Kita semua masih dalam situasi pandemi virus Corona. Berbagai perubahan terjadi secara mendadak. Walau tidak semua hal berubah drastis (kultur gila kerja Jepang tidak berubah walau di bawah bayang-bayang pandemi dan berusaha diubah Microsoft agar lebih santai), namun dunia sedang mengubah beberapa hal dari norma sosial. Misalnya berjabat tangan.

Berjabat tangan adalah gesture kesopanan universal. Walau mungkin tidak diadopsi semua kultur namun saya berani bilang kalau menyapa dengan berjabat tangan adalah hal baik dalam bersosialisasi dalam hidup bermasyarakat di banyak budaya. Berjabat tangan juga cara paling mudah untuk memulai berbagai hal baik; dialog, berkenalan, dan hal-hal berbudaya lain.

Namun sayangnya, pada masa pandemi seperti sekarang berjabat tangan tidak lagi dapat dilakukan tanpa risiko penularan virus seperti Covid-19 atau Coronavirus. Sifat berjabat tangan yang mengharuskan bersentuhannya kulit telapak tangan potensial menyebarkan virus sehingga saat ini berjabat tangan sedang tidak dianjurkan buat dilakukan walau bertujuan baik.

3 Salam ini dapat gantikan jabat tangan selama masa pandemi Corona

(Sumber gambar: About Islam)

Jadi, bagaimana dong menunjukkan gesture baik seperti yang selama ini dilakukan dengan berjabat tangan? Tentu ada cara lain. Dan cara-cara lain ini sebenarnya bukanlah hal baru dan asing karena dipraktikkan beberapa kultur bangsa di dunia. Mereka mengadopsi berjabat tangan namun juga memiliki cara bersalaman sendiri yang tidak melibatkan kontak fisik seperti jabat tangan konvensional.

Situs National Geographic menunjukkan beberapa cara bersalaman (atau saling menyapa) dari beberapa kultur bangsa dunia di mana cara tersebut tidak melibatkan kontak fisik dan kulit. Cara-cara ini dinilai bisa dilakukan sementara dunia menunggu hilangnya wabah Coronavirus sehingga kita bisa kembali ke kebiasaan kultural yang selama ini normal seperti berjabatan tangan.

1. Salam Namaste dari bangsa India.

3 Salam ini dapat gantikan jabat tangan selama masa pandemi Corona

(Sumber gambar: ITV.Com)

Kamu yang gemar nonton film India atau sedikit banyak tahu kultur India pasti tahu salam tersebut. Yaitu dengan mengatupkan kedua telapak tangan dengan ujung jari menghadap tegak ke atas.

Salam seperti ini sudah berusia beberapa ribu tahun lamanya, klaim pendiri yayasan American Hindu World Service Divya L. Selvakumar.

Dia menambahkan kalau salam Namaste disebutkan di kitab Rig Veda, kitab Veda tertua. Dalam bahasa Sanskerta disebut sebagai saya membungkuk padamu menunjukkan penghormatan kepada yang diberi salam. Sebuah gesture yang menandakan penghormatan serta respek.

2. Membungkuk ala bangsa Jepang.

3 Salam ini dapat gantikan jabat tangan selama masa pandemi Corona

(Sumber gambar: Japan-Zone)

Penggemar kultur Jepang (baik klasik maupun pop) pastinya familiar dengan model salam seperti ini. Selalu terlihat di manga, anime, video game, film dan banyak lagi. Seperti salam Namaste India, salam membungkuk dari kultur Jepang juga sudah berusia ribuan tahun. Namun menariknya, salam ini berasal dari bangsa lain yaitu Cina.

Membungkuk sebagai salam mulai diperkenalkan ke bangsa Jepang sebagai kultur bawaan dari Tiongkok sekitar abad ke-7, menurut Yuko Kaifu yang menjabat pimpinan Japan House Los Angeles (Inisiasi Badan Budaya Kementerian Luar Negeri Jepang).

Membungkuk adalah etiket penting, dipraktikkan kalangan bangsawan yang perlahan diadopsi kelompok kelas masyarakat lain seperti Samurai dan rakyat jelata mulai abad ke-17 atau era Edo, sambung Kaifu lagi. Hal ini mirip adopsi stempel keluarga (atau Hanko).

Namun sebenarnya gesture membungkuk sebagai salam mulai ditinggalkan, di mana sekarang orang Jepang modern lebih memilih berjabat tangan untuk salam/menyapa. Membungkuk sebagai salam dianggap sebagai cara lama yang tidak lagi perlu dilakukan, terutama di kalangan muda. Tapi dengan ganasnya wabah COVID-19 yang menyebar lewat sentuhan kulit, mungkin salam membungkuk khas etiket bangsa Jepang akan kembali jadi pilihan utama sebagai sarana saling menyapa. Setidaknya untuk kalangan mereka sendiri.

3 Salam ini dapat gantikan jabat tangan selama masa pandemi Corona

(Sumber Gambar: Trip Savvy)

3. Salam khas Islam.

3 Salam ini dapat gantikan jabat tangan selama masa pandemi Corona

(Sumber gambar: The Muslim Vibe)

Di Islam ada kalimat Assalamualaikumatau semoga damai bersama kamu dan merupakan kalimat salam yang sudah dipraktikkan sejak Islam lahir. Tapi bagaimana dengan gesture tubuh saat mengucapkan kalimat tadi?

Dengan jumlah penganut sekitar 1,8 miliar manusia dan tersebar di berbagai kultur tentu akan ada berbagai variasi saat mengatakan Assalamualaikum, dan itu termasuk berjabat tangan konvensional secara bersentuhan tangan.

Salam adalah gesture muslim saat menyapa sesama saudara muslim mereka, sebagai bagian ummat layaknya keluarga besar, terang Saifa T. Hussain dari Komunitas Muslim dan Hubungan Antar Kepercayaan Middlebury College, Vermont.

Cara bersalaman dan bertegur sapa muslim melibatkan kontak fisik (jabat tangan, pelukan, cium pipi kiri pipi kanan /cipika cipiki seperti yang dipraktekkan bangsa Arab) namun tidak untuk lawan jenis/gender, sesuai Hadits Rasulullah SAWnabi dalam Islam.

Di masa pandemi seperti sekarang, cara menyapa dengan melibatkan kontak fisik di Islam bisa digantikan dengan cara lain yang tidak mengurangi makna salam Assalamualaikum. Misalnya seperti salam Muslim yang dilakukan dengan meletakkan telapak tangan kanan di atas dada bagian jantung. Ini merupakan simbolisasi yang penting menurut Hussain.Hati (jantung) merupakan bagian penting tubuh di mana jiwa berada. Otak dan pemikiran memerlukan hati/jiwa agar dapat menghasilkan sesuatu". Tuturnya.

Mengucapkan Assalamualaikumsambil meletakkan tangan kanan di atas hati merupakan simbolisasi pentingnya menjadi manusia seutuhnya sesuai perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. Dan juga menghargai manusia lain yang diberi salam.

3 Salam ini dapat gantikan jabat tangan selama masa pandemi Corona

(Sumber gambar: Quora)

Apakah metode salam-salam selain berjabatan tangan ini akan jadi standar baru dunia? Ataukah nanti setelah pandemi berlalu, manusia dan kebudayaan akan kembali seperti semula, yaitu dengan adanya kontak fisik untuk menunjukkan salam dan penghargaan kepada manusia lain? Hanya waktu yang bisa membuktikannya.