Pulau Jawa memang pulau terpadat di Indonesia yang manapunya jumlah penduduk terbanyak dan pusat dari segala pemerintahan dan ekonomi di Indonesia. Memang bernama Pulau Jawa, namun tidak semua provinsi menggunakan bahasa Jawa.

Bahasa Jawa memang masih ada dan beberapa daerah masih ada yang kental menggunakan bahasa Jawa, namun bagaimana dengan daerah lain?

1. Bahasa Jawa memang masih ada namun bagaikan bahasa antik.

3 Fakta ironis mengenai bahasa Jawa yang jarang disadari

Gambar dari jogja.tribunnews.com

Mengapa saya berani menyebut antik? Sadarkah kalian kita mempelajari bahasa Jawa krama dan aksaranya namun realitas kita sangat jarang mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk bahasa krama sendiri, mayoritas orang Jawa menganggap bahasa krama bahasa yang paling sulit dan rumit. Karena faktanya bahasa Jawa itu berkasta, tingkatannya yaitu ngoko (kasar atau sesama teman), madya (tengah-tengah), krama (paling sopan). Karena memang satu kata kerja dalam bahasa Jawa bisa menjadi tiga kata kerja yang mempunyai arti sama tapi beda tingkatnya.

Aksara Jawa pun masih diajarkan di sekolah, tapi faktanya dalam kehidupan sehari-hari aksara itu tidak dipakai walau hanya sebatas sebagai nama tempat ataupun pengumuman. Jadi terasa antik kan? Kita mempelajarinya namun tidak teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari.

2. Jumlah penuturnya mulai berkurang.

Dikutip daridiptara.com, menurut data dari UNESCO, setiap tahun ada 10 bahasa daerah yang punah. Dan pada akhir abad 21 ini diperkirakan laju kepunahan akan lebih cepat lagi sampai hampir separuh dari 6000-an bahasa ibu di seluruh dunia terancam punah.

Dari 6000 bahasa daerah itu, sekitar separuhnya adalah bahasa yang dengan jumlah penuturnya tidak sampai 10.000 orang. Padahal, salah satu syarat lestarinya bahasa adalah jika jumlah penuturnya mencapai 100.000 orang.

Kenapa penuturnya mulai enggan menggunakan bahasa tersebut? Ada beberapa kemungkinan, seperti stigma "dianggap kuno". Daerah yang masih kental bahasa Jawa biasanya adalah daerah pedesaan atau plosok yang mana memang hampir semua warganya lebih fasih berbahasa Jawa. Hal ini berbanding terbalik saat berada di kawasan kota, memang masih ada beberapa orang yang bercakap dengan bahasa Jawa, namun tak seintens dibanding daerah desa. Dan banyak yang menganggap bahasa nasional ataupun bahasa asing lebih bergengsi karena memang faktanya bahasa tersebut lebih banyak digunakan dalam pemerintahanataupun masyarakat umumnya.

3. Tergilas dengan berbagai bahasa asing yang masuk.

Banyak sekali budaya yang masuk di Indonesia, seperti dulu India dengan yang menyebar dengan agama Hindu Budha, lalu juga pedagang dari Cina dan Arab. Pengaruh dari dunialuas yang menayangkan konten berbahasa asing pun berimbas, seperti bahasa Mandarin, Arab, Jepang, Prancis yangt dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran ataupun ekstra kurikuler dan bahkan dijadikan salah satu jurusan atau progam studi sebuah universitas. Untuk bahasa Jawa sendiri untuk tingkat tinggi seperti universitas kemungkinan besar peminatnya tak terlalu banyak.

Jadi bagaimana? Lebih tertarik menjadi penutur bahasa Jawa atau lebih suka menggantikan bahasadaerah tersebut dengan bahasa nasional atau bahasa asing? Semua kembali kepada kita, karena kita adalah penentu hidup dan punahnya bahasa Jawa.