Brilio.net - Banyak dari kamu pasti sering menggunakan sampo, sabun, dan pasta gigi. Tapi tahu nggak sih, semakin sering kamu menggunakan produk konsumen itu, maka itu sama saja mempercepat proses punahnya orangutan. Lho kok bisa?

Begini penjelasannya. Sebagian besar produk tersebut mengandung minyak kelapa sawit, bahan yang paling banyak digunakan di planet ini. Menurut World Wildlife Fund, semua produk konsumen itu bisa ditemukan di supermarket atau gerai-gerai ritel.

Orangutan © 2016 brilio.net

foto: orangutan foundation international/orangutan.org.

Makin banyaknya produksi konsumen, berdampak pada makin tingginya permintaan minyak sawit. Ternyata, hal ini berkontribusi terhadap deforestasi hutan di Indonesia yang berdampak buruk pada sejumlah spesies, khususnya orangutan.

Seperti dilaporkan Independent, dalam seperempat abad terakhir, lebih dari 25% hutan Indonesia dibabat. Kebanyakan digunakan untuk membuka lahan perkebunan kelapa sawit karena dianggap sebagai industri yang menguntungkan. Menurut Mongabay, pada tahun 2014 saja Indonesia memproduksi 33,5 juta ton minyak sawit, yang menghasilkan pendapatan ekspor sebesar USD 18,9 miliar.

Salah satu hewan yang paling terpukul oleh kecenderungan pengembangan perkebunan kelapa sawit adalah orangutan, khususnya di Kalimantan. The International Union for the Conservation of Nature (IUCN) baru-baru ini melaporkan bahwa orangutan Kalimantan terancam punah. Catatannya, antara tahun 1950 hingga 2010, populasi orangutan Kalimantan turun lebih dari 60%. Jika kondisi ini terus berlangsung, maka diperkirakan pada tahun 2025, populasi orangutan Kalimantan akan turun lagi sekitar 22%.

Orangutan © 2016 brilio.net

foto: ibtimes.com/Getty Images/AFP/Roslan Rahman)

“Populasi orangutan Kalimantan menurun akibat habitat mereka berubah menjadi perkebunan kelapa sawit, karet atau kayu untuk kertas. Sebagian lainnya karena dibunuh manusia,” laporan IUCN.

Sejalan dengan itu, Alan Knight, Kepala Eksekutif International Animal Rescue, lembaga pusat penyelamatan orangutan di Kalimantan, mengatakan jika perusakan terus berlangsung, maka orangutan di alam liar akan benar-benar punah.

“Saya prediksi, sekitar 10 tahun ke depan hal itu akan terjadi jika proses penghancuran hutan terus berlangsung. Hilangnya habitat orangutan di Sumatera mungkin akan lebih cepat lagi,” ujar Knight.

Orangutan © 2016 brilio.net

foto: orangutan.org

Nah, kalau prediksi Knight benar, maka orangutan Kalimantan akan punah pada 2026. Dampak buruk lainnya dari deforestasi terkait industri kelapa sawit, akan menambah jumlah pelepasan karbon dioksida ke atmosfer yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. Deforestasi adalah sumber buatan manusia terbesar kedua pelepasan karbon dioksida ke atmosfer, setelah penggunaan bahan bakar fosil.

“Saya belajar bahwa hutan sebagai rumah dari banyak makhluk ajaib ini menghilang dengan cepat dan menderita akibat dampak pertanian tebas bakar. Saya juga melihat hektar demi hektar hutan hujan di Indonesia diubah menjadi lahan tandus, sungai tanpa kehidupan dan tercemar limbah kelapa sawit dan logam berat. Bayi orangutan banyak ditemui akibat induk mereka dibunuh karena dianggap hama perkebunan,“ ujar Susan Callery, Manajer Earth Science Public Engagement di NASA Jet Propulsion Laboratory yang mengamati hutan Kalimantan sejak 2007 silam.

Tapi kita bisa melakukan upaya pelestarian untuk memastikan barang yang kamu pakai hanya mengandung bahan-bahan minyak sawit yang diproduksi secara berkelanjutan.