Sebelum saya menuliskan artikel ini, saya sudah mempraktikkan pada anak saya dan hasilnya sangat baik. Bagi anak yang mengalami kesulitan untuk memulai berbuat sesuatu, lebih disebabkan anak tidak tahu menyusun jalan pikirannya untuk melakukan proses kegiatan yang hendak dilakukan tersebut. Anak belum mampu menyusun tahapan-tahapan untuk melakukan suatu kegiatan hingga kegiatan dapat diwujudkan dan diselesaikan. Di sinilah pentingnya aspek keterampilan teknis, yaitu kemampuan menyusun kerangka berpikir dan berbuat secara terfokus bagi seorang anak dengan terarah dan terukur step by step untuk melakukan proses kegiatan. Aspek keterampilan teknis tersebut meliputi pengetahuan taktis, metodis, dan imajinatif.

1. Taktis.

Taktis mengandung arti seorang anak berupaya mengarahkan proses berpikir, bertindak cepat dan efektif secara terukur dan terarah langsung menuju objek sasaran usaha. Taktis ini menunjukkan kecekatan dan keterampilan mengelola pemikiran untuk bertindak cepar dan tepat dalam memproses suatu rangsangan yang dihadapi. Untuk melatih pengetahuan taktis ini dengan membiasakan seorang anak mengamati atau melakukan observasi segala sesuatu secara detail.

2. Metodis.

Metodis mengandung arti prosedur bagaimana seorang anak menggerakkan proses penalaran dan tindakan efektif dalam memproses pokok masalah sehingga dapat mengurai, menyusun, menimbang, dan memecahkan pokok masalah dalam bentuk pola tindakan atau prakarsa. Untuk melatih pengetahuan metodis, membiasakan dengan cara analisis (mengurai unsur), sintesis (menyusun), dan evaluasi (menilai). Cara efektif untuk melatih pengetahuan metodis anak dapat dilakukan dengan membiasakan memberi contoh dan langsung dalam penyelesaian suatu soal (masalah) atau pekerjaan dan melibatkan anak langsung dalam pemecahan masalah.

3. Imajinatif.

Imajinatif mengandung arti cara berpikir kreatif seorang anak dalam menelaah dan memecahkan pokok masalah dengan memperhitungkan kemungkinan yang dapat dimunculkan dalam mengatasi pokok masalah. Untuk memudahkan anak berpikir kreatif dalam mengobservasi atau pengamatan adalah dengan cara seorang anak membayangkan gambaran bentuk objek masalah dan pikirkan unsur-unsur penting yang membentuk gambaran atau sesuatu yang dapat memengaruhi gambaran tersebut melalui proses analisis, sintetis, dan evaluasi.

Orang tua harus dapat mengarahkan anak untuk tidak ragu-ragu mengembangkan pikiran kreatifnya mengkaji berbagai kemungkinan dan banyak sisi dalam mencari kunci jawaban masalah yang dihadapinya (Misalnya, kalau begini bagaimana ya? Atau kalau begitu bagaimana ya jadinya? Kalau dibuat seperti ini bagaimana jadinya dan bagaimana mengantisipasi keinungkinan-kemungkinan lain yang terjadi ya?). Kini sudah saatnya orang tua memikirkan dan meningkatkan kualitas interaksi dengan anak dan kualitas interaksi yang sengaja diaktualisasikan atau dimunculkan secara terencana dan sistematis untuk membentuk karakter dan sifat dasar anak sejak dini.