Brilio.net - Ada-ada saja yang terjadi dalam kisah percintaan. Ada yang jatuh cinta dan ada yang patah hati. Semua orang selalu berjuang jika tak mau kalah dalam percintaan.

Seperti yang diakui Adi, bukan nama sebenarnya, pemuda asal Lombok ini mengaku tengah memperjuangkan cintanya. Semua kisah ini berawal dari persahabatannya dengan Robi dan Nursid, bukan nama sebenarnya, di kampus. Adi dan Robi yang hidup sebagai anak kos-kosan, sering mengunjungi rumah Nursid yang memang tinggal tak jauh dari kampus mereka.

Adi dan Robi bahkan sering menginap di rumah Nursid, pun turut serta dalam aktivitas keluarga tersebut. Adi mengaku sering membantu ayah dan ibu Nursid melakukan berbagai pekerjaan.

"Nah, Nursid itu punya adik masih kelas 3 SMA waktu itu, cewek. Si Robi naksir sama dia," cerita Adi kepada brilio.net melalui layanan story telling bebas pulsa ke 0-800-1-555-999, Minggu (14/2).

Robi yang waktu itu tak punya HP kemudian meminjam HP Adi untuk mengirim pesan pada adik Nursid itu, yakni Hida, bukan nama sebenarnya. Adi pun mendukung Robi sepenuhnya.

"Si Robi suka SMS gitu pake HP saya. Terus dia mau nembak kan suatu hari, ya saya dukung aja. Eh malah si Hida minta maaf katanya sebenarnya dia sudah suka orang lain. Dan kagetlah saya karena Hida bilang orang itu saya. Si Robi langsung melotot ke saya dan memberi ucapan selamat pada saya," kenang dia.

Adi merasa sangat bersalah pada Robi meskipun dia tak pernah mendekati Hida sebelumnya. Dia bahkan tidak menyangka kalau gadis secantik Hida memperhatikannya. Setelah kejadian itu, Robi tak pernah lagi ke kos Adi. Robi pun menjauh karena perasaan kecewanya.

"Robi nggak pernah muncul lagi, nah suatu hari si Hida SMS saya, awalnya cuma bertanya basa-basi lama-lama semakin dekat. Ya saya suka, wong dia itu cantik, solehah, terus saya tembak. Dia mau tapi dengan syarat kita pacaran diam-diam," lanjut dia.

Sejak saat itu mereka menjalin hubungan diam-diam. Adi semakin sering ke rumah Nursid demi bisa berbincang dengan Hida. Tapi, kali ini ia sering sembunyi-sembunyi ngobrol dengan Hida. Hubungan itu terus berjalan hingga tiga tahun.

"Kita itu pacarannya cuma di jendela, dia di dalam kamar saya di luar. Udah, kita ngobrol di situ, ya kalau pas orangtua sama kakaknya lagi sibuk. Kita bisa bertahan sampai tiga tahun," ungkap Adi.

Tiga tahun menjalin hubungan, kisah mereka diketahui kakak Hida, Nursid. Meski sahabat Adi, Nursid kurang setuju dengan hubungan mereka. Karena alasan tersebut, Nursid pun bercerita pada ibunya.

Selama ini hubungan Adi dan ibu Nursid sangat dekat, bahkan dia sering mengantarnya ke pasar dan membantu pekerjaan yang lain. Tapi, ibunya tetap tak memberi restu kepadanya.

"Saya nggak tahu alasan jelasnya, saya sih mengira karena penampilan saya masih sering urakan. Mereka kan keluarga yang sangat islami. Kalau saya ya penampilannya kalau mau ke masjid ya kokoan sama sarungan tapi kalau kumpul sama preman ya masak begitu. Saya kan cuma jadi diri saya sendiri," ungkap dia.

Adi kemudian bertemu dengan Hida. Hida pun menuruti orangtuanya. Dia tak mau melukai orangtuanya.

"Bukannya saya tidak cinta sama kamu, tapi tidak ada orang yang lebih saya cintai daripada orangtua saya di dunia ini," kata Adi menirukan kata-kata Hida.

Adi menerima keputusan Hida tersebut, meskipun dia masih sangat mencintai Hida. Dalam hati dia bertekad akan terus memperjuangkan Hida. Dia akan berusaha sampai orangtua Hida memberi restu pada hubungan mereka.

"Ya saya masih akan berusaha walaupun sekarang Hida punya pacar yang dijodohkan orangtuanya. Pokoknya saya tak akan berhenti berusaha," pungkas Adi.

Cerita ini disampaikan oleh Adi melalui telepon bebas pulsa Brilio.net di nomor 0-800-1-555-999. Semua orang punya cerita. Ya, siapapun termasuk kamu punya kisah tersembunyi baik cerita sukses, lucu, sedih, inspiratif, misteri, petualangan menyaksikan keindahan alam, ketidakberuntungan, atau perjuangan hidup yang selama ini hanya kamu simpan sendiri. Kamu tentu juga punya cerita menarik untuk dibagikan kepada kami. Telepon kami, bagikan ceritamu!