Brilio.net - Teknologi dalam bidang video game kini makin modern, bisa dimainkan lewat console portable atau lewat mobile game. Penikmatnya juga beragam dan bisa dirasakan semua kalangan. Jangankan anak-anak, orang dewasa pun banyak yang dibikin kecanduan. Hayo ngaku deh!

Tapi, meski video game yang lagi kamu mainkan itu seru dan mengasyikkan, nggak sepenuhnya punya dampak positif. Harus kamu akui juga kalau bermain video game punya dampak negatif terutama jenis permainan yang berbau kekerasan.

Menurut laman Times of India yang dilansir brilio.net, Jumat (15/4), mereka yang hobi bermain video game kekerasan cenderung melakukan hal yang sama di kehidupan nyata. Sehingga secara perlahan akan menghilangkan rasa bersalah ketika melakukan kekerasan. Duh apa jadinya kalau dampak bermain video game ini sampai dirasakan oleh anak-anak dong ya!

Studi menunjukkan bahwa bermain game biasa maupun game kekerasan mengurangi respon emosional seperti rasa bersalah. Video yang berbau kekerasan akan mengurangi seseorang terhadap permasalahan dan kesakitan orang lain.

Empati yang seharusnya dimiliki juga berkurang karena belum pernah mengalami sendiri. Contoh gampangnya sih pemain video game bakal nggak merasa bersalah ketika melakuka tindak kekerasan kepada orang lain.

BACA JUGA: Ini beda gaya hidup publik figur Indonesia & luar negeri, duh kok gitu banget ya?

Mengapa hal ini bisa terjadi masih menjadi misteri. Namun menurut Matthew Grizzard dan rekannya Ron Tamborini dan John L. Sherry dari Michigan State University dan Rene Weber dari University of California Santa Barbara ada argumen yang mendasari temuan ini.

Argumennya adalah pemain video game kekerasan bisa kehilangan kemampuan mereka untuk memperoleh rasa bersalah karena mereka telah bermain game secara berulang-ulang. Akibatnya para gamer kurang sensitif terhadap semua rangsangan rasa bersalah.

Argumen tersebut didukung oleh laporan dari American Psychological Association (APA) bahwa memang ada hubungan yang cukup konsisten antara pengguna video game kekerasan dengan peningkatan perilaku yang lebih agresif serta penurunan perilaku bersosialisasi dan rasa empati. Ini adalah akumulasi dari faktor risiko yang cenderung menyebabkan seseorang berperilaku agresif atau kekerasan.

Grizzard menyimpulkan bahwa studi dalam jurnal Media Psychology ini merupakan bagian dari kerangka kerja menyeluruh bahwa ia telah melihat dalam hal sejauh mana media bisa menimbulkan emosi moral yang seperti rasa bersalah, jijik dan marah.