Setiap puisi pasti memiliki kesan dan makna di dalamnya. Banyak penulis puisi selalu mengaitkan makna dengan kehidupan. Salah satunya adalah Sapardi Joko Damono. Ia dikenal sebagai sastrawan, kolumnis sastra, kritikus sastra, serta guru besar di salah satu universitas di Indonesia.

Dalam setiap pembuatan karya seni puisi, Sapardi selalu memiliki ciri khas yang unik. Ia selalu menggunakan diksi yang sederhana, namun makna yang disampaikan sangat menyayat hati. Oleh karena itu, banyak siswa atau mahasiswa yang mengagumi karyanya. Puisi yang sederhana namun menyayat hati, membuat pembaca seolah-olah terhipnotis dengan suasana yang disuguhkan oleh Sapardi dalam sebuah puisinya.

Salah satu karyanya adalah kutipan dari puisi berjudul Percakapan Malam Hujan yang diciptakan oleh penyair romantis legendaris Sapardi Joko Damono. Percakapan Malam Hujanhanya terdiri dari enam baris saja. Namun, dengan hanya enam baris puisi itu mampu membuat pembaca banyak yang mengartikan dengan menarik pada bagian bagaimana cara ia memaknai hal yang sederhana tetapi memiliki makna yang luar biasa, terutama dalam hal pemaknaan hujan di malam hari.

Percakapan Malam Hujan

Hujan, yang mengenakan mantel, sepatu panjang, dan

payung, berdiri di samping tiang listrik. Katanya

kepada lampu jalan, Tutup matamu dan tidurlah. Biar

kujaga malam.

Kau hujan memang suka serba kelam serba gaib serba

suara desah; asalmu dari laut, langit, dan bumi;

kembalilah, jangan menggodaku tidur. Aku sahabat

manusia. Ia suka terang.

Puisi ini diciptakan untuk mengekspresikan sebuah kiasan dalam pemikiran dan renungan seseorang, serta tidak mengandung masalah sosial atau kritik terhadap institusi tertentu. Puisi ini mengambil unsur-unsur objek kehidupan manusia dan membuat jembatan yang menghubungkan makna dari dua objek yang digunakan dalam puisi ini, yakni hujan dan lampu.

Makna puisi tersebut adalah bahwa hujan membawa suasana gelap, sunyi, dan tenang. Tetapi di sisi lain, membawa puisi ini mampu menciptakan suasana santai dan hening yang menjadikan suasana malam hujan yang saling terikat di antara makna yang lain. Sapardi memaknai lampu jalan sebagai benda yang menandakan keseimbangan terhadap hujan, membawa kegelapan, dan ketidakjelasan.

Hujan juga digambarkan sebagai manusia karena ia dapat menggunakan mantel, sepatu panjang, dan payung. Serta hujan mampu berdiri dan bersandar di atas tiang listrik. Selain itu hujan mempunyai kemampuan berbicara dan berkomunikasi menggunakan lampu jalan sebagai penerangannya.

Pada baris terakhir, lampu dijelaskan sebagai sahabat dari manusia yang sangat menyukai terang. Terang menegaskan bahwa ia memiliki keuntungan yang signifikan dibandingkan dengan hujan, ia mampu memberi orang kedamaian dan ketenangan, serta suasana magis yang bisa membuat orang menjadi gelisah. Selain itu, orang-orang membutuhkan waktu untuk menerangi malam yang gelap disertai dengan gemercik hujan yang turun.

Di balik semua karya-karya puisi Sapardi, khususnya pada puisi Percakapan Malam Hujanini Sapardi dengan cerdas mampu mengolah pemikirannya tentang gelap dan terang yang diwakili oleh hujan dan lampu jalan, dengan cara yang menarik, menggunakan personifikasi dan metafora, seolah-olah hujan dan cahaya berbicara satu sama lain.