yang dapat menjaga istri Anda sedangkan shift kerja Anda akan dimulai 3 jam lagi, dalam situasi ini apa yang harus Anda lakukan?" Dari pertanyaan tersebut kita bisa melihat pelamar kerja bagaimana cara ia menanggapi situasi tersebut.

4. Membuat jawaban ideal wawancara.

Biasanya setiap wawancara, para pewawancara memiliki nilai ideal tersendiri atas jawaban pelamar kerja seperti jawaban yang baik akan mendapatkan nilai 5, jawaban yang standar mendapatkan nilai 3, dan jawaban yang buruk mendapatkan nilai 1. Contoh jawaban yang diberikan pada pertanyaan di poin 3: Nilai 1 jika jawabannya (saya akan tetap di rumah untuk menjaga istri saya), nilai 3 (saya akan menelepon atasan saya dan menjelaskan situasi saya), dan nilai 5 (karena istri saya hanya masuk angin maka, saya akan tetap bekerja).

5. Panel wawancara.

Perusahaan umumnya menggunakan panel saat melakukan wawancara. Panel wawancara adalah teknik wawancara yang mempertemukan pelamar kerja dengan sekelompok perekrut. Biasanya panel wawancara terdiri dari tiga anggota antara lain supervisor, pemegang jabatan, dan perwakilan sumber daya manusia. Nantinya semua anggota panel akan bertanya kepada pelamar kerja.

Salah satu anggota panel akan memberikan pertanyaan ke pelamar kerja dan anggota lainnya juga mencatat dan menilai jawaban yang diberikan oleh pelamar kerja pada lembar penilaian. Mereka melakukan hal tersebut untuk melihat setiap jawaban pelamar apakah relatif dengan jawaban baik, standar, atau buruk. Di akhir wawancara, salah satu dari anggota panel akan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh pelamar kerja (Dessler, 2013).

Di sini penulis akan menyarankan ketika ingin melakukan wawancara sebaiknya menggunakan wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur itu sendiri adalah salah satu jenis wawancara yang mana pewawancara sebelumnya telah membuat format pertanyaan, teknik yang digunakan biasanya sistematik dan ini termasuk ke dalam wawancara formal. Wawancara terstruktur biasanya memiliki sistem yang sudah dikembangkan sebelumnya untuk melihat hasil dari wawancara (Hayati, 2020).

Dalam merancang dan melakukan wawancara yang efektif, kita bisa menggunakan langkah-langkah di atas agar wawancara yang dilakukan berjalan dengan lancar. Kita juga harus memperhatikan apa saja yang harus dihindari saat melakukan wawancara agar wawancara tetap efektif. Sebelum melakukan wawancara sebaiknya kita membuat pertanyaan wawancara terstruktur untuk diberikan kepada pelamar kerja.